DEPOKPOS – Di masa remaja, seseorang mengalami banyak perubahan signifikan dalam hidupnya—baik secara fisik, emosional, maupun sosial. Namun, kesehatan mental di usia ini sering kali diabaikan atau bahkan dianggap sebagai fase normal yang harus dilalui begitu saja. Padahal, masa remaja adalah periode krusial di mana pondasi kesehatan mental seseorang terbentuk.
Tekanan dari lingkungan sosial, tuntutan akademis, ekspektasi dari orang tua, dan pengaruh media sosial menjadi faktor utama yang dapat mengganggu kesehatan mental remaja. Mereka dituntut untuk selalu tampil baik, menjadi yang terbaik, dan memenuhi standar tertentu yang sering kali tidak realistis. Akibatnya, banyak remaja yang mengalami stres, cemas, hingga depresi tanpa mendapatkan dukungan atau pemahaman yang cukup.
Sayangnya, masih banyak stigma yang melekat pada isu kesehatan mental. Remaja yang menunjukkan tanda-tanda gangguan mental sering dianggap lemah, manja, atau mencari perhatian. Hal ini membuat mereka enggan untuk berbicara atau mencari bantuan, yang pada akhirnya memperburuk kondisi mereka.
Penting untuk dipahami bahwa kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Remaja perlu diberikan ruang untuk mengekspresikan perasaannya, mendapatkan edukasi tentang pentingnya menjaga kesehatan mental, dan akses terhadap bantuan profesional jika diperlukan. Lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat harus menjadi tempat yang aman bagi mereka untuk tumbuh dan berkembang tanpa tekanan yang merusak.
Kesadaran akan pentingnya kesehatan mental di usia remaja harus terus ditingkatkan. Kita semua memiliki peran dalam menciptakan lingkungan yang suportif, penuh empati, dan bebas stigma. Dengan begitu, generasi muda kita dapat tumbuh menjadi individu yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga sehat secara emosional dan mental.
Azzahra Azhari
Mahasiswi Universitas Pamulang
Prodi S1 Akuntansi