DEPOKPOS – Kematian adalah takdir yang tidak dapat dihindari oleh setiap makhluk hidup. Keluarga, sahabat, kerabat, maupun diri sendiri tidak ada yang tahu kapan dan dimana kita akan menghembuskan napas terakhir, satu hal yang diketahui hanyalah kematian pasti datang jika waktunya telah tiba. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Al-Quran yang berbunyi:
كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ ٱلْمَوْتِ ۗ وَنَبْلُوكُم بِٱلشَّرِّ وَٱلْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
Artinya: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan,” (QS Al-Anbiya: 35)
Sebagian orang merasa bahwa ditinggal untuk selama-lamanya oleh orang tersayang seperti, orang tua, sahabat, atau pasangan adalah momen terberat dalam hidup. Luka yang teramat dalam menyebabkan kesedihan yang tak kunjung usai. Hal ini bisa menyebabkan keadaan mental yang memburuk seperti, stres. Dilansir dari laman resmi UNICEF Indonesia stres adalah gejala umum yang terjadi ketika seseorang berada di bawah tekanan, merasa kewalahan dan sulit menghadapi situasi yang menimpanya. Stres harus segera ditangani sebelum menjadi depresi. Stres bisa ditangani sedini mungkin dengan berfokus pada penanganan yang tepat baik secara mandiri maupun dengan bantuan profesional.
Jika stres yang dirasa belum terlalu berat kita bisa meredakan kesedihan dengan strategi emotion focused coping melalui pendekatan religi atau bisa disebut sebagai koping religius. Apa itu koping religius? Bagaimana cara mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari? Simak artikel ini sampai selesai, ya!
APA ITU KOPING RELIGIUS?
Istilah ini mungkin cukup asing bagi sebagian orang awam, terlebih lagi bagi mereka yang tidak berkecimpung di dunia psikologi. Namun, pada praktiknya banyak dari kita yang sudah mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, apa itu koping religius?
Menurut Strategi koping religius adalah respon terhadap suatu permasalahan dengan menggunakan unsur-unsur religi seperti mendekatkan diri pada Tuhan. Cara ini cukup efektif karena dalam posisi berduka akibat kematian seseorang tidak ada yang bisa kita lakukan selain lebih mendekatkan diri pada Tuhan dan berdoa guna mengharapkan yang terbaik untuk mendiang dan keluarga yang ditinggalkan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Pargament berdoa, beribadah, berdzikir, mendengarkan kajian, dan kegiatan religi lainnya berdampak baik pada fisik maupun psikis serta menimbulkan kedamaian dalam jiwa seseorang yang sedang mengalamai hal berat dan kesedihan.
LALU, APA SAJA STRATEGI KOPING RELIGIUS?
Banyaknya aspek strategi koping religius yang diutarakan oleh Aflakseir dan Coleman (2011) ada 5 namun aspek tersebut digolongkan menjadi dua, yaitu Positive Religious Coping berisi aspek seperti 1) Kegiatan spiritual yang dilakukan, seperti sholat serta doa, kegiatan tersebut dilaksanakan dengan teliti, fokus serta menunjukkan bahwa kegiatan mendekatkan diri ini mempunyai efek positif bagi kehidupan seseorang, 2) Mengevaluasi suatu masalah dengan cara yang positif, lalu 3) Ketika seseorang berdoa dan percaya bahwa Tuhan akan menjawab doanya.
Srategi koping religius lainnya dinamakan Negative Coping Religious yang berisi aspek seperti, 1) Ketika seseorang mempunyai pandangan negatik terhadap Tuhan atas sebuah masalah yang ia hadapi, 2) Dalam menghadapi tantangan dalam hidup, seseorang hanya bergantung pada Tuhan dan menunggu bantuan-Nya. Bisa kita lihat bahwa sebenarnya, dari semua aspek tersebut semuanya melibatkan elemen agama seperti ibadah, doa, serta berdzikir.
DOA-DOA SAAT DILANDA KESEDIHAN
Ketika dilanda kesedihan kita dapat berdoa kepada Tuhan dan ini juga termasuk strategi koping religius yang telah disebutkan tadi. Banyak doa yang telah diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk orang yang sedih lalau memperoleh kebahagiaan sampai orang yang terhimpit suatu masalah dapat menemukan jalan keluar. Dilansir dari , berikut adalah doa-doa saat dilanda kesedihan dan mampu mengatasi rasa sedih.
Doa Pertama
اللهُمَّ إِنِّي عَبْدُكَ، وَابْنُ عَبْدِكَ، ابْنُ أَمَتِكَ، نَاصِيَتِي بِيَدِكَ، مَاضٍ فِيَّ حُكْمُكَ، عَدْلٌ فِيَّ قَضَاؤُكَ، أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ، سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ، أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِي كِتَابِكَ، أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ، أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ، أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيعَ قَلْبِي، وَنُورَ صَدْرِي، وَجِلَاءَ حُزْنِي، وَذَهَابَ هَمِّي
Yang artinya, ”Ya Allah, sesungguhnya diri ini adalah hamba-Mu, anak dari hamba laki-laki Mu, dan anak dari hamba perempuan-Mu, Ubun-ubunku berada dalam genggaman-Mu, Hukum-Mu telah berjalan, dan keputusan-Mu merupakan keputusan yang adil, Aku memohon dengan seluruh nama-nama-Mu, yang engkau namai diri-Mu, atau nama yang engkau turunkan dalam kitab-Mu, atau telah engkau ajarkan kepada seseorang dari hamba-Mu, atau nama yang masih engkau simpan disisi-Mu, jadikan Al-Qur’an sebagi penentram jiwaku, cahaya hatiku, pelenyap duka dan lara ku.”
Doa Kedua
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الهَمِّ وَالحَزَنِ، وَالعَجْزِ وَالكَسَلِ، وَالبُخْلِ، وَالجُبْنِ، وَضَلَعِ الدَّيْنِ، وَغَلَبَةِ الرِّجَالِ
Yang artinya, ”Ya Allāh aku berlindung kepada-Mu dari gundah gulana dan kesedihan, begitu juga dari kelemahan dan kemalasan, kekikiran, sifat penakut, lilitan hutang dan penindasan.” [Shahih Al-Bukhari No. 6363]
Doa Ketiga
اللهُمَّ رحْمتَك أرجُو، فلا تكلْنِي إلى نَفْسي طرْفَةَ عَينٍ، وأصلحْ لي شأنيكُلَّهُ، لا إلهَ إلا أنتَ
”Ya Allāh ya Rabbku, aku berharap Rahmat-Mu, janganlah Engkau serahkan urusanku kepada diriku sendiri, janganlah Engkau berpaling dari ku walaupun hanya sekejap mata, perbaikilah semua urusanku, tidak ada Rabb yang berhak disembah melainkan Engkau semata.” [Merupakan doa yang sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dalam Sunannya No. 5090 dan dishahihkan oleh Syaaikh Al-Albani rahmatullahu dalam Shahahih Adab Al-Mufrad No. 701]
Doa merupakan salah satu cara untuk mengatsi Strategi semacam ini dapat mengatasi kesedihan. Dengan strategi semacam ini, dapat membantu kita ketika menghadapi masalah , dapat meredakan rasa sakit yang dirasakan, serta menghadirkan ketenangan dan kekuatan jiwa untuk menghadapi hari-hari yang akan datang. Selain mendapatkan ketenangan serta kekuatan jiwa, strategi ini merupakan cara untuk dapat lebih dekat dengan Sang Pencipta.
Jasmine Nurhaliza. W & Kartika Rusdiana. S,
Mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka