Waspada Coronasomnia! Insomnia Saat Pandemi COVID-19

Waspada Coronasomnia! Insomnia Saat Pandemi COVID-19

DEPOK POS – Sebagian besar orang mungkin sudah tidak asing lagi dengan istilah insomnia, namun semenjak COVID-19 datang dan membuat beberapa orang kesulitan tidur akibat dampak krisis virus tersebut, para ahli menemukan istilah baru yakni coronasomnia. Coronasomnia merupakan fenomena gangguan sulit tidur seseorang di masa pandemi COVID-19.

Pada umumnya, seseorang yang menderita coronasomnia itu tidak jauh berbeda dengan penderita insomnia. Namun coronasomnia lebih berfokus pada individu yang merasakan gangguan tidur selama pandemi COVID-19 dan dapat semakin intens serta diikuti dengan gejala kecemasan, depresi, dan stres. Tidak hanya itu, coronasomnia juga dapat membuat penderitanya mengalami penurunan daya imun tubuh, peningkatan risiko tekanan darah tinggi, penghambatan fungsi kognitif dan semacamnya sehingga gangguan tidur ini tidak dapat disepelekan begitu saja karena dampak kesehatan yang ditimbulkan cukup serius.

Selama pandemi COVID-19, sejumlah studi seperti yang dilakukan pada Bulan Agustus 2020 di Universitas Southampton, Inggris menunjukkan bahwa kasus kejadian insomnia mengalami peningkatan dari yang awalnya 1 per 6 menjadi 1 per 4 orang mengalami insomnia saat pandemi. Hal itu tentunya menggambarkan semakin banyak individu yang rentan merasakan insomnia. Gangguan tidur tersebut banyak dirasakan oleh para ibu, pekerja esensial, dan kelompok minoritas.

Selain itu juga terdapat penelitian dari University of Ottawa yang melibatkan 190.000 partisipan terdampak COVID-19. Dari hasil penelitian tersebut didapatkan bahwa tingkat depresi, kecemasan, dan Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD) mengalami peningkatan jika dibandingkan sebelum pandemi COVID-19, namun yang mengalami peningkatan terbesar adalah insomnia dengan persentase 23,87%. Tim peneliti pun menganalisis kelompok yang mengalami peningkatan kasus insomnia tertinggi dengan persentase 36,53% yaitu pada kelompok tenaga kesehatan.

Fakta menarik lainnya adalah kata “insomnia” lebih banyak dicari di Google pada tahun 2020 daripada tahun-tahun sebelumnya. Singkatnya, saat ini banyak orang yang menderita insomnia. Peningkatan kejadian insomnia saat pandemi COVID-19 dapat saja terjadi karena rutinitas harian yang berbeda dari biasanya. Jadi, coronasomnia yang sering dialami banyak orang sekarang itu lebih disebabkan pada penerapan pencegahan virus COVID-19 yang berefek pada faktor mental dibandingkan dengan virusnya sendiri.

Faktor-faktor psikis dapat mempengaruhi kualitas tidur, seperti terjadinya perubahan rutinitas sehari-hari, rasa khawatir akan situasi pandemi yang berkepanjangan, rasa takut akan kesehatan, hidup dalam ketidakpastian, berkurangnya interaksi sosial, dan kehilangan pekerjaan. Perubahan-perubahan ini akan mengganggu kualitas tidur individu, sehingga dapat menyebabkan insomnia hingga memperparah gejalanya. Dengan banyaknya perubahan yang terjadi selama pandemi COVID-19 dalam waktu singkat, tidak heran jika seseorang mengalami kesulitan tidur hingga insomnia. Penelitian yang dilakukan setidaknya menunjukkan bahwa ada tiga hal utama yang menyebabkan insomnia saat pandemi COVID-19, antara lain meningkatnya stres, hilangnya rutinitas harian, dan meningkatnya konsumsi media.

Stres emosional yang dialami sehari-hari dapat mengubah pola tidur. Bahkan, kejadian besar yang menyebabkan stres seperti pandemi COVID-19 memiliki efek yang lebih besar pada tidur. Ketika mengalami peristiwa menegangkan, seseorang akan mengalami peningkatan kemungkinan bangun di malam hari. Selain itu, stres juga dapat meningkatkan kadar hormon kortisol. Ketika hormon stres tersebut tinggi, hal ini akan berdampak pada ketenangan tidur. Kewajiban untuk Work From Home (WFH) dan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) turut membuat hampir semua orang berdiam diri di rumah. Berada di rumah saja akan mengurangi dorongan untuk tidur karena seseorang akan mendapatkan lebih sedikit paparan cahaya alami yang bertindak sebagai pengatur utama ritme sirkadian atau siklus tidur-bangun.

Adanya anjuran untuk melakukan physical distancing juga menyebabkan hilangnya berbagai aktivitas “normal”, mulai dari hobi hingga acara sosial. Hilangnya aktivitas ini dapat berdampak negatif pada kesehatan mental. Tanpa adanya rutinitas harian, ritme sirkadian lebih sulit untuk berada di jalurnya, sehingga akan berpengaruh pada pola tidur. Perubahan aktivitas selama pandemi COVID-19 juga membuat sebagian orang mulai tidur lebih lambat dan bangun lebih lambat. Orang-orang ini merasa bahwa kualitas tidur mereka lebih rendah meskipun menghabiskan lebih banyak waktu di tempat tidur.

Tak hanya itu, untuk mengikuti informasi terbaru seputar COVID-19, sebagian besar orang banyak mengonsumsi media selama pandemi. Perilaku ini menyebabkan meningkatnya tekanan mental. Semakin banyak seseorang mengonsumsi berbagai jenis media, seperti TV atau media sosial, maka semakin tinggi gejala ketakutannya. Selain itu banyak pula orang-orang yang meningkatkan konsumsi media di malam hari menjelang waktu tidur, misalnya untuk mencari hiburan. Akibatnya, terjadi peningkatan paparan terhadap layar dan hal ini berhubungan dengan waktu tidur yang lebih pendek dan kurang nyenyak.

Dilansir dari laman Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI, coronasomnia maupun insomnia secara umum dapat dicegah dengan melakukan beberapa hal. Pertama, menjaga waktu tidur dan bangun agar tetap konsisten termasuk di akhir pekan, lalu tetap aktif secara fisik, tidak merokok, menghindari atau membatasi tidur siang, menghindari makan dan minum dalam jumlah besar sebelum tidur, menghindari atau membatasi konsumsi kafein, menggunakan kamar hanya untuk kepentingan tidur, dan melakukan ritual sebelum tidur yang menenangkan, seperti mandi air hangat, membaca, atau mendengarkan musik lembut.

Pandemi COVID-19 mengubah pola kehidupan sehari-hari dan menyebabkan kecemasan serta stres sehingga dapat berpengaruh bagi kesehatan, meningkatnya insomnia salah satunya. Insomnia di masa pandemi yang disebut coronasomnia ini tidak dapat disepelekan karena dapat menimbulkan masalah kesehatan lainnya termasuk menurunnya daya tahan tubuh dan meningkatnya risiko tekanan darah tinggi. Tidak hanya itu, berbagai dampak kesehatan dari coronasomnia juga dapat menghambat penderitanya dalam menjalani aktivitas sehari-hari.Oleh karena itu, coronasomnia perlu diwaspadai dan dicegah agar tetap sehat dan dapat menjalani aktivitas sehari-hari di masa pandemi.

Penulis: Hana Zahidah, Nailina Farah, dan Nandita Humaira Luthfiya Artanti (FKM UI)