
Penerapan teknologi audit dapat meningkatkan kualitas audit. Misalnya, untuk mengidentifikasi risiko dan kecurangan, Pernyataan Standar Auditing AS (SAS) No. 316.52 mengindikasikan bahwa auditor membutuhkan teknik audit berupa bantuan komputer untuk mengumpulkan lebih banyak bukti tentang data yang terdapat dalam akun signifikan atau file transaksi elektronik” (AICPA , 2006). Willborn (1989) berpendapat bahwa kualitas audit tidak dapat secara sederhana ditafsirkan sebagai pemenuhan standar audit. Ini juga memerlukan penggunaan teknologi audit yang inovatif. Selain itu, ASA 240 merekomendasikan agar auditor menggunakan Generalised Audit Software (GAS) saat melakukan audit di lingkungan teknologi informasi. GAS adalah perangkat lunak khusus yang memungkinkan auditor mengotomatisasi berbagai tugas audit. Ini dapat dibeli dari vendor untuk tujuan tertentu seperti penilaian atau sampling risiko audit klien atau dapat dikembangkan sendiri oleh perusahaan itu sendiri untuk mencerminkan metodologi audit tertentu.
Penerapan teknologi audit di negara maju telah mendapatkan momentum. Menarik untuk menyelidiki konteks negara berkembang dan penerapan teknologi audit mereka. Hal ini sangat penting, mengingat pentingnya audit berkualitas tinggi untuk memastikan integritas pelaporan keuangan, terutama di negara berkembang di mana kualitas dan transparansi pelaporan keuangan sering dipertanyakan. Berdasarkan perspektif di atas, tulisan ini berusaha untuk memberikan analisis terkait Indonesia, negara dengan jumlah penduduk terpadat keempat di dunia dan sebuah negara dengan ekonomi dan pasar modal yang berkembang pesat. Secara khusus, tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menguji adopsi GAS eksternal auditor eksternal di Indonesia. Untuk mencapai tujuan ini, pertanyaanyna adalah apa faktor-faktor yang mempengarui adopsi GAS di Indonesia? Harus disorot bahwa standar audit Indonesia merekomendasikan penggunaan perangkat lunak audit dalam pelaksanaan audit (Audit Standard Statements No 59), namun penggunaannya tidak diamanatkan. Oleh karena itu, motivasi bagi perusahaan audit Indonesia untuk meningkatkan penggunaan teknologi ini tidak diatur regulasi.
Tulisan ini membuat beberapa kontribusi penting bagi literatur. Pertama, sebagian besar penelitian sampai saat ini menggunakan GAS hanya berfokus pada negara Barat (Ahmi dan Kent, 2013; Curtis dan Payne, 2008). Sejauh mana studi ini relevan bagi negara-negara berkembang patut dipertanyakan. Misalnya, tidak seperti AS, penggunaan GAS relatif baru terhadap praktik audit Indonesia, oleh karena itu tulisan ini memberi kesempatan untuk mendapatkan pemahaman tentang faktor yang mendorong atau menghambat pelaksanaannya pada saat pasar masih relatif kurang berkembang. Selain itu, Indonesia memiliki budaya dan lingkungan operasi yang berbeda untuk auditor dan bisnis. Contohnya, ekonomi Indonesia didominasi oleh usaha keluarga yang dikendalikan. Beberapa dari organisasi ini sangat besar dan terdaftar di bursa saham; Namun, sedikit yang diaudit oleh perusahaan Big Four.
Kedua, banyak penelitian mengenai teknologi audit atau perangkat lunak audit yang berfokus pada audit besar (Bedard et al., 2003, Curtis dan Payne, 2008, Vendrzyk dan Bagranoff, 2003), sedangkan studi ini memberikan wawasan tentang penerapan GAS dalam audit eksternal di seluruh , Perusahaan menengah dan kecil. Ketiga, penelitian ini menggunakan kerangka teknologi, organisasi dan lingkungan (TOE) untuk menguji proses adopsi GAS dalam konteks perusahaan audit eksternal. Kerangka kerja ini belum banyak diterapkan di Indonesia. Penelitian audit, terlepas dari kemampuannya secara holistik memahami proses adopsi teknologi yang dipengaruhi oleh berbagai kekuatan internal dan eksternal. Secara khusus, dengan menggunakan kerangka TOE, peneliti dapat memperoleh wawasan tentang dampak simultan faktor adopsi teknologi, lingkungan, organisasi dan individu.
Tulisan ini menemukan bahwa faktor-faktor seperti kompatibilitas dengan platform TI yang ada di klien, kesesuaian dengan tugas, sikap auditor terhadap GAS, kebijakan dan dukungan perusahaan dan kebutuhan dan harapan klien sangat berpengaruh di GAS adopsi. Tampaknya dalam ekonomi berkembang seperti di Indonesia, faktor-faktor ini merupakan prasyarat utama dalam mengadopsi inovasi-inovasi ini. Temuan juga menunjukkan bahwa adopsi GAS sangat ditentukan oleh kebutuhan klien. Seiring klien tumbuh dalam ukuran dan kecanggihan di negara berkembang, demikian juga kebutuhan untuk menggunakan inovasi seperti GAS untuk layanan yang lebih baik sesuai kebutuhan mereka. Salah satu temuan kunci terakhir adalah bahwa adopsi GAS pada dasarnya mengikuti dua langkah. Pertama, perlu ada faktor lingkungan yang sesuai seperti karakteristik klien yang baik dan mendukung Lingkungan peraturan untuk memudahkan keputusan. Kemudian, asalkan kondisi organisasi dan teknologi yang menguntungkan diterapkan seperti kebijakan dan dukungan perusahaan dan keterampilan TI yang memuaskan, keputusan untuk mendapatkan dan menerapkan GAS akan mengikuti.
Tulisan ini mengidentifikasi beberapa faktor adopsi GAS baru yang berpengaruh. Secara khusus, kompatibilitas bahasa dan regulator / dukungan tubuh profesional ditemukan sangat berpengaruh dalam adopsi GAS; Namun, faktor-faktor ini tidak ditekankan pada penelitian sebelumnya. Tampaknya dalam perekonomian yang sedang berkembang seperti di Indonesia, perusahaan audit lebih bergantung pada dorongan dan dukungan dari regulator dan badan profesional dalam mengadopsi inovasi ini daripada yang mungkin terjadi di negara-negara yang lebih maju. Sedangkan kerangka TOE mengasumsikan bahwa pengaruh teknologi.
Hal menarik lainnya adalah bahwa adopsi GAS pada dasarnya mengikuti proses dua langkah. Pertama, perlu ada faktor lingkungan yang sesuai seperti karakteristik klien yang baik dan lingkungan peraturan yang mendukung untuk memfasilitasi keputusan tersebut. Kemudian, asalkan kondisi organisasi dan teknologi yang menguntungkan diterapkan seperti kebijakan dan dukungan perusahaan yang kuat dan kemampuan TI auditor yang memuaskan, keputusan untuk mendapatkan dan menerapkan GAS akan mengikuti. (Darihan Mubarak/STEI SEBI)