Islam Sebagai Penawar Luka Tawuran Pelajar Depok

Islam Sebagai Penawar Luka Tawuran Pelajar Depok

Oleh. Dyandra Verren

Bagaimana baiknya kita habiskan masa kecil kita?
Bagaimana baiknya kita habiskan masa remaja kita?
Kita bisa belajar dengan giat, bisa mencoba menghafal AL-Qur’an, bisa membantu ibu memasak, bisa membantu ayah menyuci kendaraan, bahkan kita bisa memulai menjadi penulis cerita pendek untuk dibaca teman-teman kita.

Tetapi bagi sebagian anak-anak dan remaja, masa muda itu adalah masa yang penuh gejolak panas. Gejolak ingin mengikuti teman bergerombol dan gejolak pengakuan di depan khalayak. Lagi dan lagi kita dapati kasus tawuran di kota Depok seakan tak bisa selesai.

Sepanjang beberapa minggu ini, sudah terjadi beberapa kasus yang sangat mengkhawatirkan. Di pertengahan bulan Mei 2025, terdapat 40 anak SD di Cilangkap, Tapos yang terlibat dalam aksi tawuran antar pelajar. Ada dua kubu SD yang saling serang menggunakan penggaris dan senjata tajam, untungnya berhasil dibubarkan warga dan tidak ada korban. Mirisnya mereka melakukan tawuran saat masih menggunakan seragam pramuka.

BACA JUGA:  Pikiran yang Tenang

Lalu di akhir bulan Mei 2025, tawuran remaja tak terelakkan di dekat Stadion Mini Sukatani, Tapos. Pelaku membawa golok dan berboncengan. Miris lagi, masih menggunakan seragam olahraga. Untung saja, warga bisa membatalkan tawuran itu.

Padahal jika dibaca dari berita yang ada, alasan-alasan dilakukannya tawuran itu hanya sekedar hal remeh temeh yakni saling ejek dan ajakan untuk duel lewat media sosial. Seakan omongan yang disampaikan dimedia sosial menyulut api yang membakar para anak-anak Depok ini. Cukup prihatin melihat fenomena anak-anak tawuran ini, karena seperti ingin ‘membuktikan diri’ atau ingin dianggap ‘keren atas keberanian’ memukul orang lain.

Padahal ajang tawuran bukan termasuk hal yang ‘keren’ ataupun hal yang membanggakan, melainkan tindakan yang termasuk pidana dan mengancam jiwa manusia. Tawuran sering kali membuat perselisihan panjang, hilangnya kesadaran akal manusia bahkan jatuhnya nyawa seseorang.

BACA JUGA:  Kisruh Rebutan Pulau: Ancaman Disintegrasi dalam Negeri

Anak-anak dan remaja yang sejatinya masih polos, labil, butuh banyak bimbingan orang dewasa malah terlibat dalam tawuran adalah cerminan kegagalan sistem kapitalisme-sekuler dalam mendidik dan melindungi generasi muda sedari dini. Diindikasikan dengan semakin dininya kerusakan, dulu tawuran di Depok hanya marak di SMK, lalu SMP juga, kini SDpun sudah berani tawuran. Pengaruh informasi dari media sosial, disfungsi keluarga serta masyarakat, kemiskinan, pengaruh lingkungan sekitar anak turut berkontribusi merusak generasi.

Menuntaskan tawuran harus ada penerapan sistem pendidikan, keluarga, dan negara yang berlandaskan aqidah Islam yang mampu membentuk syakhshiyah Islamiyah dan mencegah perilaku destruktif. Pendidikan akidah yang kuat sedari dini, penanaman dan pencontohan akhlakul karimah (akhlak mulia) agar terbentuk ukhuwah yang kuat dan pengendalian diri yang baik. Tidak lupa keluarga sebagai madrasah utama dalam membimbing dan mendidik anak-anak mereka.

Lingkungan masyarakat yang kondusif, tokoh masyarakat, tetangga, ulama, yang berperan saling aktif dalam upaya pemberdayaan pemuda dan masyarakat untuk meminimalisir konflik dan menghilangkan bibit-bibit permusuhan. Konten-konten media sosial yang otomatis bisa restricted atau otomatis take down saat ada upload konten berbau dengan tindak kekerasan. Penegakan hukum yang adil dan pemerataan ekonomi sosial, hal-hal tersebut bisa membantu menuntaskan tawuran.

BACA JUGA:  Raja Ampat di Ujung Tanduk, Haram Merusak Alam

Sultan Mehmed II (Muhammad Al Fatih) yang sudah memimpin Khilafah Utsmaniyah dan menaklukkan Konstantinopel di umur 21 tahun. Zaid bin Tsabit yang mendalami ilmu linguistik dan kepenulisan sedari usia 11 tahun yang membawanya menjadi pencatat ayat-ayat Al-Qur’an langsung dari lisan Rasulullah SAW dan menjadi penerjemah resmi Rasulullah SAW, dll, mereka adalah individu-individu muda yang tercerahkan oleh islam. Terciptanya situasi anak-anak yang memiliki akhlakul karimah bisa mengokohkan fondasi masa depan emas bagi negara.

Ingin produk, bisnis atau agenda Anda diliput dan tayang di DepokPos? Silahkan kontak melalui email [email protected]

Pos terkait