Hingga tahun 2022, diperkirakan terdapat 843,6 juta orang yang mengidap Gagal ginjal kronis dengan angka kematian mencapai 1,2 juta orang di seluruh dunia
DEPOKPOS – Gagal ginjal kronis (GGK) merupakan proses penurunan fungsi ginjal secara bertahap dan berlangsung selama lebih dari 3 bulan hingga akhirnya menjadi gagal ginjal. Kondisi dan fungsi ginjal tidak dapat dikembalikan lagi menjadi normal. Hingga tahun 2022, diperkirakan terdapat 843,6 juta orang yang mengidap GGK (Kovesdy, 2022) dengan angka kematian mencapai 1,2 juta orang di seluruh dunia (Bikbov et al., 2020).
Di Indonesia sendiri, berdasarkan hasil dari Riskesdas tahun 2018 yang dilakukan pada 300.000 rumah tangga menunjukan bahwa rata-rata prevalensi penderita PGK sebesar 3,8% dengan provinsi Kalimantan Utara menduduki peringkat tertinggi sebesar 6,4%. Kebanyakan penderita berjenis kelamin laki-laki dengan rata-rata usia 65-74 tahun.
Orang dengan hipertensi memiliki risiko yang tinggi untuk mengalami penyakit GGK. Hipertensi akan mempersempit dan mengurangi aliran darah yang menuju ke ginjal. Hal ini dapat disebabkan karena pola hidup yang tidak sehat.
Penelitian prospektif yang dilakukan oleh Mirmiran et al. (2019) juga menunjukkan bahwa salah satu kebiasaan yang perlu diperhatikan adalah pola konsumsi daging merah yang menunjukkan peningkatan risiko terkena gagal ginjal kronis. Seberapa sering frekuensi konsumsi yang dimaksud? Apa pengaruh spesifiknya terhadap penderita hipertensi? Berikut ini penjelasannya!
Orang dengan hipertensi memiliki risiko lebih besar untuk mengalami gagal ginjal kronis. Untuk mencegah terjadinya gagal ginjal kronis, dapat dilakukan pencegahan pada faktor risiko hipertensi (Ameer, 2022).
Faktor yang dapat diubah adalah pola makan, dengan mengatur pola makan menuju konsumsi makanan dengan gizi seimbang. Salah satu makanan yang perlu diperhatikan adalah daging merah. Beberapa penelitian, seperti penelitian cross-sectional Akujobi et. al. (2020) di Nigeria pada pasien hipertensi dan penelitian Wu et. al. (2015) pada pasien yang melakukan hemodialisis, menunjukkan perlunya pengaturan konsumsi daging merah untuk mencegah risiko peningkatan tekanan darah.
Jenis makanan yang termasuk dalam kelompok daging merah adalah daging yang berasal dari sapi, babi, domba, kambing, dan kuda, umumnya diolah terlebih dahulu dengan pengasinan, pengawetan, fermentasi, pengasapan, atau proses lainnya untuk meningkatkan rasa sebelum dikonsumsi (Wolk, 2017).
Daging merah memiliki peran penting dalam pertumbuhan, perkembangan, dan pemeliharaan otot rangka manusia dikarenakan memiliki zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh, seperti asam amino esensial, zat besi, zink, vitamin B12, niasin, dan vitamin B6 (Mafra et. al., 2018). Namun, zat gizi yang terkandung dalam daging merah dapat menimbulkan dampak negatif pula.
Kandungan seperti sodium, asam lemak jenuh, dan kolesterol yang tinggi pada daging merah dapat mendorong progresi hipertensi dan meningkatkan risiko gagal ginjal (Zhang & Zhang, 2018; Mafra et. al., 2018; Allen et. al., 2022).
Zat-zat tersebut dicerna melalui saluran pencernaan dan masuk ke dalam sirkulasi darah. Sirkulasi darah akan melewati ginjal untuk disaring. Jika jumlah zat-zat tersebut berada terlalu banyak di dalam sirkulasi darah, maka lapisan pembuluh darah dapat mengalami kerusakan dan meningkatkan tekanan darah.
