
Disaat matahari masih malu menampakkan sinarnya, mereka sudah berpeluh keringat menjajakan dagangannya. Disaat dingin masih menyelimuti, mereka sudah berangkat menuju tempat mencari rezeki. Disaat para konglomerat masih nyenyak di tempat tidur sutranya, mereka telah siap menyambut pembeli dengan penuh semangat di dalam kios yang apa adanya.
Pasar Kemiri Muka adalah salah satu pasar tradisional yang sangat terkenal dan berpengaruh di kota Depok. Pasar ini terletak di kelurahan Kemiri Muka, Kecamatan Beji. Pasar yang berada di jantung kota Depok ini terletak persis di bawah flyover Jalan Arif Rahman Hakim. Mirisnya, akses menuju pasar yang diapit oleh ruko-ruko ini pada siang hari dipenuhi oleh barisan angkotan kota (angkot) yang ngetem dengan sembarangan hingga menyulitkan pengguna jalan yang menuju pasar tersebut.
Pasar Kemiri Muka, pasar yang selalu menampilkan kesederhanaan di setiap sudutnya. Saat hari masih gelap, sudah terlihat kesibukan jual-beli di sini. “Cari apa mba?” “Ayamnya bu dibeli” , seperti itulah gambaran penjual yang menawarkan dagangannya kepada setiap orang yang lewat, walaupun mereka tahu, tawaran mereka tidak selalu berbuah hasil.
Ugin, pedagang bahan masakan yang sudah 10 tahun menggantungkan hidupnya di pasar ini. Menjajakan dagangannya di kios beratapkan terpal yang sudah tak layak pakai. Bermodal beberapa kotak kayu bekas, Ugin menata dagangannya dan dengan penuh semangat melayani pembelinya. Ugin berjualan sejak pukul 11 malam hingga pukul 9 malam setiap harinya, tetapi keuntungan yang didapat masih tidak menentu.
Pasar tradisional kini sudah mulai terpinggirkan sejak banyaknya pasar modern yang tumbuh di tengah masyarakat. Banyaknya pasar modern, tidak mengalahkan pamor Pasar Kemiri bagi masyarakat kota Depok.
“Tukang sayur keliling kan gak mungkin belanja di supermarket, makannya Pasar Kemiri ini tetap ramai walaupun banyak supermarket yang bagus-bagus,” kata Ugin.
Pasar Kemiri sama seperti pasar tradisional lainnya, menjual kebutuhan pokok, sayur-mayur, ikan, ayam, buah-buahan, sampai peralatan rumah tangga. Bedanya, pasar kemiri ini semua dagangan bercampur, tidak dipisah menurut jenis dagangannya. Jadi, Anda akan melihat tukang ayam berjualan di depan tukang sayur.
Ibu Neni adalah salah satu dari banyaknya pembeli yang berdatangan saat hari masih gelap. Menurutnya, pasar akan selalu menjadi tempat berbelanja favorit bagi masyarakat karena hanya di sini pembeli langsung berhadapan dengan penjual,
“Ya karena bisa langsung tatap sama penjualnya mba, gak ribet ke kasir, ngantri juga,” tambahnya. Kondisi pasar yang becek yang bau justru menjadi ciri khas dari pasar itu sendiri.
Meski sekarang ini banyak pasar modern yang bersih dan berkelas, namun pasar tradisional seperti Pasar Kemiri ini masih menjadi primadona di hati masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hanya di pasar tradisional, Anda akan merasakan kembali keramahan masyarakat yang hampir hilang ditelan teknologi.
Islamia Amanatus Sholihah
Mahasiswi Jurnalistik Politeknik Negeri Jakarta