Dilema Petani Belimbing di Depok, Jual Lahan atau Buat Rumah Kontrakan

belimbing_depok

DEPOK – Ironis, ikon Kota Depok yang selama ini dikenal dengan Kota Belimbing, kini sangat memperihatinkan, tak sesuai dengan realitanya. Dalam kurun terakhir, kebun belimbing di Depok kian menyusut alias berkurang, tergerus dengan pembangunan perumahan dan hadirnya rumah kontarakan, baik yang dibangun oleh pihak developer maupun pribadi.

Di wilayah Kali Licin, Kelurahan Rangkapan Jaya, Kecamatan Pancoran Mas, misalnya, sudah beberapa lahan kebun Belimbing yang sedang atau telah disulap menjadi perumahan maupun rumah kontrakan.

Bang Husin, salah satu petani belimbing di Kelurahan Rangkapan Jaya yang ditemui di kebun belimbingnya mengakui, terjadi penyusutan lahan belimbing di Kecamatan Pancoran Mas. Lahan belimbing telah berubah fungsinya menjadi pemukiman dan rumah kontrakan.

Husin tak menampik, jika tak sedikit petani belimbing yang telah menjual tanahnya untuk kebutuhan hidupnya. Ada juga yang membangun rumah untuk anak-anaknya, dan mendirikan rumah kontrakan.

“Bukan tidak mungkin, lahan belimbing terancam habis. Saat ini kebun belimbing memang jauh berkurang. Selain di Pancoran Mas, kebun belimbing yang masih bertahan ada di wilayah Pasir Putih, Bedahan, dan Perigi. Harusnya pemerintah memperhatikan hal ini, menyelamatkan petani belimbing,” ujar Husin

BACA JUGA:  Pakaian Adat Bakal jadi Seragam Sekolah di Depok, Gratis atau Beli Nih?

Diakui Husin, petani belimbing yang menjual tanahnya karena tergiur oleh harga tanah yang tinggi. Itulah sebabnya, sudah beberapa petani melepas kebun belimbingnya untuk disulap menjadi pemukiman perumahan. Ketika ditanya, lebih enak mana, punya kebun belimbing atau rumah kontrakan? Husin jujur menjawab, “Lebih enak punya kontrakan, resikonya kecil. Sedangkan belimbing butuh modal besar.”

Lahan Belimbing Menyusut

Sebagai catatan, Kota Depok terbentuk pada tahun 1999 berdasarkan UU No.15 Tahun 1999, dengan luas wilayah 20029 m², Meliputi 6 Kecamatan : Pancoran Mas, Beji, Sukmajaya, Limo, Sawangan, Cimanggis. Salah satu potensi pertanian yang cukup potensial adalah tanaman Belimbing. Sebutan Depok sebagai Kota Belimbing telah ada sejak tahun 2007.

Jika sebelumnya, ada sekitar 600 petani belimbing yang tersebar di enam kecamatan, kini mulai berkurang. Setiap petani rata-rata memiliki luas lahan 500 meter persegi sampai 3 hektar. Setiap 500 meter lahan dapat ditanami 16 hingga 20 pohon belimbing.

BACA JUGA:  Jaga Netralitas ASN Depok, Jangan Mau Disetir Oknum demi Ambisi Kekuasaan!

Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok tak menampik bahwa keberadaan lahan belimbing semakin menyusut. Banyak peralihan fungsi lahan pertanian belimbing, berganti dengan pesatnya pembangunan perumahan di Depok. Saat ini luas lahan pertanian semakin berkurang.

Masih dalam catatan Dinas Pertanian dan Perternakan Kota Depok, lahan pertanian untuk Belimbing tahun 2010 seluas 128 hektar, 2011 turun menjadi 115 hektare, 2012 menjadi 105 hektare dan 2013 sampai awal tahun 2014 hanya tinggal 96 hektar.

Kurun waktu lima tahun terakhir 36 hektar lahan belimbing lenyap dan beralih fungsi menjadi pemukiman. Selain terjadi penyusutan lahan, jumlah kelompok tani yang sebelumnya berjumlah 31 kelompok pada 2010, kini tinggal 18 kelompok tani belimbing, yang beranggotakan 675 orang yang masih aktif.

Pemerintah Kota Depok mengaku berupaya memproteksi potensi unggulan lokal seperti belimbing Depok. Salah satunya dengan memasukan lahan belimbing yang tersisa ke dalam ruang terbuka hijau yang sudah masuk ke peraturan daerah Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Depok.

BACA JUGA:  IBH Sebut Sudah Kantongi SK DPP PKS jadi Calon Wali Kota Depok di Pilkada 2024

Ketua Asosiasi Belimbing Depok, Nanang Yusup pernah menyatakan miris melihat Pemerintah Kota Depok (ketika dipimpin Nurmahmudi Ismail) seakan menutup mata dengan situasi ini. Petani belimbing Dewa di Depok, seakan berjalan sendiri.

Ia menilai pemerintah belum pro ke petani belimbing, pembinaan pun sangat minim. “Padahal sudah dijadikan ikon kota. Tapi tidak ada keberpihakan kepada para petani yang hampir semuanya warga Depok,” kata Nanang. (Desmoreno)