Menakar Keberhasilan Program Makan Bergizi Gratis di Depok: Tantangan dan Tolak Ukur Keberhasilan

Menakar Keberhasilan Program Makan Bergizi Gratis di Depok: Tantangan dan Tolak Ukur Keberhasilan

Oleh: Arvan Sasongko
Pembina Teknis Perbendaharaan Negara Mahir, Ditjen Perbendaharaan, Kementerian Keuangan

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang mulai diterapkan di berbagai wilayah, termasuk Kota Depok, merupakan inisiatif pemerintah pusat untuk meningkatkan kualitas gizi anak-anak sekolah dasar. Meski maksudnya mulia, pelaksanaan di lapangan masih menemui banyak kendala, khususnya dalam hal pengukuran hasil dan dampaknya.

Bacaan Lainnya

Tantangan di Lapangan

Salah satu tantangan yang mencolok adalah soal ketimpangan distribusi. Sejauh ini, baru Kecamatan Tapos yang sudah memiliki dapur umum untuk mendukung program ini. Kecamatan lain masih belum kebagian, terutama karena keterbatasan lahan dan jumlah penerima manfaat yang belum memenuhi kriteria teknis dari pusat.

Permasalahan lain muncul dari mekanisme pembiayaan yang mengharuskan mitra penyedia menggunakan dana pribadi terlebih dahulu sebelum diganti oleh pemerintah. Skema reimburse ini menimbulkan beban tersendiri bagi para pelaksana, yang tidak semuanya mampu menalangi biaya di awal.

BACA JUGA:  Kembalikan Eksistensi Gerakan Mahasiswa

Di sisi penerima, ada keluhan dari siswa tentang kualitas dan variasi menu. Meski disesuaikan dengan budaya dan selera lokal, banyak anak merasa makanan yang diberikan kurang enak atau membosankan, sehingga tidak habis dikonsumsi.

Lebih lanjut, ketiadaan sistem pemantauan dan evaluasi yang sistematis membuat sulit mengetahui sejauh mana program ini berdampak pada status gizi dan prestasi belajar anak-anak.

Perlu Tolak Ukur yang Jelas

Agar program ini tidak hanya berjalan di atas kertas, perlu ditetapkan tolak ukur keberhasilan yang terstruktur, baik dalam jangka pendek (output) maupun jangka panjang (outcome). Berikut beberapa indikator yang bisa dipertimbangkan:

Capaian Teknis (Output):

  • Total porsi makanan yang didistribusikan setiap hari
  • Jumlah siswa yang menerima makanan sesuai target wilayah dan usia
  • Kesesuaian makanan dengan standar gizi dan sanitasi
  • Jumlah sekolah yang telah menjadi bagian dari program

Dampak Nyata (Outcome):

  • Penurunan jumlah anak dengan masalah gizi seperti stunting atau kurang gizi
  • Peningkatan kehadiran siswa dan fokus belajar di kelas
  • Persepsi dan kepuasan orang tua serta siswa terhadap kualitas program
  • Meningkatnya kesadaran anak-anak terhadap pentingnya makanan bergizi
BACA JUGA:  Jawa Barat Darurat Kejahatan Seksual

Tantangan Dalam Pengukuran Output dan Outcome

Koordinasi Pusat-Daerah yang Terbatas
Ketidaksinkronan antara kebijakan pusat dan implementasi di daerah menyebabkan pelaksanaan yang tidak merata. Misalnya, dapur umum hanya ada di Kecamatan Tapos, sementara wilayah lain belum tersentuh program karena kendala teknis dan administratif.

Keterbatasan Pendanaan dan Sistem Reimburse
Mitra penyedia makanan harus menanggung biaya awal sebelum diganti oleh pemerintah. Sistem reimburse ini tidak hanya menyulitkan mitra tetapi juga menyulitkan pengumpulan data output seperti jumlah porsi yang benar-benar tersalurkan setiap hari.

Kualitas dan Variasi Menu
Meski menunya disesuaikan dengan budaya lokal, keluhan mengenai rasa dan monotoninya menu muncul dari siswa. Hal ini berpengaruh terhadap efektivitas program karena anak yang tidak menyukai menu cenderung tidak mengonsumsi makanan bergizi yang disediakan.

Ketiadaan Sistem Monitoring dan Evaluasi yang Komprehensif
Belum ada sistem terpadu untuk melacak distribusi makanan, tingkat konsumsi, serta perubahan status gizi anak penerima manfaat secara berkala. Ini menyebabkan sulitnya mengukur dampak jangka panjang (outcome) dari program.

BACA JUGA:  Motor Terbakar Usai Isi Bensin di Citayam

Kurangnya Pelibatan Penerima Manfaat
Anak-anak dan orang tua belum secara sistematis dilibatkan dalam evaluasi program. Padahal, keterlibatan mereka penting untuk mengukur kepuasan, persepsi, dan dampak perilaku konsumsi makanan bergizi.

Libatkan Warga Dalam Evaluasi

Agar pelaksanaan program MBG di Depok berjalan optimal, penting untuk melibatkan masyarakat secara aktif, mulai dari orang tua, pihak sekolah, hingga siswa sendiri. Penilaian dari mereka yang langsung merasakan dampaknya akan lebih jujur dan objektif dibandingkan laporan administratif semata.

Jika berbagai persoalan di atas tidak segera diselesaikan, bukan tidak mungkin program MBG hanya menjadi formalitas tanpa memberikan dampak yang berarti bagi anak-anak Depok. Padahal, tujuan utamanya sangat strategis: menciptakan generasi masa depan yang sehat dan cerdas.

Tulisan ini adalah opini pribadi penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi.

Ingin produk, bisnis atau agenda Anda diliput dan tayang di DepokPos? Silahkan kontak melalui email [email protected]

Pos terkait