Palang Pintu, Acara Adat Pernikahan Betawi

Ilustrasi. (ist)
Ilustrasi. (ist)

Ada banyak sekali upacara-upacara adat di Indonesia yang dilakukan untuk pernikahan, salah satunya adalah Tradisi Palang Pintu.

Palang Pintu merupakan bagian dari salah satu rangkaian upacara adat pernikahan Betawi. Biasanya dalam acara ini terdapat seorang jawara dari kedua belah pihak dan jawara tersebut akan salih beradu pantun dan silat.

Bacaan Lainnya

Palang Pintu secara bahasa terdiri dari dua kata palang dan pintu. Palang dalam bahasa Betawi adalah “Peghalang” supaya orang lain atau sesuatu tidak bisa lewat, sedangkan pintu adalah “Pintu”, jadi bisa diartikan Palang Pintu adalah Tradisi untuk

BACA JUGA:  Cara Membuat Desain Cover Buku yang Profesional dan Elegan

Membuka penghalang orang lain untuk masuk kedaerah tertentu dimana suatu daerah mempunyai jawara atau jagoan (sebagai penghalang/palang).

Awalnya, terjadi dialog yang sopan antara jawara kedua belah pihak. Masing-masing jawara saling bertukar salam serta saling mendoakan satu sama lain. Sampai akhirnya pelan-pelan situasi mulai memanas lantaran pihak pengantin perempun ingin menguji kesaktian dan juga kepandaian jawara dari pihak pengantin laki-laki dalam berilmu silat dan mengaji.

“Palang pintu itu pengantin pria muali memasuki pelataran kediaman mempelai wanita diiringi dengan marawisan. Setelah itu, kan tiap mempelai punya jawara tuh, jadi, sebelum masuk ke rumah mempelai wanita, pengantin pria harus ngalahin jawara dari mempelai wanita dulu supaya bisa masuk ke rumah mempelai wanita. Seandainya jagoan palang pintu wanita kalah, dia boleh masuk. Kalau tidak, berarti dia enggak boleh masuk,” kata Benny (50), salah seorang penggiat di acara palang pintu ini.

BACA JUGA:  Peluang UMKM di Tengah Marak Boikot Produk Israel

Bennya, atau biasa dikenal dengan sebutan Bang Bens merupakan seorang penggiat dan pemilik dari Sanggar Bang Bens Rawa Belong, Jakarta Barat ini mengatakan bahwa acara palang pintu dilakukan guna mempererat tali persaudaraan antara keluarga mempelai pria maupun wanita. Selain itu, acara ini sebagai ujian bagi sang lelaki untuk membuktikan kehebatan dan kesolehan kepada keluarga mempelai wanita bahwa sesungguhnya dia pantas meminang sang wanita.

BACA JUGA:  Tantangan Literasi Digital di Tengah Arus Informasi yang Cepat

Dikatakannya, wanita Betawi itu tidak boleh sembarangan menerima pria untuk dijadikan pasangan hidupnya. Wanita tersebut harus jeli dalam menentukan apakah pria tersebut pantas atau tidak, bagaimana asal-usulnya, pekerjaan, hingga ke keluarganya. “Jangan sampai istilahnya maen terime-terime aje. Enggak taunye tuh laki kaga bener” ujar Bang Bens.

Tradisi Palang Pintu sendiri merupakan gabungan dari kemampuan dalam beladiri silat yang dipadukan dengan kepandaian memainkan kata-kata dalam bersajak pantun. Tidak lupa, acara ini memperlihatkan kemampuan mengaji sang pria yang tidak boleh dikesampingkan oleh mempelai wanita. (ADP)

Adinda Pertiwi

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *