
Oleh : Tatu Rahmawati (Mahasiswa STEI SEBI)
Ekonomi adalah ilmu sosial yang mempelajari aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi dan konsumsi atas barang dan jasa. Manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk ekonomi pada dasarnya selalu menghadapi masalah ekonomi yang intinya berupa kebutuhan manusia yang tidak terbatas, sedangkan alat pemuas kebutuhan manusia itu sendiri terbatas. Prinsip ekonomi merupakan pedoman untuk melakukan tindakan ekonomi yang di dalamnya terdapat asas dengan pengorbanan tertentu di peroleh hasil yang maksimal. Selama ini kita ketahui bahwa ekonomi memiliki prinsip yaitu dengan pengorbanan sekecil-kecilnya untuk memperoleh hasil tertentu, atau pengorbanan tertentu untuk memperoleh hasil semaksimal mungkin. Lantas bagaimana ekonomi mampu bekerja secara keseluruhan dalam tatanan negara?
Dalam teori George Mankiw yang di jelaskan dalam bukunya, Ia memaparkan terdapat sepuluh prinsip bagaimana ekonomi bekerja. Dari sepuluh prinsip tersebut, di bagi menjadi tiga pembahasan besar dimana pada prinsip satu hingga empat membahas bagaimana masyarakat membuat keputusan, prinsip lima hingga tujuh membahas bagaimana masyarakat saling berinteraksi dan pada prinsip delapan hingga sepuluh membahas mengenai bagaimana ekonomi bekerja secara keseluruhan. Untuk tiga prinsip terakhir jelaskan sebagai berikut:
Standar Hidup Suatu Negara Bergantung Pada Kemampuannya Menghasilkan Barang dan Jasa
Ketika menghendaki sebuah standar hidup yang tinggi, maka pemerintah hendaknya mampu meningkatkan pendapatan rata-rata penduduk. Hal yang berkaitan dengan ini salah satunya adalah produktivitas. Dalam hal ini, produktivitas yang di maksud ialah besarnya jumlah barang dan jasa yang di hasilkan dari satu jam kerja seorang pekerja. Di negara dimana pekerja mampu menghaslkan jumlah barang dan jasa yang besar per satuan waktu, sebagian besar masyarakatnya menikmati standar hidup yang tinggi. Sedangkan di negara yang pekerjanya kurang produktif, sebagian besar masyarakatnya ikut hidup sederhana, begitupula tingkat pertumbuhan produktivitas suatu negara menentukan tingkat pertumbuhan pendapatan rata-rata negara tersebut.
Hubungan mendasar antara produktivitas dan standar hidup sebenarnya sederhana namun implikasinya sangat besar dan penting salah satunya bagi kebijakan publik. Ketika berhadapan dengan pertanyaan bagaimana suatu kebijakan dapat mempengaruhi standar hidup dan bagaimana kebijakan mampu mempengaruhi kemampuan masyarakat menghasilkan barang dan jasa. Untuk meningkatkan standar hidup, pembuat kebijakan dapat meningkatkan prodktivitas dengan cara memastikan bahwa para pekerja terdidik dengan baik, memiliki peralatan yang memadai dalam menghasilkan barang dan jasa, serta memiliki akses menuju teknologi terbaik yang ada.
Harga-harga Naik Ketika Pemerintah Mencetak Uang Terlalu Banyak
Dalam banyak kasus, inflasi yang tinggi dan terus-menerus berakar dari permasalahan yang sama yakni pertumbuhan jumlah uang yang beredar. Ketika pemerintah terlalu mencetak banyak uang, maka nilai uang akan turun. Misalnya, ketika uang terlalu banyak beredar di masyarkat maka kemampuan membeli masyarakat tinggi dan barang yang di beli menjadi berkurang. Ketika barang yang di beli berkurang, terjadi kenaikan harga barang dan otomatis nilai mata uang mengalami penurunan yang di sebut dengan inflasi.
Pertumbuhan melambat jika di bandingkan dengan pertumbuhan jumlah uang beredar. Misalnya, pada awal tahun 1920 Jerman mengalami harga naik tiga kali lipat setiap bulan dengan jumlah uang yang beredar juga naik tiga kali lipat setiap bulannya. Selain itu, pada januari 1921 koran yang semula berharga 0,30 mark dalam waktu kurang dari dua tahun Koran yang sama berharga 70.000.000 mark. Kemudian diikuti dengan kenaikan harga barang-barang lain dengan jumlah yang sama. Peristiwa ini merupakan contoh spektakuler dalam sejarah dari inflasi, kenaikan harga secara keseluruhan dalam perekonomian. Ketika inflasi tinggi maka akan menimbulkan banyak biaya dalam masyarakat, menjaga inflasi agar tetap rendah adalah tujuan dari kebijakan ekonomi di berbagai belahan dunia.
Masyarakat Mengalami Masalah Tradeoff Antara Inflasi dan Pengangguran
Ketika kebijakan permintaan agregat di perluas, tingkat pengangguran dapat di turunkan tetapi menyababkan inflasi yang tinggi. Sedangkan ketika permintaan agregat terbatas, inflasi dapat di turunkan akan tetapi jumlah pengangguran meningkat. Kejadian semacam ini di sebut juga dengan tradeoff jangka pendek. Kurva yang dapat menggambarkan tradeoff jangka pendek antara inflasi dengan pengangguran ialah kurva Philips yang selama ini memicu kontroversi dikalangan ekonom, namun sebagian besar ekonom menerimanya.
Dalam jangka waktu satu atau dua tahun, terdapat banyak kebijakan publik yang mendorong inflasi dan pengangguran dalam arah berlawanan. Pembuat kebijakan menghadapi masalah ini tidak tergantung apakah dari inflasi atau pengangguran, keduanya berada pada tingkat yang tinggi, atau pada tingkat yang rendah atau ditengah-tengah. Tradeoff antara inflasi dan pengangguran akan berakhir setelah beberapa tahun. Kurva Philips menjadi penting untuk memahami berbagai perkembangan perekonomian. Pembuat kebijakan dapat mengkaji lebih jauh tradeoff jangka pendek inflasi dengan pengangguran dengan menggunakan berbagai macam instrument. Misalnya mengubah besaran pengeluaran pemerintah, besaran pajak, besaran jumlah uang beredar, serta pembuat kebijakan dapat mempengaruhi kombinasi inflasi dan pengangguran yang di alami perekonomian. Instrument fiskal dan moneter memiliki pengaruh yang sangat kuat, bagaimana pembuat kebijakan menggunakan instrument ini dalam mengatur perekonomian seringkali menjadi topik yang memicu perdebatan. [Tatu Rahmawati]