DEPOKPOS – Di saat teknologi semakin berkembang pesat, anak-anak kita malah terjajah dengan berbagai macam alat-alat canggih. Salah satunya adalah gadget; hampir semua anak di setiap rumah memiliki benda berbentuk persegi panjang ini. Tak jarang kita temui seorang anak kecil yang bermain game online terus-menerus hingga lupa dengan tugas sekolah. Bahkan lebih miris terdengar ketika ada anak yang meminta uang kepada orang tua dengan alasan tugas sekolah, padahal uang tersebut digunakan untuk top up game online. Mendengarnya saja sudah membuat geleng-geleng kepala. Bisa-bisanya orang tua dibohongi hanya karena hal seperti itu.
Bukan hanya game online yang menjajah perkembangan kepribadian seorang anak, tetapi juga banyak sekali aplikasi video pendek yang di dalamnya terdapat banyak konten yang kurang baik. Konten yang jauh dari kata baik itu sering kali menjadi tontonan bagi si kecil. Dari konten-konten demikianlah anak-anak kita terpengaruh dan seringkali timbul keinginan untuk meniru. Tentunya kita juga sering mendengar tutur kata seorang anak yang jauh dari kata sopan karena mengikuti sebuah konten di salah satu aplikasi. Inilah yang menjadi keresahan bersama mengenai ucapan yang tidak seharusnya keluar dari lisan seorang anak.
Walaupun begitu, kita tidak bisa menyalahkan teknologi sepenuhnya. Tidak bisa dipungkiri juga bahwa teknologi telah membantu berbagai macam pekerjaan kita. Sebagai contoh kecil, dengan adanya teknologi, kita bisa berkomunikasi jarak jauh, mendapatkan informasi dengan mudah, bahkan mencari lapangan pekerjaan pun menjadi lebih terbantu. Penyalahgunaan gadget-lah yang menyebabkan krisis akhlak terjadi pada sebagian anak-anak. Kurangnya pengawasan dalam penggunaan teknologi dari orang tua menjadi salah satu alasan utama. Seharusnya, anak tetap diawasi ketika bermain ponsel, terutama mengenai apa saja yang diakses dan dimainkan. Jika tidak seperti itu, bukan tidak mungkin jika suatu waktu anak kita akan mengalami perubahan tingkah laku secara perlahan karena dampak dari kurangnya pengawasan orang tua terhadap penggunaan gadget.
Keresahan bersama ini menjadi tantangan tersendiri. Semua pihak yang berkaitan dengan perkembangan anak harus bisa mengubah pandangan seorang anak terhadap teknologi. Sejak kecil, anak harus mulai ditanamkan dasar-dasar akhlak yang terpuji untuk tumbuh kembangnya di masa depan. Dengan adanya pondasi akhlak yang baik, setidaknya ada sebuah aturan yang tertanam dalam diri seorang anak untuk melakukan tindakan. Bukan hanya itu, si anak juga akan memfilter terlebih dahulu setiap hal baru yang mereka ketahui, serta mempertimbangkan baik atau buruknya hal tersebut sebelum bertindak.
Peran orang tua menjadi hal yang paling penting dalam menanamkan akhlak mulia pada anak-anak mereka, terutama bagi anak yang sedang dalam masa pertumbuhan dan sedang senang bermain. Pada usia tersebut, anak-anak harus diawasi dan dibimbing dalam pertumbuhan serta perkembangannya oleh orang tua mereka.
Para orang tua harus bisa menciptakan komunikasi yang terbuka dengan anak-anaknya. Hal ini sangat penting agar anak merasa nyaman untuk bercerita mengenai apa saja yang telah dilakukan seharian. Keterbukaan anak kepada orang tua juga penting untuk tetap mengawasi aktivitas mereka sehari-hari. Orang tua tidak boleh acuh terhadap apa yang dilakukan anak di luar rumah saat bermain.
Selain orang tua, peran guru dan lingkungan sekolah juga sangat penting dalam hal ini. Nilai-nilai agama yang diterapkan di sekolah juga turut berpartisipasi dalam perkembangan akhlak seorang anak. Ketika memasuki masa sekolah, lingkungan tempat berkembangnya seorang anak bukan lagi hanya di tempat tinggalnya, melainkan juga di sekolah. Oleh karena itu, lingkungan sekolah sudah seharusnya menerapkan nilai-nilai yang berlandaskan agama untuk mendampingi proses pembelajaran serta tumbuh kembang peserta didik. Selain itu, sebagai seorang pendidik di suatu lembaga pendidikan, sudah tentu seorang guru harus memberikan contoh yang baik bagi setiap muridnya. Bagaimana mungkin seorang siswa akan mendengarkan nasihat dari gurunya jika sang guru sendiri tidak mencerminkan apa yang ia nasihatkan kepada siswanya? Murid cenderung menjadikan guru sebagai panutan dan contoh yang harus diikuti. Seperti kata pepatah, guru kencing berdiri, murid kencing berlari.
Muhamad Wisnu
Mahasiswa Pendidikan Agama Islam ISIF Cirebon