DEPOKPOS – Islam memperhatikan kehidupan keluarga secara khusus, seperti yang disebutkan dalam Al-Qur’an surah Ar-Rum ayat 21, “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu pasangan hidup dari jenismu sendiri supaya kamu merasa tenteram kepadanya (sakinahh)”. Tujuan utama pernikahan dalam islam adalah untuk membentuk keluarga yang sakinahh. Untuk mengatasi masalah keluarga di zaman sekarang yang begitu kompleks, pemahaman konsep keluarga sakinahh menjadi penting untuk diketahui sebagai bekal untuk menciptakan keluarga yang sakinahh. Dalam buku tafsir Al-Azhar (2019, p. 67), Buya Hamka menekankan bahwa keluarga sakinahh tidak hanya tentang kebahagiaan dunia saja, tapi juga tentang kebahagiaan spiritual yang terus berkembang.
Kehidupan masa kini mendatangkan banyak tantangan baru bagi tiap keluarga. Misalnya, orang tua menggunakan perangkat elektronik seperti handphone saat di rumah, anak-anak lebih suka bermain game online daripada menghabiskan waktu dengan ayah ibunya, dan juga banyak pasangan mengalami stres karena banyaknya tuntutan pekerjaan. Untuk menghadapi berbagai tantangan ini, pasangan suami istri harus memiliki kesadaran dan komitmen yang kuat terlebih dahulu. Hal ini diperkuat oleh (Hafidhuddin, 2020) dalam jurnalnya ia mengatakan bahwa tanpa adanya komitmen yang kuat, keluarga akan mudah goyah menghadapi godaan zaman sekarang.
Banyak keluarga yang salah memahami maksud dari keluarga sakinahh. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh (Mustofa, 2021) menemukan bahwa ketidaktahuan pasangan tentang definisi sakinahh menyebabkan 65% masalah dalam keluarga modern. Banyak pasangan mengira bahwa keluarga sakinahh artinya memiliki rumah yang bagus, mobil mewah, dan bisa dengan mudah berkesempatan untuk berlibur ke luar negeri. Padahal itu hanyalah bonus atau tambahan dari Allah Swt (Mustofa, 2021).
Di era yang serba digital ini, masalah keluarga menjadi semakin kompleks. Ada orang yang dengan mudahnya berselingkuh melalui media sosial, anak-anak yang mulai kecanduan internet, ataupun pasangan yang lebih sibuk dengan handphone nya daripada berbincang dengan satu sama lain. Penelitian yang dilakukan oleh (Rahman, 2022) menunjukkan bahwa keluarga yang benar-benar memahami dan menerapkan konsep sakinahh memiliki kemungkinan cerai 75% lebih rendah daripada keluarga yang tidak melakukannya. Keluarga yang menjadikan agama sebagai panduan utama akan lebih mampu bertahan menghadapi godaan teknologi di zaman sekarang ini.
Menanam pohon sama dengan membangun keluarga sakinah. Butuh waktu, kesabaran dan perawatan yang teratur untuk menumbuhkan dan menyelesaikannya. Keluarga sakinahh bukan seperti mie instan yang langsung jadi, karena mie instan pun tidak se-instan itu, perlu ada proses merebus mie terlebih dahulu baru setelah itu bisa dinikmati. Proses ini membutuhkan kesabaran dan kerja keras dari suami dan istri, kerja sama satu sama lain untuk menciptakan keluarga sakinahh, bukan hanya salah satu saja yang berusaha menciptakan sakinahh dalam keluarga. Dukungan antar suami istri, berkomunikasi, dan berpegang teguh pada prinsip agama adalah kuncinya.
Definisi Keluarga Sakinah
Kata “sakinah” berasal dari bahasa arab “sakana” yang memiliki arti sangat dalam untuk kehidupan keluarga. Bayangkan perasaan damai dan ketenangan yang kita alami saat kita berada di rumah bersama orang-orang yang kita sayangi. Menurut Quraish Shihab, “sakinahh” adalah ketenangan yang hidup dan positif, seperti air yang mengalir dengan tenang namun tetap bergerak memberi manfaat (Shihab, 2020).
Menurut ahli psikologi islam (Az-Zahrani, 2021) keluarga sakinahh adalah seperti nahkoda dan awak kapal bekerja sama, kapal tetap dapat melaju dengan tenang meskipun ada badai dan ombak. Keluarga sakinahh seperti bangku berkaki tiga, menurut Prof. Aminah dalam penelitiannya. Kaki pertama adalah hubungan dengan Allah (spiritual), kaki kedua adalah hubungan dengan masyarakat (sosial), dan kaki ketiga adalah kesehatan jiwa setiap anggota keluarga (psikologis). Ketiga kaki ini harus sama kuat agar seimbang dan bangku bisa berdiri tegak, sehingga bisa memberi kenyamanan (Aminah, 2022).
