Di tengah dinamika zaman yang makin kompleks, banyak orangtua mulai melirik kembali pondok pesantren sebagai pilihan utama pendidikan anak. Fenomena ini bukan tanpa alasan.
DEPOKPOS – Pesantren kini tidak lagi dipandang sekadar sebagai lembaga keagamaan tradisional, tetapi juga sebagai ruang pembentukan karakter dan pusat pendidikan yang mampu menjawab tantangan masa depan.
Menariknya, tren ini tak hanya terjadi di kawasan rural, namun juga di kalangan urban dan kelas menengah terdidik. Lembaga pendidikan Islam semakin bertransformasi, menggabungkan nilai-nilai spiritual dengan pendekatan kurikulum modern yang terintegrasi.
Namun, dengan ragam pilihan dan sistem yang berbeda-beda, muncul satu pertanyaan besar di benak banyak orangtua: “Bagaimana memilih pesantren yang tepat untuk anak kami?”
Pertanyaan ini menjadi topik utama dalam sebuah seminar daring bertajuk “Parenting Pesantren: Tips Memilih Pesantren yang Tepat untuk Sang Buah Hati”, yang menghadirkan Dr. Awaluddin Faj, M.Pd.I, seorang praktisi pendidikan Islam dan konsultan parenting pesantren.
Berbekal pengalaman lebih dari satu dekade dalam dunia pesantren modern, ia membagikan sejumlah pertimbangan penting bagi para orangtua sebelum menitipkan pendidikan anak ke lembaga pesantren.
Berikut adalah enam poin yang patut menjadi acuan:
1. Telusuri Akar Sejarah Pesantren
Menurut Dr. Awaluddin, sejarah suatu pesantren bisa mencerminkan jati diri dan konsistensi nilai yang ditanamkan. “Pesantren yang tumbuh dari gagasan pendidikan murni biasanya punya landasan visi yang kuat,” ujarnya. Ia menyarankan agar orangtua meluangkan waktu menelusuri jejak digital pesantren, mulai dari pendiriannya hingga tujuan-tujuannya.
2. Cermati Profil Pengasuh dan Tenaga Pendidik
Bukan hanya soal nama besar, kualitas pendidikan sangat dipengaruhi oleh siapa yang mengasuh dan membimbing santri. Tenaga pendidik idealnya bukan sekadar kompeten secara akademis, namun juga menjadi figur teladan dalam perilaku sehari-hari. “Santri tidak hanya mendengar nasihat, tapi meniru,” tambahnya.
3. Pahami Kurikulum dan Model Pembelajaran
Tidak semua pesantren seragam. Ada yang menekankan tahfiz (penghafalan Al-Qur’an), ada yang mengusung pendekatan modern, salafiyah, bahkan model hybrid. Maka penting bagi orangtua memahami apakah pendekatan yang digunakan sesuai dengan potensi dan kebutuhan anak. Pesantren dengan pendidikan formal yang terintegrasi juga bisa menjadi pilihan tepat bagi orangtua yang menginginkan keseimbangan antara ilmu agama dan umum.
4. Evaluasi Fasilitas dan Biaya
Satu hal yang sering luput dari perhatian adalah kesesuaian biaya dengan fasilitas. Fasilitas bukanlah segalanya, tapi bisa mencerminkan perhatian pengelola terhadap kenyamanan dan keamanan anak. Orangtua perlu menakar kemampuan finansial secara realistis, sembari mempertimbangkan kebutuhan anak dalam menjalani kehidupan pesantren yang mandiri.
5. Perhatikan Reputasi dan Output Alumni
Bukan hanya akreditasi atau penghargaan, tapi juga narasi dari para alumni dan orangtua yang pernah mempercayakan anaknya. “Testimoni yang jujur lebih kuat dari sekadar brosur,” kata Dr. Awaluddin. Alumni yang berhasil di bidang akademik, sosial, atau spiritual menunjukkan keberhasilan sistem pendidikan pesantren tersebut.
6. Lakukan Kunjungan Langsung
Tidak ada yang bisa menggantikan observasi langsung. Suasana lingkungan, interaksi antar santri, bahkan cara para guru menyapa tamu bisa menjadi cermin budaya lembaga tersebut. “Kita bisa tahu lebih banyak dari apa yang tidak dikatakan,” pungkasnya.
Menemukan Rumah Kedua bagi Anak
Memilih pesantren bukan semata soal label “agama”, tapi tentang menemukan rumah kedua yang bisa menumbuhkan anak menjadi pribadi yang tangguh, berilmu, dan berakhlak. Maka penting bagi orangtua untuk terlibat aktif dalam proses pencarian, bukan hanya menyerahkan keputusan pada tren atau impresi sesaat.
Dengan pertimbangan yang cermat, anak tak hanya akan merasa aman, tetapi juga mendapatkan pendidikan yang seimbang—antara ruhani dan intelektual, antara disiplin dan kasih sayang.
Bagi yang masih ragu atau ingin mengenal lebih dalam dunia pesantren, berbagai forum parenting daring kini makin terbuka. Salah satunya yang digagas Konsultan Pendidikan Sekolah Islam di Depok, yang secara rutin menggelar diskusi terbuka seputar pendidikan Islam dan parenting modern.
Karena pada akhirnya, pesantren bukanlah tempat menitipkan anak, tapi tempat menumbuhkan mereka.
M Farhan Hidayat