Oleh: Hana Sheila, Anggota Komunitas Muslimah Menulis (KMM) Depok
Generasi Z saat ini berada pada usia remaja, dan menjadi kelompok yang paling banyak menggunakan media sosial. Penggunaan media sosial banyak memunculkan tren-tren baru dan kemudian menjadi populer di kalangan mereka.
Salah satu tren yang banyak menghiasi media sosial, seperti TikTok, Instagram, dan X yakni dikenal sebagai ‘Marriage is Scary’. Tren ini berupa foto atau video yang mengungkapkan ketakutan individu terhadap pernikahan.
Ketakutan yang berkaitan dengan sikap atau kebiasaan pribadi yang dianggap tidak dapat diterima oleh individu tersebut, yang dikhawatirkan dapat menyebabkan kehancuran dalam hubungan pernikahan.
Istilah Marriage is Scary menjadi tren di media sosial dipengaruhi oleh banyak faktor. Seperti seorang istri mendapatkan KDRT dari suaminya, suami yang lembut, tapi selingkuh hingga suami yang baik, perhatian, dan setia, tapi memiliki mertua dan ipar yang ingin mengatur segalanya.
Faktor ekonomi, kerusakan moral, hingga kelemahan iman juga turut berperan di dalamnya. Semua faktor tersebut sejatinya menunjukkan potret buruknya sistem kapitalisme sekuler saat ini dan salah satunya tren Marriage is Scary yang viral di kalangan Gen Z.
Sistem sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan menjadikan keluarga Muslim jauh dari pemahaman Islam yang benar. Tidak heran jika syariat Islam yang memiliki aturan komprehensif dalam keluarga tidak lagi dijadikan pedoman bagi keluarga Muslim. Akibatnya, nilai-nilai Islam pun terkikis di tengah keluarga.
Hal tersebut mengakibatkan terganggunya hubungan antara suami dan istri. Hak dan kewajiban suami-istri terabaikan begitu saja. Akibatnya, muncul segudang masalah keluarga yang tidak dapat dihindarkan, seperti perselingkuhan, KDRT, perceraian, dan ketidakharmonisan anggota keluarga.
Ironisnya, istilah Marriage is Scary seolah diangkat sebagai pukulan terhadap syariat Islam tentang kepemimpinan laki-laki dalam kehidupan rumah tangga. Sementara syariat Islam telah menetapkan rumah tangga adalah kehidupan yang penuh dengan persahabatan, saling membantu, saling percaya, serta saling ikhlas dan rida dengan seluruh kelebihan dan kekurangan pasangan.
Selain itu, syariat Islam juga menetapkan kehidupan masyarakat harus dihindarkan dari aktivitas ghibah dan fitnah sehingga terbentuk keluarga dan masyarakat yang bersih dan sehat.
Dalam Islam, rasa takut terhadap pernikahan tidak dibenarkan jika didasarkan pada hal-hal yang tidak beralasan atau spekulatif. Rasulullah SAW sendiri sangat menganjurkan umatnya untuk menikah, dan menjelaskan menikah adalah separuh dari kesempurnaan agama.
Islam juga mengajarkan ketika hendak menikah tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan. Penting memilih pasangan yang tepat dan mempersiapkan diri secara mental, spiritual, dan finansial sebelum memasuki jenjang pernikahan.
Contoh nyata dari kehidupan rumah tangga Rasulullah SAW dengan istri tercinta, Khadijah RA. Keduanya membangun rumah tangga yang penuh dengan cinta, kepercayaan, dan saling menghormati. Khadijah selalu mendukung Rasulullah dalam setiap aspek kehidupannya, termasuk ketika Rasulullah pertama kali menerima wahyu.
Rasulullah SAW juga selalu memperlakukan istri-istrinya dengan penuh kasih sayang, seperti yang beliau sabdakan, “Orang yang paling baik di antara kalian adalah yang paling baik kepada istrinya, dan aku adalah yang paling baik di antara kalian kepada istriku,” (HR Tirmidzi).
Rumah tangga Rasulullah SAW contoh yang sempurna tentang bagaimana pernikahan dalam Islam seharusnya dijalani—dengan penuh cinta, kasih sayang, dan rasa saling menghormati.
Meskipun tren Marriage is Scary mungkin mencerminkan kekhawatiran yang valid di kalangan anak muda, namun dalam pandangan Islam, pernikahan tetaplah suatu ibadah yang mulia dan dianjurkan.
Oleh karenanya, ketakutan terhadap pernikahan sebaiknya diatasi dengan pemahaman yang baik mengenai tujuan pernikahan dalam Islam, serta persiapan yang matang sebelum memutuskan untuk menikah.
Pernikahan bukanlah sesuatu yang perlu ditakuti, tapi sesuatu yang perlu dipahami dan dijalani dengan kesadaran penuh akan tanggung jawab dan tujuan yang mulia. Dengan begitu, pernikahan bisa menjadi jalan menuju kebahagiaan dan kesuksesan di dunia maupun akhirat.[]