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Dr. Mahmud selama lima tahun, dia menemukan bahwa keluarga yang menjalankan prinsip-prinsip sakinahh, seperti sholat berjamaah rutin dan makan bersama cenderung memiliki hubungan yang lebih bahagia dan bertahan lebih lama dibanding keluarga yang tidak melakukannya (Mahmud, 2023). Di zaman sekarang yang serba digital, konsep sakinahh masih tetap relevan, hanya saja perlu cara yang tepat dan sesuai dalam penerapannya.
Prof. Faizah memberikan ilustrasi menarik yang mudah dipahami, ia mengatakan bahwa jika dulu keluarga hanya berkumpul di rumah, sekarang juga bisa berkumpul melalui video call. Menurut (Faizah, 2023) yang terpenting adalah tetap bersama dan berkomunikasi, bukan hanya melakukan sesuatu. Selain itu, beliau menekankan betapa pentingnya menghabiskan waktu bersama keluarga di tengah kesibukan zaman sekarang.
Ciri-Ciri Keluarga Sakinah
1. Berlandaskan Agama
Untuk membanguin keluarga yang sakinahh, fondasi agama sangat penting dan tidak bisa diabaikan. Keluarga yang sering beribadah bersama memiliki tingkat keharmonisan 70% lebih tinggi daripada keluarga yang tidak melakukannya (Amin, 2021). Sholat berjamaah, mengaji bersama setelah sholat maghrib, atau tadarus Al-Qur’an selama bulan Ramadhan adalah beberapa contohnya. Orang tua berperan penting dalam mengajarkan nilai agama kepada anak mereka. Anak-anak pertama kali belajar dari orang tua mereka.
Cara mereka mengajarkan agama akan mempengaruhi spiritualitas anak hingga dewasa. Bercerita tentang kisah nabi, mengajarkan doa sehari-hari atau mengajarkan anak untuk beribadah sejak kecil dapat coba diterapkan dalam keluarga untuk mencapai keluarga sakinahh.
Al-Qur’an dan sunnah adalah sumber utama untuk mengambil keputusan dalam keluarga. Menurut penelitian (Ahmad, 2023), kegiatan ibadah bersama menciptakan momen kebersamaan yang bermakna dan membangun memori positif dalam keluarga. Keluarga yang terlibat dalam kegiatan keagamaan bersama cenderung lebih mampu mengatasi tekanan stres. Mereka memiliki tempat kembali saat menghadapi masalah dan nilai-nilai yang jelas untuk diajarkan kepada anak-anak mereka.
2. Berkomunikasi dengan Baik
Komunikasi sangat penting untuk membangun hubungan keluarga yang sehat, karena komunikasi yang buruk merupakan sumber 85% munculnya masalah dalam keluarga. Komunikasi yang baik dimulai dengan kesediaan untuk berbicara secara terbuka dan jujur tentang masalah, pikiran dan perasaan masing-masing pasangan suami istri maupun anak dalam keluarga. Komunikasi keluarga sangat bergantung pada “mendengarkan dengan penuh perhatian dan aktif”. Ketika anggota keluarga merasa didengarkan, mereka akan lebih terbuka untuk berbagi dan mencari solusi bersama (Kartika, 2023).
Cara utama untuk menyelesaikan masalah adalah dengan berbicara. Studi yang dilakukan oleh (Widodo, 2023) menemukan bahwa keluarga yang rutin berbicara memiliki tingkat penyelesaian konflik yang baik sebesar 75%. Mengadakan pertemuan keluarga setiap minggu atau melakukan diskusi santai saat makan malam bersama. Sangat penting untuk membangun kebiasaan berkomunikasi yang baik sejak kecil. Komunikasi yang efektif tidak terjadi begitu saja, tetapi perlu dilatih dan dipelihara secara konsisten. Untuk membiasakan komunikasi, bisa dilatih dengan hal-hal sederhana seperti menanyakan kabar, berbagi cerita tentang aktivitas sehari-hari atau berbicara tentang rencana masa depan.
3. Saling Menghormati
Rasa hormat menjadi salah satu fondasi penting dalam hubungan keluarga. (Fatimah, 2023) mengatakan bahwa keluarga dengan budaya yang saling menghormati memiliki tingkat kepuasan pernikahan 90% lebih tinggi. Hal ini mencakup menghargai pendapat, keputusan dan privasi keluarga. Keluarga yang membagi tugas rumah tangga secara adil menunjukkan tingkat stres yang lebih rendah (Pratiwi, 2022). Suami membantu pekerjaan rumah dan istri juga berpartisipasi dalam pengambilan keputusan.
Dalam komunikasi dan interaksi sehari-hari dapat mencerminkan rasa hormat. Berbicara dengan sopan, mengucapkan terima kasih, dan meminta maaf jika melakukan kesalahan adalah salah satu contoh menghormati. Keluarga yang berasal dari budaya yang saling menghormati cenderung lebih harmonis dan memiliki anggota keluarga yang lebih percaya diri. Mereka menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi setiap anggota keluarga untuk tumbuh.
