Oleh: Aktif Suhartini, S.Pd.I., Anggota Komunitas Muslimah Menulis Depok
Indonesia, negara dengan mayoritas penduduknya beragama Islam tapi kasus penyakit menularnya tinggi, salah satunya sifilis atau raja singa. Ini menunjukkan buruknya dan makin liberalnya pergaulan yang terjadi di Indonesia. Dan hal ini terbukti membawa masalah besar pada kehidupan masyarakat. Sudah pasti kondisi akan lebih buruk apabila legalisasi LGBT di negeri ini disahkan juga. Naudddzuuubillah.
Bandung merupakan salah satu kota dengan kasus meningkatnya penyakit sifilis. Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung Anhar Hadian, dalam waktu 2020-2022 kasus sifilis di Bandung terus meningkat seiring dengan peningkatan pemeriksaan yang dilakukan. Berdasarkan data, pada 2020 ada 11.430 orang diperiksa, ditemukan 300 positif sifilis dan pada 2021, sebanyak 12.228 orang yang diperiksa, dan ditemukan 332 positif sifilis.
Bahkan, pada 2022 pemeriksaan yang dilakukan meningkat menjadi 30.311 orang, dan ditemukan 881 orang positif sifilis. Selain itu, 30 persen dari total kasus positif sifilis itu merupakan warga yang berdomisili di luar Kota Bandung. Data ini didapat dari laporan rumah sakit, puskesmas, dan klinik yang menyelenggarakan layanan IMS (Infeksi Menular Seksual). Skrining ini hanya dilakukan di Kota Bandung dan beberapa wilayah lainnya di Jawa Barat, jika dilakukan menyeluruh, kemungkinan temuan kasus akan lebih tinggi daripada data saat ini. Astaqfirullah. Sungguh mengerikan.
Data tersebut membuat galau pemerintah Pemprov Jabar, dan ini langsung direspon oleh Pemprov Jabar dengan melakukan upaya maksimal guna menekan laju sebaran penyakit menular dengan memastikan obat-obatan telah didistribusikan ke puskesmas di beberapa wilayah. Pihaknya juga melakukan skrining terhadap populasi kunci dan ibu hamil hingga tingkat kecamatan.
Masyarakat pun dihimbau untuk selalu menerapkan gaya hidup yang sehat, khususnya dalam berinteraksi yang menjadi jalan masuk penyakit sifilis. Pasalnya, penyakit sifilis disebabkan oleh bakteri dan dapat menular melalui hubungan seksual. Bahkan, termasuk seks berisiko, yaitu bergonta-ganti pasangan atau hubungan seksual sesama jenis. Sifilis juga dapat menular dari ibu kepada anak yang belum lahir.
Tidak dipungkiri, tingginya penyakit sifilis, buah sistem kapitalis sekuler. Sistem yang berasaskan liberalisme ini telah berhasil membidik generasi agar menjadikan hura-hura sebagai dasar tujuan hidupnya. Akibatnya moral mereka semakin rusak. Pasalnya, paham tersebut membuat manusia melupakan tiga pertanyaan sampul besar yakni uqdatul qubra. Dari mana kita berasal? Untuk apa kita hidup? Akan ke mana setelah mati? Otomatis lupa bahwa mereka berasal dari Allah dan akan kembali pula kepada-Nya. Lupa bahwa setiap detik hidupnya akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah kelak di yaumil hisab (hari perhitungan). Lupa bahwa mereka hamba Allah, bukan hamba hawa nafsu yang menuhankan budaya hura-hura.
Karena lemahnya berpikir yang benar, remaja saat ini cenderung berprilaku mengikuti perasaan, terlebih lagi cengkraman industri hiburan mulai dari film, fashion, dan musik. Hal ini menyebabkan generasi milenial umat Islam sudah benar-benar terjerat secara penuh dan menjiplak kebudayaan bangsa lain tanpa menyaring sesuaikah sikap hidup dengan aturan Illahi. Pelecehan terjadi disebabkan orientasi kehidupan yang dangkal dan menjadikan kesenangan jasmani sebagai tujuan tertinggi. Jangankan berstandar aturan Ilahi, mereka hanya mencari keuntungan diri serta menghalalkan segala cara, melupakan kepatutan atau kemuliaan akhlaknya.
Padahal, Islam telah menentukan tata pergaulan yang sehat dan sesuai syariat. Islam menjadikan negara wajib mewujudkan tata pergaulan ini dan semua hal yang dibutuhkan untuk menjaga keselamatan masyarakat, sehingga terbebas dari berbagai penyakit menular. []