Lenong Betawi: Tradisi Refleksi Identitas Komunitas Masyarakat Betawi

Dalam pertunjukkan Lenong, dilakukan tanpa naskah. Mereka berbagi peran lalu bermain lakon dengan improvisasi

Oleh: Murodi al-Batawi

Dahulu, sebelum banyak saluran Media Televisi tersedia, hanya ada satu saluran Televisi, yaitu, TVRI. Pertunjukkan Lenong Betawi sangst jarang dimunculkan di layar TVRI, Hal itu kemungkinan terjadi karena banyak program prioritas stasion pemerintah tersebut yang mesti ditayangkan. Kita tahu bahwa pertunjukkan Lenong merupakan hiburan rakyat yang memiliki segmen penonton tersendiri, terutama masyarakat Betawi.

Di luar penayangan oleh TVRI, pertunjukkan Lenong lebih banyak terjadi di masyarakat Betawi, terutama pada saat ada hajatan. Biasanya, orang yang punya hajat memberikan hiburan pertunjukkan Lenong Betawi, untuk menghibur para tamu undangan.

Pertunjukkan Lenong selalu dikaitkan dengan hajatan seseorang atau lembaga. Semisal pada saat perayaan pernikahan atau sunatan dan hari besar tertentu. Orang yang punya hajat hampir selalu memanggil atau  Nanggap Lenong Betawi.

Tetapi, setelah stasion TV swasta semakin banyak, pertunjukkan Lenong bisa ditonton lewat tayangan yang disiarkan TV swasta tersebut. Dan hingga kini, pertunjukkan secara terbuka di tempat umum Lenong selalu jadi tontonan menarik, terutama ditonton oleh masyarakat Betawi pinggiran.

Sementara tayangan stasion Televisi, permainan Lenong selalu ditambah selingan, seperti Pertunjukkan Opera Van Jawa, Lenong Rumpi, Lenong Bocah, dan lain-lain. Dari sini kemudian lahir banyak artis, seperti Bokir, Malih, Bolot, Olga Syahputra, Ruben Onsu, dan masih banyak lagi.

BACA JUGA:  Kesenjangan Sosial: Membangun Kembali Komunitas yang Terpinggirkan

Ketika tahun 1970 an, ketika TMII memberikan peluang bagi para pemain Lenong untuk tampil di TMII, apresiasi pengunjung semakin luar biasa, dari situlsh kemudian banyak permintaan untuk manggung di masyarakat Betawi untuk menghibur.

Dalam pertunjukkan Lenong Betawi, terdapat beberapa episode. Dari episode awal hingga episode akhir dengan judul yang biasa diangkat dari peristiwa yang pernah terjadi di masyarakat. Membela masyarakat tertindas atau satire terhadap sesuatu. Judul dan tema seperti itulah yang sering diangkat dalam lakon pertunjukkan Lenong Betawi.

Dalam pertunjukkan Lenong, dilakukan tanpa naskah. Mereka berbagi peran lalu bermain lakon dengan improvisasi.

Biasanya para pemain bicara apa adanya, jujur, keterbukaan, sindiran, becandaan, ceplas ceplos, diiringi dengan humor khas masyarakat Betawi. Dan biasanya juga, dalam pertunjukkan Lenong Betawi selalu diiringi musik gambang kromong, yang merupakan salah satu pengaruh seni musik Cina peranakan di Infonesia, untuk menghibur.

BACA JUGA:  Pertemanan Virtual di Kalangan Generasi Z, Apakah Berbahaya?

Selain itu, ketika pertunjukkan berlangsung, para pemain bisa berinteraksi dengan para penonton, sehingga suasana menjadi lebih hidup.

Lenong: Sejarah dan Jenisnya

Konon, Lenong sudah ada sejak tahun 1920 an. Istilah Lenong ada yang bilang diambil dari seorang tokoh seniman China, bernama Lien Ong. Ia melakoni permaian teatrikal ini untuk menghibur keluarga dan masyarakat dan terinspirasi dari pertunjukkan Pek Yu yang ada di Jawa Timur. Ia memadukan permainan sandiwara, silat, humor bermain keliling kampung untuk menghibur masyarakat. Karena lidah Betawi susah menyebut kata Lian Ong, kemudian mereka menyebutnya dengan kata Lenong.

Ada juga yang bilang, istilah Lenong diambil dari permainan dan obrolan orang pasar yang memainkan lakon tertentu diiringi bebunyian yang berasal dari peralatan rumah tangga, seperti panci, piring dan lain-lain. Mereka memainkan alat tersebut sebagai pengiring lakon pada saat pertunjukkan lakon, sehingga berbungi Neng Nong. Dari situ kemudian lahir istilah Lenong.

Dari manapun asal usul penamaan Lenong, yang jelas dan pasti Lenong merupakan pertunjukkan hiburan rakyat yang sangat menarik dan ditonton oleh masyarakat Betawi. Semula, semua pemain adalah kaum lelaki. Jika ada lakon perempuan, biasanya juga diperankan oleh kaum lelaki dihias dengan pakaian dan perhiasan perempuan.

BACA JUGA:  Delman: Moda Transportasi Tradisional di Betawi

Pada awalnya, pertunjukkan Lenong selalu di tempat terbuka tanpa atap. Jika hujan, mereka berhenti dan dilanjutkan kembali setelah hujan reda. Tetapi, kemudian berubah menggunakan panggung hiburan untuk menghibur para penonton di malam hari. Waktu yang dihabiskan untuk pertunjukkan mulai pukul 22.00 malam hari hingga pukul 03.00 atau pukul 4.00 pagi. Setelah iyu bubar. Saat bubar, permainan musik gambang kromong terus dimainkan jingga jam 5.00 pagi, kemudian mereka merapihkan semua peralatan untuk dibawa pulang dan skan kembali dipasang jika ada pertunjukkan lagi.