Fenomena Labubu di Tengah Krisis Ekonomi: Kebutuhan atau FOMO?

Fenomena Labubu di Tengah Krisis Ekonomi: Kebutuhan atau FOMO?

Oleh: Jasmine Fahira Adelia Fasha, Freelancer

Belakangan ini, Labubu, boneka monster yang viral karena digunakan Lisa Blackpink, memicu tren yang membuat banyak orang rela antre hingga 17 jam untuk mendapatkannya. Fenomena ini menimbulkan tanda tanya, di tengah deflasi dan lemahnya daya beli atau krisis ekonomi, mengapa masyarakat justru berlomba-lomba mengoleksi barang mewah? Kebutuhan atau fear of missing out (FOMO)?

Bacaan Lainnya

Ternyata, kehebohan Labubu ini tidak hanya soal boneka, tetapi lebih mencerminkan budaya FOMO atau takut ketinggalan tren. Boneka monster ini menjadi simbol status dan gaya hidup yang dekat dengan dunia K-Pop dan selebritas, yang digandrungi oleh banyak anak muda. Mengoleksi Labubu bisa dianggap sebagai cara untuk merasa terhubung dengan idol dan tren global.

Padahal, menurut pakar ekonomi, daya beli masyarakat di Indonesia tengah menurun drastis akibat deflasi yang berlangsung sejak Mei 2024. Deflasi sendiri mencerminkan lemahnya konsumsi, yang merupakan salah satu indikator melemahnya ekonomi. Namun, fenomena antre panjang untuk barang-barang seperti Labubu dan iPhone 16 justru memperlihatkan sisi kontradiktif masyarakat. Meskipun banyak yang mengaku sulit memenuhi kebutuhan sehari-hari, pembelian barang mewah tetap menjadi prioritas bagi sebagian orang.

Ada dua hal yang bisa menjelaskan fenomena ini: Pertama, self-reward (kegiatan memberikan penghargaan kepada diri sendiri atas pencapaian atau usaha yang telah dilakukan) dan escapism (perilaku yang dilakukan berulang kali untuk mengalihkan pikiran dari kenyataan yang tidak menyenangkan, seperti emosi yang tidak baik atau rasa sakit), bagi masyarakat, khususnya Gen Z, membeli barang-barang yang dianggap bisa memberi kebahagiaan instan di tengah ketidakpastian ekonomi.

Kedua, pengaruh budaya konsumsi sosial media membuat mereka merasa harus mengikuti tren agar tidak tertinggal, terutama saat menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan idola atau tren global.

Seiring dengan pertumbuhan budaya konsumtif yang semakin dipengaruhi media sosial, penting bagi masyarakat, terutama Gen Z, untuk memperoleh edukasi keuangan yang baik. Mereka perlu dibekali pemahaman mengenai pengelolaan uang, pentingnya prioritas kebutuhan, dan risiko konsumsi berlebihan di tengah ekonomi yang sulit.

Namun sebelum membahas edukasi keuangan, anak muda perlu memahami, pembekalan ilmu Islam tentu sangat penting untuk keberlangsungan hidup. Dengan mengetahui tujuan hidup, baik yang wajib, sunnah, haram, makruh, mubah, apa yang sekiranya diutamakan dalam syariat dan mana hal yang tidak perlu untuk dilakukan.

Oleh karenanya, dengan mengetahui itu semua, akan sangat membantu supaya tidak mudah terbawa arus FOMO atau fenomena yang ada.[]

Pos terkait