Tanamkan Quran dalam Hati agar Nuzulul Quran Bukan Hanya Seremoni

Tanamkan Quran dalam Hati agar Nuzulul Quran Bukan Hanya Seremoni

Oleh : Bella Lutfiyya

Malam Nuzulul Quran, salah satu malam yang dinantikan oleh umat muslim di seluruh dunia. Nuzulul Quran sendiri ialah peristiwa diturunkannya Al-Quran kepada Rasulullah SAW sebagai wahyu pertama yang jatuh pada 17 Ramadhan atau 16 Maret 2025. Oleh karenanya, banyak masyarakat Muslim memperingati Nuzulul Quran dengan berbagai kegiatan positif.

Bacaan Lainnya

Salah satunya Bupati Bandung, Dadang Supriatna yang punya cara unik dalam memperingati Nuzulul Quran dengan menyelenggarakan acara yang dikemas dalam bentuk Lomba Cerdas Cermat Pemahaman Al-Quran. Beliau mengundang sejumlah ormas untuk beradu cepat dan kepintaran dalam menjawab berbagai pertanyaan seputar isi kandungan Al-Quran (bandungraya.net, Maret 2025)

Peringatan Nuzulul Quran ini menjadi bahan refleksi bagi para umat muslim untuk selalu mengingat Al-Quran yang menjadi pedoman hidup manusia di muka bumi. Namun, peringatan Nuzulul Quran ini hanya akan menjadi seremonial tahunan saja jika apa yang terkandung dalam Al-Quran dalam kesehariannya tidak diterapkan dan diamalkan. Al-Quran harus diterapkan oleh setiap individu, masyarakat, dan negara dalam keseharian. Al-Quran harus diingat dan diamalkan sebagai mana mestinya.

BACA JUGA:  Dzikir Pagi dan Petang: Memperkuat Koneksi dengan Sang Pencipta

Hal ini juga yang disampaikan Wakil Bupati Bogor, Jaro Ade tentang betapa pentingnya kegiatan Nuzulul Qur’an untuk mengingatkan umat Islam akan peran Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari. Ia menegaskan bahwa Al-Qur’an adalah pedoman hidup yang harus terus dipelajari, dipahami, dan diamalkan (kabarindoraya.com, Maret 2025)

Akan tetapi, sudahkah kita menerapkan apa yang tercantum dalam Al-Quran, baik kewajiban maupun larangan yang tertulis di dalamnya?

Al-Qur’an sudah seharusnya menjadi landasan berkehidupan bagi setiap individu, masyarakat, dan negara. Namun, berpegang teguh pada Al-Quran dan Islam saat ini sangat sulit. Bagaimana tidak, individu yang berpegang pada Al-Quran dan menyerukan untuk kembali kepada Al-Qur’an justru dianggap radikal. Individu yang berpegang pada syariat Islam dalam kehidupan sehari-harinya dianggap “terlalu agamis”, “terlalu Islami”. Bahkan, shalat di awal waktu pun tidak luput dari pembicaraan, padahal hal sekecil itu memang sudah seharusnya dilakukan sebagai umat muslim.

Namun, ada apa dengan umat muslim saat ini yang selalu mengesampingkan perkara agama hanya sebatas pada ibadah semata, hanya membawa agama saat di rumah ibadah dan momentum agama saja? Jadi apa esensi Islam pada diri kita hanya sebatas label semata?

BACA JUGA:  Dzikir Pagi dan Petang: Memperkuat Koneksi dengan Sang Pencipta

Umat muslim pada kenyataannya telah terjajah secara pemikiran oleh paham isme-isme. Sekularisme, telah menjadikan setiap individu berpikir bahwa tidak ada ruang yang sama antara kehidupan dan agama, sehingga pembahasan agama menjadi hal yang sensitif dan privasi. Kapitalisme, telah menjadikan setiap individu untuk berpondasi kepada keuntungan dan materi, sehingga menghalalkan berbagai cara yang terpenting menguntungkan diri sendiri.

Dua paham isme itu saja sudah berhasil merusak dan memecah-belah umat, serta menjadikannya asing dengan aturan agamanya sendiri. Paham isme inipun telah bercampur dengan sistem lain. Misalnya, sistem demokrasi kapitalisme yang menjadikan akal manusia sebagai sumber aturan, padahal manusia adalah makhluk yang lemah, sehingga berpotensi adanya pertentangan dan konsekuensi terhadap lahirnya berbagai permasalahan di tengah-tengah umat.

Dalam sistem ini, prinsip kedaulatan di tangan rakyat menjadikan manusia sebagai penentu hukum, berdasarkan hawa nafsu, dan kepentingannya. Tentu saja hal tersebut berbanding terbalik dengan ajaran Islam dan Al-Quran yang bersumber pada hukum syariat dari Allah SWT.

BACA JUGA:  Dzikir Pagi dan Petang: Memperkuat Koneksi dengan Sang Pencipta

Berpegang pada Al-Qur’an sudah seharusnya terwujud pada diri setiap muslim. Apalagi jika ingin membangun peradaban manusia yang mulia, Al-Qur’an harus menjadi asas kehidupan. Namun, hari ini Al-Qur’an diabaikan meski peringatan Nuzulul Qur’an setiap tahun diadakan, bahkan oleh negara sekalipun.

Umat harus menyadari kewajiban berpegang pada Al-Qur’an secara keseluruhan dan memperjuangan untuk menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup dalam semua aspek kehidupan. Peran negara dibutuhkan dalam proses ini untuk memperkokoh dan menguatkan akidah dan keimanan umat. Tentunya, hanya negara yang menerapkan Sistem Islam Kaffah yang dapat mewujudkannya.

Selain itu, dibutuhkan dakwah kepada umat yang dilakukan oleh jamaah dakwah ideologis untuk membangun kesadaran umat akan kewajiban menerapkan Al-Qur’an dalam kehidupan secara nyata, tidak hanya bagi individu, namun juga oleh masyarakat dan negara. Jangan jadikan Nuzulul Quran sebagai peringatan tahunan semata, tapi jadikanlah Quran ada dalam setiap langkah, tutur kata, dan hati kita.

Ingin produk, bisnis atau agenda Anda diliput dan tayang di DepokPos? Silahkan kontak melalui email [email protected]

Pos terkait