DEPOKPOS – Tahukah Anda seberapa besar pengaruh bidang psikologi dalam berbagai aspek kehidupan manusia masa kini? Jika kita sadari, psikologi sudah bukan hal asing di lingkungan sekitar kita, bahkan di dunia maya.
Banyak orang menggunakan dan mengaitkan segala aspek kehidupan dengan kamus-kamus istilah psikologi.
Seperti yang kita ketahui, psikologi terdiri dari beberapa aliran (mazhab), yang terkenal di masa kini yaitu terdapat aliran Psikoanalisis yang dikemukakan oleh salah satu tokoh dalam psikologi, yaitu Sigmund Freud.
Freud mengatakan bahwa psikis dipengaruhi oleh alam sadar (ego), super-ego, dan bawah sadar (id), hal ini dapat diteliti dan dikaitkan melalui pengalaman masa lampau seseorang, karena hal ini dapat membentuk kepribadian seseorang di usia dewasa.
Selain itu, terdapat aliran Behaviorisme (J. B. Watson), Humanistik (Abraham H. Maslow), dan masih banyak aliran-aliran lainnya yang terkenal dalam bidang psikologi.
Dengan semakin berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), ranah psikologi bukan lagi seputar teori yang mempelajari perilaku dan proses mental manusia, namun sekarang sudah banyak tokoh-tokoh yang mempelopori perkembangan Psikologi Islam.
Salah satu persoalan penting dalam setiap mazhab psikologi adalah pembaruan apa yang bisa dikaitkan dalam memahami perkembangan diri manusia. Kecenderungan memahami diri manusia secara baru dapat diperoleh melalui perumusan teori dan penelitian terhadap realitas empiris.
Psikologi Islam
Psikologi Islam merupakan sebuah bidang ilmu yang mempelajari manusia dari sudut pandang Islam. Psikologi Islam tidak hanya berpusat pada aspek psikologis manusia, tetapi juga melibatkan aspek spiritual, sosial, budaya, dan sejarah yang saling terhubung dengan ajaran Islam.
Psikologi Islam merupakan suatu gambaran psikologi empiris yang merencanakan teori dan terinspirasi oleh dalil-dalil kitab suci Islam, maupun proposisi-proposisi teori dari ilmuan muslim klasik.
DOA
Dimensi agama dalam dunia psikologi tentu penting, hal ini berhubungan dengan upaya untuk mempelajari tingtkah laku keagamaan tersebut melalui pendekatan psikologi. Ada banyak hal yang dapat dilakukan untuk menerapkan aspek keagamaan dalam pendekatan psikologi. Salah satunya adalah melalui doa.
Doa berasal dari bahasa Arab yang berarti دعا-يدعو-دعاء yang artinya panggilan, mengundang, permintaan, permohonan, doa, dan sebagainya. Berdoa artinya menyeru, memanggil atau memohon pertolongan kepada Allah SWT atas segala sesuatu yang diinginkan.
Seruan kepada Allah tersebut dapat berupa ucapan tasbih (Subhanallah), pujian (Alhamdulillah), istighfar (Astaghfirullah) atau memohon perlindungan (A’udzubilllah), dan sebagainya.
Menurut Mohammad Saifullah Al-Aziz, dalam bukunya “Risalah Memahami Ilmu Tasawuf” menyatakan bahwa doa adalah suatu bentuk nyata penghambaan dan media komunikasi antara makhluk dengan Sang Pencipta, dengan mencurahkan segala isi hati yang paling dalam.
Dengan berdoa, manusia merasa kehadiran Sang Pencipta serta memohon petunjuk juga perlindungan. Jadi, doa merupakan kunci dari segala kebutuhan hidup di dunia maupun di akhirat.
Efek Positif Berdoa Bagi Kesehatan Mental Manusia
Doa adalah bentuk lain dalam ibadah, yakni berupa permohon dan permintaan kepada Allah untuk kepentingan diri sendiri ataupun orang lain, dalam upaya mendapatkan apa yang di inginkan, mengatasi permasalahan, sehingga mendapatkan sebuah kebahagiaan karena telah terpenuhi.
Dalam kehidupan manusia, efek positif doa itu sendiri bagi kesehatan tubuh dan kesehatan mental manusia sering sekali terjadi. Namun, masyarakat sering kali tidak percaya akan efek tersebut.
Dengan berdoa, maka dapat melahirkan mental yang sehat, seperti:
1. Berdoa menurunkan stres dan kecemasan, menenangkan tubuh, dan membantu penyembuhan penyakit,
2. Berdoa meningkatkan imun tubuh seorang muslim yang berdoa kepada Allah SWT, juga dapat mengoptimalkan fungsi psikologis dirinya,
3. Berdoa menyehatkan mental, berdoa juga dapat meningkatkan kepuasan hidup, kepercayaan diri, dan afek positif, berkebalikan dari orang yang tidak pernah berdoa.
Allah berfirman dalam Q. S. Al-Baqarah ayat 186:
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
Wa idzâ sa’alaka ‘ibâdî ‘annî fa innî qarîb, ujîbu da’watad-dâ’i idzâ da’âni falyastajîbû lî walyu’minû bî la’allahum yarsyudûn
Yang artinya:
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Maka, hendaklah mereka memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam kebenaran”.
Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah SWT sangat dekat dengan hamba-Nya. Barangsiapa yang berdoa kepada Rabb-Nya dengan hati yang hadir dan doa yang disyariatkan, lalu tidak ada suatu hal yang menghalanginya dari terkabulnya doa, seperti makanan haram dan sebagainya, maka sesungguhnya Allah telah menjanjikan baginya doa yang terkabul. Khususnya bila dia mengerjakan sebab-sebab terkabulnya doa, yaitu kepasrahan kepada Allah SWT dengan ketaatan kepada perintah-perintah-Nya dan (menjauhi) larangan-larangan-Nya.
Auliyaa Nova Purwati
Fakultas Psikologi, Program Studi Psikologi
Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka