Mahasiswa Anti Mie Instan

Mahasiswa  Anti Mie Instan

DEPOKPOS – Berapa kali dalam seminggu kamu makan mie instan? Dua kali? Tiga kali? Atau setiap hari? Ya, mie instan menjadi salah satu pilihan yang kerap menjadi pilihan untuk mengisi perut lapar. Harganya terjangkau, mengenyangkan, dan mudah dibuat. Tersedia juga berbagai rasa, jadi kita tidak akan pernah bosan.

Mie instan sudah lekat dalam kehidupan para mahasiswa, khususnya mahasiswa yang ngekos. Misal kalau lagi mengerjakan tugas tiba-tiba merasa lapar, bikin mie instan saja, praktis dan tidak butuh waktu lama untuk menyiapkannya. Atau kalau bingung mau makan apa dan belum masak nasi, pilih saja mie instan. Varian rasanya berbeda-beda, menunya bisa diganti setiap hari. Selama stok mie terjaga, rasa lapar tidak lagi menjadi masalah. Apalagi kini sudah ada teknologi panci elektrik yang memudahkan proses memasak.

Bacaan Lainnya

Namun ada loh mahasiswa yang anti makan mie. Penyebabnya bermacam-macam, bisa karena takut naiknya asam lambung, mie merupakan makanan yang tidak sehat atau karena tidak suka mie sama sekali. Mahasiswa tipe seperti ini biasanya menjadi bahan tertawaan oleh para mahasiswa pecinta mie. Padahal memang benar mengonsumsi mie mempunyai dampak negatif jangka panjang bagi kesehatan.

Kalau begitu apa alasan mahasiswa masih saja mengonsumsi mie? Kebanyakan dari mereka memberikan alasan yang sama: enak dan murah. Meski mie tidak sehat, tapi mereka bilang mereka tidak memakannya setiap hari, jadi tidak masalah. Memang tidak ada batasan konsumsi mie instan, namun para ahli menyarankan makan mie tidak lebih dari dua kali seminggu. Ini karena mie mengandung bahan pengawet dan natrium yang tinggi.

Menurut hasil beberapa penelitian Tamelan, terlalu sering konsumsi mie instan dapat meningkatkan risiko kanker, ginjal, dan radang usus buntu. Dalam banyak kasus, konsumsi mie instan yang berlebihan juga dapat menyebabkan kelebihan berat badan atau obesitas jika menggunakan mie instan setiap hari (Tamelan, 2021).

Sebuah studi tahun 2014 yang dilakukan para peneliti di Harvard School of Public Health (HSPH) menemukan bahwa orang yang sering mengonsumsi mie instan lebih mungkin mengalami sindrom metabolik, obesitas dan tekanan darah tinggi, kolesterol, sehingga meningkatkan risiko penyakit, penyakit jantung, dan diabetes.

Akan tetapi tenang saja, meski dampak mie instan bagi kesehatan cukup beragam, bukan berarti makanan ini tidak boleh dimakan sama sekali. Namun, untuk menghindari terjadinya gangguan kesehatan yang tidak diinginkan, sebaiknya perhatikan beberapa hal, seperti: Membatasi konsumsi mie instan, misalnya seminggu sekali. Memilih mie instan dengan kandungan natrium paling rendah. Menambahkan sayuran, telur dan sumber protein hewani ketika memasak mie.

Untuk mengurangi konsumsi mie, mahasiswa dapat mencoba cara berikut ini, misalnya membeli makanan di warung makan atau memasak sendiri di kos. Tidak perlu memasak makanan yang berat, cukup sederhana saja seperti telur rebus, telur goreng, nasi goreng, tahu dan/atau tempe goreng.

Dari sini dapat kita lihat bahwa mahasiswa yang dapat menahan diri untuk tidak makan mie merupakan mahasiswa yang patut dijadikan teladan. Tak perlu terburu-buru, yuk mulai dengan mengurangi jumlah makan mie selama seminggu, lalu bertahap hingga sebulan. Mahasiswa anti-mie mungkin terkesan berlebihan, namun hal ini baik untuk kesehatan kita di masa depan.

Aktiviona Amalia Putri
Mahasiswa Universitas Sebelas Maret

Pos terkait