Mengenal Lamongan, Kota Adipura

Mengenal Lamongan, Kota Adipura

Lamongan memiliki julukan Kota Adipura, termasuk kota yang bersih di Provinsi Jawa Timur

DEPOKPOS – Lamongan adalah salah satu kota sekaligus provinsi di Jawa Timur. Kota soto Yang terletak di pulau jawa ini, berada di bagian utara. Sejarah dari nama kota Lamongan sendiri memiliki berbagai sumber cerita, sesuai dengan tempat dan kawasan masyarakatnya.

Lamongan memiliki julukan Kota Adipura, termasuk kota yang bersih di Provinsi Jawa Timur. Hal ini yang membuat Kabupaten Lamongan banyak di gemari wisatawan untuk berkunjung.

Dari lamongan bagian selatan menganggap nama lamongan berasal dari nama seorang tokoh yakni, Mbah lamong. Sebutan bagi seorang pemuda bernama hadi, karena dia pandai dalam mengayomi atau mengemong rakyatnya, dengan membina dan mahir dalam menyebarkan agama islam, sehingga dia di cintai seluruh rakyat daerah tersebut. Hingga akhirnya kawasan ini di sebut Lamongan.

Lamongan juga memiliki beragam ikon selain soto khasnya yang terkenal dengan kuah bening dengan ciri khas rasa rempah-rempah yang begitu menonjol, serta kaldu ayamnya. Membuat Makanan ini menjadi ikon lamongan yang dikenal oleh masyarakat luar kota, luar jawa, hingga mancan negara seperti di negara Singapura. Lamongan juga dikenal dari segi pariwisatanya dari edukasi, relegius, dan alam.

Salah satu wisata edukasi terkenal adalah WBL atau wisata bahari lamongan. WBL adalah tempat wisata edukasi yang terletak di kecamatan paciran bagian pantai utara. Yang di resmikan pada tanggal 14 November 2004.

BACA JUGA:  Ramadhan dan Tantangan Pendidikan

Wahana unggulnya terdiri dari wisata edukasi laut, goa, dan kebun binatang atau maharani zoo. Di samping itu, bangunan WBL juga menarik dari gerbang masuknya kita di sambut dengan berbagai biota laut. Maharani salah satu kebun binatang dilamongan yang berisi hewan-hewan asli indonesia. Pada tahun 2014 lahirlah anak harimau blasteran dari harimau sumatra dan jawa.

Disebelah selatan tempatnya didesa drajad kecamatan sekaran, terdapat wisata relegius yakni ditemukan makam waliyullah yang bernama asli Raden Qosim. Beliau lahir pada tahun 1470 M, putra dari sunan ampel yang terkenal kecerdesanya, lebih tepatnya beliau adalah saudara dari sunan bonang. Mengutip dari buku kisah 9 wali penyebar islam di jawa (2007), karangan M. Faizi.

Awalnya sunan drajat berdakwah di pesisir gresik. Kemudian beliau melanjutkan perjalanan dengan perahunya ke daerah barat. Namun, di tengah perjalanan beliau mengalami masalah pada perahunya. Hingga akhirnya beliau terdampar di kawasan Desa Banjarwati, yang kini di sebut sebagai lamongan. Beliau di terima baik oleh sesepuh dan masyarakat daerah tersebut, hingga akhirnya beliau di beri tempat untuk berdakwah.

Setahun kemudian beliau berpindah tempat ke selatan yang masuk daerah Paciran, kabupaten Lamongan. Sunan Drajat menempati sisi perbukitan selatan, yang kini menjadi kompleks pemakaman, dan dinamai sebagai ndalem nduwur. Beliau mendirikan masjid sebagai tempat berdakwah hingga saat ini juga menghabiskan sisa hidupnya hingga wafat pada tahun 1522 M.

Sunan Drajat memperkenalkan konsep dakwah bil-hikmah, dengan cara bijak tanpa memaksa. Melalui 5 cara yakni, pengajian, pesantren, memberi fatwah petunjuk, mengajarkan kesenian tradisional, dan menyampaikan agama dengan konsep ritual tradisional. Adapun, beliau memberi ajaran melalui tembang pangkur dan dan iringan gending.

BACA JUGA:  Psikologi Warna dalam Komunikasi Pemasaran Digital

Hal menarik yang menjadi sebab dakwah beliau di terima ialah, beliau memberi ajaran yang sangat menghargai hak kaum fakir miskin dan menjaga kesejahteraan masyarakatnya. Salah satunya yang tercantum dalam 4 pokok ajaran beliau yakni ;

Paringono teken marang wong kang wuto
(berilah tongkat bagi orang yang buta)
Paringono pangan marang wong kang kaliren
(berilah makanan bagi orang yang kelaparan)
Paringono sandang maring wong kang kawudan
(berilah pakaian bagi orang yang telanjang)
Paring ngono payung marang wong kang kudanan
(berilah payung bagi orang yang kehujanan)

Jadi, tidak heran jika masyarakat daerah sana sangat menerima ajaran beliau, dan hingga saat ini pesantren peninggalan beliau, pesantren sunan drajat memiliki perkembangan yang sangat pesat. Entah dari jumlah murd hingga kualitas pandangan di mata masyarakat. Makam waliyullah beliau pun masih ramai dan menjadi ikon wilayah banjarwati sendiri.

Walaupun beliau sudah meninggal, kesejahteraan warga daerah setempat masih terjaga. Wisata religi inipun bisa menambah penghasilan warganya. Entah dengan menjual kaos, makanan, dan cindera mata. Ajaran Sunan Drajat pula sangat gampang penerapanya, seharusnya kita anak bangsa yang bukan hanya keturunan dari orang lamongan harus mengambil hikmah dan suri tauladanya.

Bergeser ke arah barat, tepatnya di wilayah pesisir pantai utara. Bagian lamongan yang terkenal akan keindahan alam lautnya dan sumber daya alam laut yang menjadikan lamongan di juluki sebagai produsen seafood terbesar di Jawa Timur. Memiliki pelabuhan lokal yang beroperasi sebagai tempat penyeberangan, pengiriman, dan trasportasi lainya antar pulau.

BACA JUGA:  Dampak Kasus eFishery Terhadap Startup Indonesia

Selain itu, keindahan alam lamongan, tepatnya darah pesisir pantainya, tidak kalah menrik dengan wisata lainya. Mengapa? Keelokan khas sunset dan sunrise matahari pantai utara kabupaten lamongan, akan menemani pengemudi yang berkendara melewati jalan di sepanjang garis pantai. Tepatnya di jalan nasional brondong-paciran yakni Pantai Lorena.

Selain Pantai Lorena, bagi pengendara yang dari barat juga akan di sambut oleh jembatan perbatasan yang memiliki ciri khas tersendiri yakni di penuuhi oleh prahu dan kapal warga setempat. Mata pecaharian nelayan di desa ini santai menjadi andalan mereka, petani garam dan ibu-ibu yang menjadi produsen ikan asin, ikan gereh, garam, dan bumbu hasil perikanan mereka.

Tepatnya di Desa Lohgung, berbatasan dengan Kabupaten tuban. Di sini kita akan menemui pantai pasir putihnya lamongan pesisir, yaitu Pantai Joko Mursodo sekitar 900 meter dari jalan nasional. Kita hanya perlu berjalan ke utara selama 10 menit dari jalan pantura. Dengan tarif harga yang begitu murah, tak heran jika pantai ini menjadi lokasi reast area kota perbatasan.

Oleh : Muhammad Rafli Mahrodin
MAHASISWA PRODI BAHASA DAN SASTRA ARAB
UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH

Pos terkait