Literasi Keuangan yang Terabaikan: Akar Masalah Finansial Anak Muda

Literasi Keuangan yang Terabaikan: Akar Masalah Finansial Anak Muda

DEPOKPOS – Meskipun hidup di era digital dengan akses informasi yang melimpah, banyak anak muda masih kesulitan dalam mengatur keuangan mereka. Gaji yang cepat habis, cicilan menumpuk, hingga kebiasaan konsumtif yang tak terkendali menjadi fenomena yang umum ditemui. Akar dari persoalan ini bukan semata soal gaya hidup atau pengaruh lingkungan, melainkan karena satu hal mendasar yang kerap diabaikan: literasi keuangan.

Minimnya Literasi Keuangan Sejak Dini

Data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun 2019 menunjukkan bahwa indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia hanya mencapai 38,03%. Angka ini menunjukkan bahwa masih banyak orang, terutama generasi muda, yang belum memiliki pemahaman cukup mengenai cara mengelola keuangan, mengenali produk keuangan, serta memahami risiko finansial. Padahal, literasi keuangan adalah kunci utama agar seseorang mampu membuat keputusan keuangan yang tepat.

Bacaan Lainnya
BACA JUGA:  “Agak Laen”: Bahasa, Budaya, dan Identitas Batak dalam Ruang Komedi Populer

Sebuah studi dalam Journal of Consumer Affairs yang dilakukan oleh Lusardi dan Mitchell (2020) mengungkapkan bahwa anak muda yang mempelajari keuangan sejak dini cenderung mampu membuat keputusan finansial yang lebih bijak di masa dewasa. Sayangnya, sistem pendidikan di Indonesia masih menempatkan literasi keuangan sebagai hal sekunder, bukan keterampilan hidup utama.

Ketika Masalah Uang Jadi Masalah Sosial

Kegagalan dalam mengelola keuangan tak hanya menyebabkan masalah pribadi, tapi juga memicu dampak sosial yang lebih luas. Menurut laporan American Psychological Association (2017), masalah finansial menjadi salah satu penyebab utama stres kronis dan konflik dalam hubungan personal, termasuk dalam keluarga. Di Indonesia sendiri, persoalan ekonomi kerap menjadi pemicu perceraian dan pertengkaran rumah tangga.

Kondisi ini makin mengkhawatirkan ketika digabungkan dengan budaya konsumtif yang kerap dipicu media sosial. Tekanan sosial untuk tampil ‘berada’, ditambah minimnya kemampuan mengatur uang, membuat anak muda lebih rentan terhadap keputusan keuangan yang buruk—seperti menggunakan PayLater tanpa strategi pembayaran yang jelas.

BACA JUGA:  Gudeg Yogyakarta: Bukan Sekedar Kuliner, Tapi Warisan Budaya

Ilmu Akuntansi Tak Harus Milik Ekonom

Akuntansi kerap dianggap rumit dan hanya relevan bagi mahasiswa ekonomi. Padahal, prinsip dasarnya sangat aplikatif: mencatat pemasukan dan pengeluaran secara rutin adalah langkah sederhana yang bisa menyelamatkan kondisi keuangan pribadi. Sebuah studi oleh Mandell dan Klein (2009) dalam Journal of Financial Counseling and Planning menunjukkan bahwa praktik keuangan pribadi seperti budgeting, pencatatan sederhana, dan evaluasi pengeluaran bulanan efektif menekan pengeluaran impulsif.

Selain itu, menurut Amagir et al. (2018), kebiasaan mengelola keuangan pribadi yang dibiasakan sejak dini dapat membantu membentuk pola finansial yang sehat sekaligus mempersiapkan individu untuk merencanakan masa depan dengan lebih sistematis.

Bukan Tanggung Jawab Individu Saja

Solusi dari rendahnya literasi keuangan tidak bisa diserahkan sepenuhnya pada individu. Ini membutuhkan kolaborasi dari berbagai pihak. Orang tua perlu memperkenalkan konsep dasar keuangan kepada anak sejak kecil. Sekolah harus menyisipkan materi pengelolaan keuangan ke dalam kurikulum secara praktis, bukan hanya teori.

BACA JUGA:  Ketika Kata-Kata Menjadi Senjata: Menggali Dampak Bullying dan Membangun Harapan untuk Masa Depan yang Lebih Baik

Pemerintah dan lembaga keuangan juga perlu menghadirkan program literasi yang aplikatif dan mudah diakses. Pendekatan digital seperti aplikasi pencatat keuangan dan konten edukatif di media sosial bisa menjadi jembatan untuk menjangkau generasi muda.

Literasi keuangan bukan sekadar soal tahu cara menabung, tapi soal menciptakan generasi yang tangguh secara finansial. Dengan memperkuatnya sejak dini, kita tak hanya membantu anak muda menghadapi tantangan keuangan pribadi, tetapi juga ikut meletakkan dasar bagi masa depan bangsa yang lebih mandiri dan sejahtera.

Muhammad Adi Saputro
Mahasiswa S1 Akuntansi Universitas Pamulang

Ingin produk, bisnis atau agenda Anda diliput dan tayang di DepokPos? Silahkan kontak melalui email [email protected]

Pos terkait