
“Ibuku sayang, apapun yang pernah kita lalui dan betapa sering kita berdebat, pada akhirnya aku tau, kau akan selalu ada untukku…”
Ada cinta yang tentunya tidak perlu diragukan lagi ketulusannya. Ibu, dia lah orangnya. Ketika masih kecil seorang anak mungkin belum sepenuhnya mengerti siapa itu Ibu. Yang mereka tau, Ibu hanyalah seseorang yang selalu menghampiri disaat ia menangis. Kesabaran yang selalu mengiringi tanpa lelah untuk menyayangi buah hati setiap hari.
Keberhasilan dan kebahagiaan seorang anak tidak pernah terlepas dari perjuangan, pengorbanan, juga dukungan dari seorang Ibu. Bahagia seorang anak adalah surga dan duka seorang anak adalah pilu baginya.
Kasih sayangnya sepanjang masa, besarnya cinta yang dimiliki tidak dapat dihitung dan diukur dengan apapun. Dimulai dari pengorbanannya sejak mengandung dan melahirkan, Ibu rela berkorban dan mempertaruhkan nyawanya demi kelahiran sang buah hati.
Seorang Ibu tidak pernah memikirkan dirinya sendiri, seperti kebohongan yang ia lakukan demi kebaikan anaknya, menahan lapar agar anaknya bisa merasa kenyang. Dia lah surga yang nyata, dan perhiasan yang terindah.
Ibu tak terasa anakmu sekarang telah dewasa, ketika kupandang kerutan pada sudut matamu tersimpan derita yang sangat mendalam. Aku tahu, disana lah banyak tersimpan air mata yang kau sembunyikan untuk anakmu yang terkadang masih membuatmu bersedih. Ibu, ajarilah aku bagaimana caranya untuk ikhlas dan selalu tersenyum meskipun hati sedang terluka.
Kini, melihat ragamu yang semakin menua, dengan rambut yang kian memutih juga tenaga yang mungkin tak sekuat dulu. Tapi segala bentuk kasih sayangmu adalah bukti bahwa meskipun ragamu menua namun cintamu tak pernah menua.
“tak ada kain selembut belaian ibu
tak ada tempat yang paling nyaman selain pangkuan ibu
tak ada bunga secantik senyuman ibu
dan ibu adalah alasan kenapa aku ada…”
(Cintiya Ambar Lintang/PNJ)