Ustadz Roby Dongkal, Mubaligh Muda Depok Berpenampilan Nyentrik

Ustadz Roby Dongkal. | Desmoreno/depokpos
Ustadz Roby Dongkal. | Desmoreno/depokpos

Majelis At Taubah telah berdiri sejak 2002, yang bermula dari pengajian malam Jum’at yang diadakan di Beji – Depok, tepatnya di kediaman Pradi Suyatna selaku Dewan Pendiri. Majelis ini aktif dan berkembang saat memasuki tahun 2010. Saat ini anggota pengajiannya berjumlah 180 orang.

“Majelis At-Taubah terdiri dari korwil-korwil dan tersebar di 11 kecamatan dan kelurahan. Bahkan, majelis ini juga berkembang hingga wilayah Jadebotabek. Majelis ini, selain mencetak generasi ulama, juga dan berdakwah ke Lapas narapidana di Cilodong, Depok,” ungkap Roby Dongkal kepada Depokpos belum lama ini.

Meski pendirinya adalah Wakil Walikota Depok yang merupakan bagian pemerintahan, Majelis At Taubah, tetap akan melakukan kritik kepada Pemkot jika terdapat kebijakan pemerintah yang tidak tepat.

BACA JUGA:  Sinematografi Sebagai Alat Komunikasi

“Majelis At Taubah bukanlah organisasi pemerintah, tapi wadah para alim ulama dan ormas Islam. Kita akan berpartner dengan Pemkot untuk mengawal program pemerintah, terutama di bidang keagamaan. Yang pasti, kami akan kritik kebijakan pemerintah yang tidak sesuai,” ujar ustad muda berambut gondrong pirang ini.

Ustadz Roby Dongkal adalah anak asli Depok. Ia lahir 7 Agustus 1976 di Dongkal – Tapos, sebuah kampung di wilayah Depok, Kecamatan Sukatani. Menurut pengakuannya, dahulu, di kampung ini, tidak ada warga yang belajar agama. Selama ini warga Depok mengenal Kampung Dongkal adalah wilayah yang dikenal dengan jawaranya.

BACA JUGA:  Pentingnya Menggunakan Tumbler: Langkah Kecil dengan Dampak Besar bagi Lingkungan

“Dulu di kampung saya, hampir tidak ada yang belajar agama. Boleh dibilang, saya tinggal di kampung brandal. Kalau urusan berantem, warga di kampung ini selalu siap. Itulah sebabnya, saya ingin sekali belajar agama (Islam) dengan berpindah dari pesantren ke pesantren,” kata Roby.

Sebelum terjun ke medan dakwah, Roby Dongkal belajar ilmu agama Islam di luar Kota Depok. Tahun 1991, ia lulus STM Boedi Oetomo – Jakarta. Tahun 1995-2003, ia belajar ke Pesantren Salafiah di Banten. Merasa belum puas, Roby belajar ke Pesantren al Hikmah di Brebes, Jawa Tengah, kemudian Pesantren Nurul Hayat di Pandeglang , lanjut ke Cianjur, hingga Salabintana.

BACA JUGA:  Fenomena Cancel Culture pada Penayangan Film Business Proposal

Ketika ditanya, kenapa sebagai ustadz berpenampilan nyentrik, baju hitam, rambut panjang dan berwarna pirang? “ Roby mengakui, banyak pertanyaan yang sama ditujukan padanya, terutama menyangkutnya penampilannya sebagai ustadz nyentrik.

“Banyak yang tidak menyangka saya ini kiai. Dari dulu, sejak sekolah, saya senang berambut panjang, dan tidak pernah dipotong pendek. Bahkan, saat di pesantren, rambut saya sudah panjang. Soal rambut, saya pernah baca riwayat Sahabat Nabi, yang membolehkan rambut dengan cat lain selain hitam,” (Desmoreno)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *