
Saudara kandung merupakan saudara sedarah dan suatu keluarga inti yang saling memiliki ikatan batin yang sama. Saudara kandung terbagi menjadi 2, yaitu kakak dan adik. Kakak biasanya menjadi seorang pelindung, teman, dan contoh yang baik untuk adiknya, sedangkan adik menjadi seorang penyemangat, teman, dan anak yang manja terhadap kakaknya.
Kakak atau abang sebagai seorang figur teman tidak dapat saya rasakan. Entah mulai sejak kapan saya merasakan hal seperti ini. Saya selalu iri melihat teman-teman saya yang sangat akrab dengan kakak ataupun adiknya. Mereka bisa dengan gampangnya jalan bersama, curhat, dan sebagainya. Sedangkan saya dan kakak saya sangatlah kaku, canggung, dan jarang berbicara satu sama lain.
Rasanya saya ingin sekali kembali ke masa lalu. Masa di mana saya selalu mengikuti kakak saya bermain bola, Playstation, dan bersama teman-teman sekolahnya. Juga pada masa saya ulang tahun yang pertama. Di mana saya dipangku oleh kakak saya dan terseyum bersama. Tetapi, masa itu sekarang hanya bisa saya kenang dan lihat di dalam album foto keluarga saya saja.
Ada satu kenangan yang sangat menyakitkan bagi saya dan tidak dapat saya lupakan. Kenangan itu adalah ketika saya dan kakak saya selalu ditinggal pergi oleh orang tua saya karena setiap semingu sekali, yaitu sabtu ataupun minggu, orang tua saya pergi ke acara adat Batak, mulai dari pertunangan, penikahan, dan sebagainya.
Di saat itulah kakak saya memiliki karakter yang suka marah-marah, membentak, hingga berani memukul saya. Kejadian itu terjadi hanya karena masalah sepele, misalnya ketika kakak saya sedang bermain Playstasion, saya juga ingin bermain dan meminta kakak saya untuk gantian main Playstasion, kakak saya bisa langsung membentak dan memukul saya.
Setelah saya dipukul, saya langsung menelpon orang tua saya dengan menangis dan berbicara cepat karena takut kakak saya akan memukul saya lagi. Kemudian saya pergi ke kamar, mengunci pintu, dan menangis seharian hingga tertidur sampai orang tua saya pulang.
Padahal dulu ketika Playstation baru dibelikan oleh orang tua saya, kakak saya tidak pernah berperilaku sepeti itu dan selalu mau gantian bermain. Dan mungkin itu salah satu faktor yag membuat saya menjadi takut dan canggung dengan kakak saya.
Seiring berjalannya waktu dan bertambahnya umur saya dan kakak saya. Kami sudah mulai bisa berkomunikasi dengan baik walaupun belum terlalu sering. Apalagi ketika ayah saya terkena seranagan stroke dan dirawat di rumah sakit.
Di saat itulah saya baru melihat sisi lain kakak saya, di mana kakak saya menangis dan terpukul ketika melihat ayah saya terbaring lemah di atas tempat tidur rumah sakit. Padahal satu hari sebelum ayah saya terkena serangan stroke, saya, kakak saya, dan orang tua saya baru saja makan bersama utuk merayakan ulang tahun kakak saya dan situlah yang membuat kakak saya sedih dan terpukul sekali.
Saya juga melihat sisi di mana kakak saya sangat bertanggung jawab sebagai selayaknya anak sulung. Apalagi ketika ibu saya harus menjaga ayah saya di rumah sakit. Kakak saya dengan rasa tanggung jawabnya selalu membelikan makanan, menjaga ayah saya ketika ibu saya lelah ingin tidur, dan lain-lain.
Dan ada suatu ketika di hari kedua ayah saya masuk rumah sakit. Saya dan kakak saya disuruh ibu saya pulang ke rumah untuk mengambil baju dan membersihkan rumah. Dan pada saat itulah saya dan kakak saya mulai menjalin komunikasi dengan baik. Di mana kami membagi pekerjaan, yaitu kakak saya membersihka rumah dan saya merapikan baju yang akan dibawa ke rumah sakit.
Ada satu kejadian yang tidak dapat saya lupakan adalah ketika saya dan kakak saya sedang menunggu taksi untuk kembali ke rumah sakit, kakak saya bertanya kepada saya, “De, laper gak? Beli roti yang di sana aja ya? Untuk ngenganjel dulu.” Walaupun hanya dengan pertanyaan sepele seperti itu, entah kenapa perasaan saya bercampur aduk antara senang dan heran karena baru saja saya mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari kakak saya.
Semenjak kejadian itu saya beranggapan kakak saya adalah cerminan untuk diri saya supaya lebih bertanggung jawab dan seburuk apapun saudaramu, dia tetap saudara yang akan melindungi, menyayagi, dan menjaga kita dalam keadaan apapun.
DERIA OCTAVIENA
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
PRODI. PENERBITAN (JURNALISTIK)