DEPOK – Kaum muda tidak hanya menjadi kelompok paling terdampak oleh krisis iklim, tetapi juga yang prihatin dan tergerak untuk menjadi pemimpin dalam aksi krisis iklim. Sebagai penutup program Urban Nexus Fase 2, Festival Rana Muda digelar hari ini (18/5) di Gedung Dibaleka Kawasan Kantor Wali Kota Depok, untuk mendiseminasikan dan menyerahkan pembelajaran program kepada para pemangku kebijakan di Kota Depok.
Urban Nexus Fase 2, hasil kolaborasi Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia), MDMC Indonesia, Teens Go Green, Pemerintah Kota Depok, dan didukung oleh DFAT-ANCP (The Department of Foreign Affairs and Trade Australian NGO Cooperation Program) dan Plan Australia, selama tiga tahun telah menjangkau lebih dari 16.000 remaja dan kaum muda di kawasan urban. Mereka membangun ketangguhan terhadap risiko iklim dan bencana melalui pendekatan berbasis komunitas, inovasi teknologi, dan kolaborasi lintas sektor.
Dyah Sadiah, S.Sos., M.Si, Staf Ahli Wali Kota Bidang SDM dan Kemasyarakatan, menyampaikan, “Pemerintah Kota Depok mengapresiasi dan mengucapkan terima kasih kepada semua yang terlibat dalam acara ini. Anak muda adalah bagian dari peningkatan kualitas masyarakat dan pendidikan Kota Depok, karena anak-anak bisa belajar dengan baik dalam kondisi sehat, dengan lingkungan yang terjaga serta iklim yang baik. Jadi anak-anak di sini adalah pejuang-pejuang iklim dan kesehatan, ini bagian dari pada pahlawan.”
Ida Ngurah, Direktur Program Plan Indonesia, mengungkapkan bahwa keterlibatan kaum muda dalam proses pengambilan keputusan dan aksi iklim masih belum sepenuhnya dioptimalkan. Data Plan International tahun 2023 menunjukkan bahwa 98% responden dari tiga negara—termasuk Indonesia—menyatakan keresahan terhadap dampak perubahan iklim terhadap kehidupan sekolah dan masa depan mereka.
“Kami berharap semakin banyak kaum muda yang tergerak melalui inisiatif seperti Youth Disaster Warrior, dan bahwa tidak hanya Pemerintah Kota Depok, tetapi juga pemangku kebijakan lainnya dapat secara aktif melibatkan kaum muda dalam proses pengambilan keputusan. Indonesia emas sudah terlihat dari teman-teman di Depok yang didampingi Urban Nexus. Saya meyakini anak-anak Kota Depok bisa menjadi model di tempat lain. Keberhasilan di Kota Depok ini ada 163 pemimpin muda dan itu banyak. Pemimpin muda ini menjadi model bagaimana menjadikan masalah menjadi sesuatu yang berharga,” terangnya.
Kaum Muda Tangguh terhadap Krisis Iklim
Sambutan oleh Dyah Sadiah, S.Sos., M.Si, Staf Ahli Wali Kota Bidang SDM dan
Kemasyarakatan dok Yayasan Plan International Indonesia
Khansa (16), salah satu Pemimpin Muda untuk Iklim dari Urban Nexus Fase 2, mengungkapkan bahwa kaum muda telah terbukti mampu menciptakan berbagai solusi terhadap krisis iklim.
“Saya belajar banyak dari Urban Nexus terutama dalam meningkatkan pengetahuan tentang solusi seperti bank sampah dan pelibatan perempuan dalam satgas perlindungan kaum muda. Melalui Urban Nexus saya juga telah meningkatkan kepercayaan diri. Saya berharap Urban Nexus bisa diimplementasikan di wilayah lain dan memberikan ilmu serta melibatkan lebih banyak kaum muda sebagai generasi masa depan,” ujarnya.
Melalui Urban Nexus Fase 2, tercatat ada 158 pemimpin muda dari Kota Depok dan 27 provinsi yang telah melaksanakan 292 aksi iklim dan bencana dengan melibatkan lebih dari 16.000 peserta (61% di antaranya adalah perempuan muda), termasuk teman-teman dengan disabilitas. Tak hanya di tingkat komunitas, mereka juga aktif di ranah advokasi, termasuk berkolaborasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam kompetisi dan webinar yang memberi ruang partisipasi aktif bagi kaum muda dalam kampanye dan advokasi krisis iklim. Salah satu inovasi yang dihasilkan adalah alat pendeteksi banjir, inisiasi pembentukan lima bank sampah dan inovasi filter air ramah lingkungan untuk situasi darurat.
Festival yang dihadiri oleh lebih dari 350 peserta, termasuk kaum muda, juga mencakup pengukuhan Forum Pemuda Tanggap Bencana Kota Depok (Depok Youth Disaster Warrior) dan seremoni simbolis. Festival ini juga menghadirkan booth komunitas sebagai ruang interaksi dan pembelajaran yang menyenangkan. Komunitas-komunitas lokal yang bergerak di isu iklim, lingkungan, kebencanaan, dan pemberdayaan turut meramaikan booth dengan berbagai aktivitas menarik dan edukatif.