Tips Membangun Keluarga Sakinah
Setiap orang pasti menginginkan keluarga yang bahagia dan harmonis. Keluarga sakinahh, mawaddah dan warahmah adalah tujuan yang banyak diinginkan oleh para pasangan yang menikah. Untuk mencapai hal tersebut, terdapat beberapa cara yang dapat dicoba, sebagai berikut :
1. Perkuat Iman Sebagai Pondasi Utama
Keluarga yang memiliki dasar agama yang baik dan kuat akan lebih siap menghadapi berbagai tantangan hidup, menurut (Gymnastiar, 2019) iman yang kuat akan selalu menjadi kompas yang menuntun kita ke pilihan terbaik. Kita akan semakin dekat dengan Allah Swt dengan rutin menjalankan ibadah, mempelajari ajaran agama lebih mendalam, dan saling mengingatkan dalam kebaikan. Ini akan membuat ikatan keluarga semakin erat dan penuh berkah.
2. Luangkan Waktu untuk Berkumpul Bersama Keluarga
Karena kesibukan sehari-hari, kita sering melupakan pentingnya meluangkan waktu bersama keluarga. hubungan akan lebih kuat dan menciptakan memori yang indah akan muncul dari waktu berkualitas yang dihabiskan bersama. Dengan meluangkan waktu untuk berkumpul bersama keluarga, dapat meningkatkan komunikasi dan pemahaman keluarga.
3. Mengatasi Perselisihan dengan Bijak
Konflik terjadi dalam setiap hubungan, termasuk keluarga. Mengelola dan menangani konflik adalah hal yang penting. Jangan pernah mendebatkan permasalahan didepan anak-anak karena hal ini dapat berdampak negatif pada perkembangan mereka.
Islam mengajarkan konsep keluarga harmonis yang disebut keluarga Sakinahh, yang mana setiap anggota keluarga merasakan kedamaian dan kebahagiaan lahir dan batin. Konsep ini berasal dari ajaran Al-Quran bahwa pernikahan dimaksudkan untuk menciptakan kehidupan yang damai. Mengingat laju modernisasi yang semakin cepat, memahami konsep ini menjadi semakin penting guna memperkuat sistem keluarga.
Perkembangan teknologi membawa dinamika baru dalam kehidupan keluarga. Ketergantungan pada perangkat digital, meningkatnya hiburan online, dan tekanan pekerjaan menimbulkan masalah yang mengancam kesehatan rumah. Bukti empiris menunjukkan bahwa keluarga yang menginternalisasi dan mengamalkan prinsip Sakinah memiliki ketahanan yang jauh lebih besar terhadap berbagai guncangan. Hal ini menekankan pentingnya internalisasi nilai-nilai kekeluargaan yang harmonis dalam kehidupan sehari-hari.
Fondasi keluarga yang damai bertumpu pada tiga unsur utama: ketaatan kepada Sang Pencipta, hubungan baik dengan lingkungan sosial, dan kesejahteraan psikologis setiap anggota keluarga. Keserasian ketiga aspek tersebut menjamin terciptanya lingkungan hidup yang kokoh dan berkelanjutan. Membangun keluarga yang harmonis merupakan sebuah perjalanan panjang yang memerlukan dedikasi, pengorbanan dan keikhlasan dari seluruh anggota keluarga.
Interaksi yang berkualitas merupakan salah satu pilar utama yang menjadi landasan dibangunnya keluarga Sakinah. Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar masalah dalam keluarga bersumber dari pola komunikasi yang tidak efektif. Keluarga perlu membangun tradisi bercerita, mendengarkan dengan empati, dan memahami dialog. Aktivitas bersama seperti makan, percakapan keluarga, dan obrolan ringan memperkuat rasa cinta antar anggota keluarga.
Adat istiadat keagamaan menjadi kompas yang memandu perjalanan keluarga Sakinahh. Penelitian menunjukkan kuatnya ibadah berjamaah berbanding lurus dengan tingkat keharmonisan keluarga. Ritual keagamaan, seperti salat berjamaah dan kajian Al-Quran, tidak hanya menjadi aktivitas spiritual, namun juga momen berharga untuk membentuk ikatan emosional yang mendalam. Ajaran agama juga menjadi landasan dalam menghadapi berbagai dilema dalam kehidupan.
Membangun keluarga Sakinah di dunia sekarang ini memerlukan keseimbangan antara tradisi dan modernitas. Jika digunakan secara bijak, teknologi dapat menjembatani batasan ruang dan waktu dalam interaksi kita. Namun esensi keakraban dan kehangatan kekeluargaan harus tetap diutamakan. Kesetaraan peran, saling menghormati, dan kebijaksanaan dalam penyelesaian konflik menjadi kunci sukses membangun keluarga Sakinah yang tangguh di masa yang berubah dengan cepat.
Fauzia Irhamni
Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka