JAKARTA – Di tengah situasi di Palestina yang terus memanas, lembaga medis kegawatdaruratan Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) akan mengirimkan Tim Relawan ke Jalur Gaza.
Tim relawan itu akan diketuai Presidium MER-C Faried Thalib, dengan empat anggota tim medis terdiri dari dokter anestesi, dokter orthopedi, dan dua teknisi.
Ketua Presidium MER-C Sarbini Abdul Murad menyatakan korban akibat serangan Israel terus berdatangan ke rumah sakit Indonesia di Bayt Lahiya, Gaza Utara. Ia mengatakan saat ini rumah sakit sedang mengalami kesulitan untuk melakukan pengobatan khususnya tindakan operasi
“Obat-obat bius, obat-obat yang menyangkut tentang bedah, alat-alat atau instrumen bedah semakin lama semakin menipis, karena jumlah korban yang begitu luar biasa. Ditambah dengan dokter yang kelelahan dengan jumlah yang sedikit, kelelahan sehingga menimbulkan hal yang tidak baik bagi pelayanan korban dan bagi dokter tersebut,” tuturnya.
Sarbini mengatakan, untuk itu MER-C memandang perlu mengirimkan tim bedah dan tim bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza, Palestina.
Terkait hal itu, MER-C meminta Kementerian Luar Negeri Indonesia dapat memfasilitasi masuknya Tim Relawan ke wilayah Gaza.
Ia juga mengatakan, pihaknya akan berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri dan KBRI di Kairo untuk bisa memfasilitasi tim medis dan tim bantuan kemanusiaan ke Gaza.
“Kami minta kepada Kemenlu dalam hal ini pemerintah agar bisa membantu memfasilitasi tim ini untuk sesegera mungkin bisa masuk ke Gaza,” kata Sarbini.
Rumah Sakit Indonesia di Gaza Utara pada hari Sabtu (7/10) terkena serangan udara Israel, yang mengakibatkan setidaknya satu tenaga medis Palestina gugur dan menghancurkan salah satu bagian rumah sakit.
Dalam serangan ini sebagian gedung RS Indonesia mengalami kerusakan. Wisma dr. Joserizal Jurnalis yang menjadi tempat tinggal relawan MER-C mengalami dampak serupa. Kendaraan yang terparkir di depan wisma bahkan terbakar dan mengalami kerusakan berat. Dalam insiden ini, satu staf lokal MER-C cabang Gaza syahid akibat ledakan.