Pengaruh Budaya Populer Jepang Terhadap Generasi Muda Indonesia

Pengaruh Budaya Populer Jepang Terhadap Generasi Muda Indonesia

DEPOKPOS – Jepang merupakan negara maju yang berhasil menggabungkan kemajuan teknologi dengan pelestarian nilai-nilai budaya tradisional. Di tengah modernisasi, Jepang tetap mempertahankan identitas budayanya melalui berbagai ekspresi kreatif seperti anime, manga, musik J-Pop, serta kuliner khas.

Melalui strategi global bernama Cool Japan, pemerintah Jepang secara aktif mempromosikan budaya pop mereka ke berbagai negara sebagai bagian dari diplomasi budaya. Budaya populer Jepang kini menjadi salah satu ekspor budaya yang paling berpengaruh secara global, termasuk di kawasan Asia Tenggara seperti Indonesia. (Pijar, 2022).

Bacaan Lainnya

Dalam era globalisasi dan perkembangan teknologi informasi, penyebaran budaya Jepang semakin cepat dan luas. Platform streaming, media sosial, dan komunitas online memberikan akses mudah bagi generasi muda Indonesia untuk mengonsumsi dan mengadopsi budaya Jepang dalam kehidupan sehari-hari. anime, manga, dan lagu-lagu J-Pop tidak lagi dianggap asing, melainkan menjadi bagian dari keseharian dan identitas banyak anak muda.

BACA JUGA:  Perubahan Pola Asuh Orang Tua di Era Digital: Antara Gadget, Pendidikan dan Kedekatan Emosional

Proses ini menunjukkan bagaimana globalisasi memengaruhi lanskap budaya suatu bangsa, termasuk dalam membentuk preferensi hiburan dan gaya hidup generasi mudanya.

Budaya populer Jepang bukan hanya hadir sebagai hiburan semata, tetapi juga sebagai pengaruh budaya yang mempengaruhi cara berpikir, bersikap, dan mengekspresikan diri. Pengaruh ini semakin nyata terlihat dalam komunitas-komunitas kreatif, tren digital, serta berbagai aktivitas budaya yang menampilkan unsur Jepang di kalangan generasi muda Indonesia.

Globalisasi budaya memungkinkan terjadinya percampuran identitas, di mana unsur lokal dan asing saling berinteraksi dan membentuk budaya baru yang khas generasi digital saat ini.

Penelitian oleh Bangsa dan Sihombing (2022) dalam jurnal Humaniora mengungkapkan bahwa anggota komunitas pecinta budaya Jepang seperti PUNICO di Cikarang telah mengalami proses sosialisasi budaya Jepang sejak usia sekolah dasar. anime dan manga menjadi pintu masuk utama mereka dalam mengenal Jepang, dan selanjutnya membentuk gaya hidup yang mengadopsi nilai-nilai disiplin, kerja keras, dan estetika visual khas Jepang.

BACA JUGA:  Terjebak di Pelukan Luka: Dilema Bertahan dalam Hubungan Toxic

Meskipun demikian, para anggota komunitas tersebut tetap menunjukkan upaya untuk menjaga kebudayaan lokal, menciptakan ruang identitas ganda yang seimbang antara budaya asing dan budaya asli. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa dominasi budaya populer asing, termasuk Jepang, juga berisiko menimbulkan ketimpangan identitas budaya.

Selain itu, paparan budaya asing yang terlalu intens dapat menyebabkan rasa kebangsaan generasi muda melemah. Dalam konteks ini, anime bukan hanya menyampaikan cerita, tetapi juga membawa nilai-nilai dan gaya hidup yang bisa jadi tidak sejalan dengan konteks budaya lokal jika tidak diimbangi dengan pemahaman kritis.

Oleh karena itu, penting bagi generasi muda untuk tidak hanya menjadi penikmat, tetapi juga belajar untuk memilih pengaruh budaya asing dengan nilai-nilai lokal yang mereka miliki.

Menurut, studi oleh Faisal et al. (2022) pada komunitas Otaku di Wonosobo bahwa hegemonisasi budaya Jepang dimulai dari media televisi dan diperkuat oleh internet. Namun, menariknya, sebagian besar responden tetap menunjukkan kebanggaan terhadap budaya daerah dan berusaha menyeimbangkan keduanya.

BACA JUGA:  Perubahan Pola Asuh Orang Tua di Era Digital: Antara Gadget, Pendidikan dan Kedekatan Emosional

Hal ini menunjukkan bahwa identitas budaya generasi muda tidak bersifat tunggal, melainkan dinamis dan multikultural, tergantung pada konteks sosial dan akses informasi mereka. Selain itu, perlu ditegaskan bahwa apresiasi terhadap budaya Jepang tidak boleh mengabaikan pentingnya pelestarian budaya lokal.

Generasi muda harus dibekali dengan literasi budaya yang kritis agar dapat menyeleksi nilai-nilai yang relevan, tanpa kehilangan jati diri sebagai bagian dari bangsa Indonesia. Serta peran pendidikan, keluarga, dan media digital menjadi penting dalam menyeimbangkan pengaruh global dengan kearifan lokal.

Dengan demikian, budaya populer Jepang tidak menjadi ancaman, melainkan inspirasi yang memperkuat keberagaman budaya bangsa dalam era global yang terus berkembang.

Hanifah Nursya’ban
Mahasiswa Program Studi Komunikasi Digital dan Media Sekolah Vokasi IPB University

Ingin produk, bisnis atau agenda Anda diliput dan tayang di DepokPos? Silahkan kontak melalui email [email protected]

Pos terkait