
May Day atau Hari Buruh sangat identik dengan demo maupun aksi unjuk rasa para buruh dalam menyampaikan aspirasinya kepada pemerintah yang dalam bentuk tuntutan yang digelar di berbagai kota besar di Indonesia yang memicu kemacetan panjang atribut – atribut unik dan suara berisik dari demonstran ikut mewarnai aksi tersebut.
Ribuan buruh yang di baluti kaus berwarna putih biru dengan tulisan FSPMI atau Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia ditemui memadati kawasan aksi. “ Kami bukan anti asing ! Boleh tenaga kerja asing masuk ke Indonesia tapi yang ada skillnya dan bisa di petik ilmunya sama rakyat Indonesia, bukan tenaga kerja yang unskill seperti sekarang yang mengerjakan pekerjaan yang bisa dikerjakan oleh tenaga kerja Indonesia non formal,“ tegas Tube Supriatma yang merupaka Garda Metal yang merupakan pilar FSPMI.
Janji pemerintah yang akan menaikan kesejahteran buruh hingga saat ini belum dirasakan oleh Tube seorang serikat pekerja anggota logam asal daerah Sukabumi ini. “ Pemerintah berjanji akan menciptakan lapangan kerja untuk tenaga buruh, tapi tenaga buruh yang mana ? ternyata untuk tenaga buruh asing yang unskill. Kami sebagai buruh merasa di bohongi,” ujarnya.
Di kampung halamnya sendiri Tube menyaksikan bahwa banyak tenaga kerja asing di pekerjakan seperti di PT. Semen Jawa dan PT.Cemindoa yang sering disebut Semen Merah Putih yang bisa dikerjakan oleh buruh Indonesia. Tidak hanya itu saja, dengan pekerjaan yang sama namun dengan upah yang berbeda juga dijelaskan oleh Tube bahwa upah untuk buruh Indonesia hanya 3.600.000 rupiah sedangkan tenaga kerja asing diberi upah 10 juta. Ketidak adilan inilah yang ingin dilawan oleh Tube pada aksi unjuk rasa kali ini.
Semoga dengan dilakukan aksi ini harapan Tube agar pencabutan Perpres Nomor 20 Tahun 2018 yang mengatur mengenai Tenaga Kerja Asing dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan di degar oleh pemerintah.
“Dan saya ingin kebijakan outsourcing itu dihapuskan, mereka bekerja tapi hanya dikasih upah makan . Menurut saya itu adalah perbudakan modern,” pungkas Tube. [Ulya Mega Rosalia/PNJ]