Dalam mencintai dan dicintai kita harus mengutamakan keikhlasan. Mencintai seseorang karena kelebihan dan keistimewaan tidaklah seindah yang dibayangkan. Ikhlas dalam hal ini berarti kita harus ikhlas mencintai dengan apa adanya dan dengan kesiapan hati seutuhnya untuk dikecewakan, untuk disakiti, dan memahami cintai itu tidak selamanya indah dan bahagia.
Jika kita mencintai seseorang, cintailah dia dengan sederhana dan kesiapan hati untuk dikecewakan. Jika suatu saat kita tidak mendapatkan cintanya janganlah mengeluh dan berhenti untuk berjalan, namun kita harus tetap tegar dalam menghadapinya dan mengutamakan sebuah kata ikhlas.
Ikhlas adalah kualitas tertinggi kemurnian hati, hanya karena Allah dan untuk Allah. Dalam setiap perbuatan, kita dituntut untuk selalu ikhlas. Ikhlas sebelum melakukan amal, ketika sedang, dan setelah melakukannya. Dalam bentuk apapun itu, kita harus ikhlas.
Setelah itu bagaimana kalau keikhlasan di hubungkan dengan “Cinta” ?? Seperti apa si mencintai dalam ikhlas? Jika kita sering mendengar cinta dalam hati,yang ternyata itupun termasuk zina hati. Sekarang kita rubah menjadi cinta dalam ikhlas.
Cinta dalam ikhlas jauh berbeda dengan cinta dalam hati. Dimana perbedaannya? Cinta dalam hati biasanya memendam rasa kagum, suka, cinta kepada seseorang tanpa pernah mengungkapkannya. Tapi beberapa orang terdekat tahu. Sedangkan cinta dalam ikhlas ialah mengungkapkan perasaan tentang dia kepada Yang Maha Mendengar tanpa tahu siapa orangnya. Orang lain tak akan pernah tahu siapa yang kita cinta, suka dan kagumi.
Cinta dalam hati menyiksa diri, hati dan pikiran pada ketidakpastian. Pula, rasa penasaran selalu menghinggap di jiwa. Lihat saja dari sering stalking akun media sosialnya, cari tahu tentangnya sampai batas waktu tak ditentukan.
Untuk orang muslim telah dijelaskan di dalam Al-Quran surat Al-Ikhlas:
اللَّهُ الصَّمَدُ
“allaahu alshshamad”
Artinya : Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu
Ayat diatas merupakan inti dari ikhlas itu sendiri. Kita harus mengikhlaskan seluruh diri kita hanya kepada Allah, hidup dan mati kita, bahkan untuk soal cinta kita serahkan kepada Allah. Kita harus ikhlas dengan hati yang tegar menerima ketentuan Allah, meski terkadang itu menyakitkan untuk kita jalani. Percayalah bahwa pilihan Allah adalah yang terbaik untuk kita. (Hana NJ)