Peningkatan tekanan tersebut juga berdampak pada peningkatan tekanan glomerulus saat penyaringan darah di ginjal. Selain dampak dari peningkatan tekanan darah, ginjal juga terkena dampak negatif dari hasil metabolisme protein dari daging merah, yaitu urea yang dapat menimbulkan inflamasi jika terakumulasi dalam jumlah tinggi. Jika hal ini berlangsung dalam jangka waktu yang lama, kerusakan ginjal akan semakin parah dan berujung pada gagal ginjal kronis (Allen et. al, 2022; Yang & Tarng, 2018; Ko et. al., 2020).
Risiko terjadinya komplikasi gagal ginjal yang berhubungan dengan tingkat konsumsi daging merah telah didukung oleh beberapa studi di berbagai negara. Sebuah studi di Singapura pada tahun 2017 menunjukkan bahwa pada populasi umum, kelompok yang lebih banyak mengonsumsi daging merah mempunyai risiko lebih tinggi dalam mengalami end-stage renal disease (ESRD) setelah diikuti selama 15,5 tahun (Lew, et. al., 2017).
Dua studi di Tehran, Iran (Asghari et. al., 2018; Mirmiran et. al., 2020) dilakukan pada populasi umum yang belum mengalami gagal ginjal untuk melihat dan menganalisis pola makan dan tingkat konsumsi daging merah terhadap kejadian gagal ginjal kronis. Hasil dari kedua studi menunjukkan adanya hubungan antara konsumsi daging merah yang tinggi dengan peningkatan risiko terjadinya gagal ginjal kronis. Oleh sebab itu, konsumsi daging merah perlu dibatasi, baik pada penderita hipertensi sebagai faktor risiko gagal ginjal kronis maupun pada orang yang sehat.
Belum ada rekomendasi khusus yang pasti dari institusi kesehatan terkait berapa batasan konsumsi daging merah yang diperbolehkan. Rekomendasi yang didapatkan dari beberapa studi observasional adalah sekitar 50 – 100 g per hari untuk individu sehat tanpa kondisi hipertensi dan maksimal 50 g per hari untuk orang dengan kondisi hipertensi (Allen et. al., 2022).
Namun, angka tersebut tentunya dapat berbeda sesuai dengan kondisi kesehatan dan kebutuhan individu masing-masing. Orang-orang dengan kondisi kesehatan tertentu, misalnya pasien diabetes mellitus dan orang obesitas, memerlukan diet teratur yang direkomendasikan secara spesifik dan aturan konsumsi yang berbeda dibandingkan populasi secara umum sebagai upaya pencegahan komplikasi penyakit. Oleh sebab itu, jika Anda memiliki kondisi kesehatan tertentu, disarankan untuk melakukan konsultasi kepada ahli terkait batasan konsumsi daging merah (Kalantar-Zadeh and Fouque, 2017; Ko et. al., 2020).
Selain membatasi konsumsi daging merah, penderita hipertensi juga bisa mengganti sumber protein mereka dari daging merah menjadi daging putih (ayam, bebek, dan unggas lainnya), ikan, telur, kacang-kacangan, sayur-sayuran, dan produk susu rendah lemak untuk tetap memenuhi kebutuhan protein harian (Wu et. al., 2015; Lew et. al., 2017; Mafra et. al., 2018; Mirmiran et. al., 2020).
Daging merah merupakan salah satu bahan makanan yang umumnya dikonsumsi di seluruh dunia karena mengandung protein dan zat gizi lainnya yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Namun, terdapat kandungan zat lainnya yang dapat memberikan dampak negatif jika dikonsumsi berlebihan, seperti garam dan lemak jenuh, terutama pada penderita hipertensi.
Dampak negatif ini dapat meningkatkan risiko terjadinya gagal ginjal kronis pada penderita hipertensi. Oleh karena itu, periksalah status kesehatan dan mulailah mengatur frekuensi konsumsi daging merah atau mengganti alternatif sumber protein Anda dalam pola makan sehari-hari untuk menghindari risiko mengalami gagal ginjal kronis.
Oleh: Antonia Viena Hemo dan Clarissa Tertia Firjatullah
Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia