Psikologi Islam dalam Menjaga Keseimbangan antara Dunia dan Akhirat

Psikologi Islam dalam Menjaga Keseimbangan antara Dunia dan Akhirat

DEPOKPOS – Dalam kehidupan modern yang serba cepat dan penuh tantangan, manusia sering kali terjebak dalam tuntutan duniawi. Banyak orang berusaha untuk meraih kesuksesan materi, status sosial, dan penghargaan, namun sering kali mengabaikan aspek spiritual dalam hidup mereka.

Namun, prinsip utama yang harus dijaga untuk mencapai kebahagiaan hakiki menurut Islam adalah keseimbangan antara dunia dan akhirat. Untuk mencapai keseimbangan ini, psikologi Islam menggunakan psikologi dan prinsip-prinsip spiritual Islam.

Bacaan Lainnya

Konsep Keseimbangan dalam Islam

Islam mengajarkan bahwa kehidupan di dunia ini hanyalah sementara dan merupakan ujian untuk kehidupan akhirat. Al-Qur’an menyebutkan dalam Surah Al-Baqarah (2:155):

“Dan Kami pasti akan menguji kalian dengan sedikit rasa takut, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.”

Ketika disebut keseimbangan antara dunia dan akhirat, itu tidak berarti bahwa seseorang harus mengabaikan kehidupan duniawi atau kehidupan materialnya. Sebaliknya, Islam mengajarkan bahwa orang harus bekerja keras untuk mencapai kemakmuran duniawi sambil mempertahankan nilai-nilai agama mereka dan memperhatikan kehidupan akhirat mereka. Dalam Surah Al-Qasas (28:77), Allah berfirman:

“Dan carilah pada apa yang telah diberikan Allah kepadamu, kampung akhirat dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari duniawi.”

Konsep keseimbangan ini menuntut umat Islam untuk tidak terlalu berkonsentrasi pada satu aspek, baik duniawi maupun ukhrawi; sebaliknya, mereka harus berusaha memenuhi kewajiban duniawi sambil mempertimbangkan kewajiban agama mereka.

BACA JUGA:  Dzikir Pagi dan Petang: Memperkuat Koneksi dengan Sang Pencipta

Peran Psikologi Islam dalam Keseimbangan Dunia dan Akhirat

Psikologi Islam adalah cabang psikologi yang memadukan ide-ide psikologi kontemporer dengan ajaran Islam. Psikologi Islam berfokus pada pengembangan diri secara keseluruhan—baik secara mental, emosional, fisik, maupun spiritual. Dengan merujuk pada nilai-nilai ajaran Islam, ia menawarkan panduan tentang bagaimana seseorang dapat mempertahankan keseimbangan dalam hidupnya.

1. Mengelola Stres dan Kecemasan dengan Tawakal

Berusaha kepada allah adalah prinsip psikologi Islam yang sangat relevan di dunia yang penuh dengan stres dan ketakutan. Konsep ini mengatakan bahwa meskipun manusia harus berusaha keras untuk mencapai tujuan duniawi mereka, Allah akan memiliki hasil akhir. Ketakutan dan kecemasan dapat dikurangi dengan percaya bahwa Tuhan telah menentukan segala sesuatu. Dalam Surah At-Tawbah (9:51), Allah berfirman:

“Katakanlah, ‘Tidak akan menimpa kami kecuali apa yang telah ditentukan oleh Allah bagi kami; Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang beriman harus bertawakkul.’”

Dengan Prinsip ini, memungkinkan seorang Muslim untuk lebih santai dan menjaga keseimbangan psikologis, baik saat menghadapi masalah dunia maupun mengingat tujuan akhirat.

2. Membangun Ketahanan Mental dengan Ibadah

Salat, puasa, dan dzikir, misalnya, adalah ibadah Islam yang memiliki banyak manfaat kesehatan selain menjadi kewajiban ritual. Rutin melakukan ibadah dapat memberikan ketenangan jiwa, mengurangi rasa cemas, dan meningkatkan fokus. Salat, misalnya, memiliki peran yang sangat penting dalam meredakan stres dan meningkatkan keseimbangan emosional. Dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah (2:45), disebutkan:

BACA JUGA:  Dzikir Pagi dan Petang: Memperkuat Koneksi dengan Sang Pencipta

“Dan mohonlah pertolongan dengan sabar dan salat. Dan sesungguhnya salat itu adalah berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.”

Ketika seseorang melakukan ibadah dengan khusyuk, mereka dapat merasakan kedamaian batin yang mendalam, yang pada gilirannya meningkatkan ketahanan mental mereka saat menghadapi tantangan dunia. Hal ini juga membantu mereka menjaga orientasi spiritual mereka dan mengingat tujuan akhirat mereka.

3. Membangun Kecerdasan Emosional dengan Akhlak Mulia

Selain itu, psikologi Islam menekankan betapa pentingnya moralitas atau akhlak dalam kehidupan sehari-hari. Menjaga moral yang baik meningkatkan hubungan sosial dan kesehatan mental. Seorang Muslim diajarkan untuk menjadi sabar, pemaaf, dan penuh kasih sayang kepada orang lain. Rasulullah SAW bersabda:

“Sesungguhnya orang yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR. Tirmidzi)

Memiliki akhlak yang baik membantu menjaga keseimbangan psikologis antara kepentingan duniawi dan ukhrawi, sehingga seseorang dapat menghindari perasaan cemas dan tertekan yang sering muncul sebagai akibat dari konflik sosial atau kesulitan hidup.

BACA JUGA:  Dzikir Pagi dan Petang: Memperkuat Koneksi dengan Sang Pencipta

4. Meningkatkan Kepuasan Hidup dengan Ikhlas

Ikhlas adalah inti dari setiap tindakan dalam Islam; itu berarti melakukan segala sesuatu hanya karena Allah, tanpa mengharapkan pujian atau balasan duniawi. Dengan berikhlas, seseorang lebih mudah menerima segala ketentuan hidup, baik itu keberhasilan maupun kegagalan, yang mengurangi frustrasi dan meningkatkan kebahagiaan hidup. Dalam Surah Al-Bayyina (98:5), Allah berfirman:

“Dan mereka diperintahkan untuk tidak menyembah selain Allah dengan ikhlas dalam menjalankan agama dengan lurus.”

Untuk mencapai keseimbangan antara dunia dan akhirat, menjalani hidup dengan niat ikhlas membantu seseorang merasa lebih puas dan tidak terjebak dalam keinginan duniawi yang berlebihan.

Untuk mencapai keseimbangan antara dunia dan akhirat, psikologi Islam menawarkan pendekatan yang holistik. Psikologi Islam menggunakan prinsip-prinsip seperti tawakkul, ibadah, akhlak mulia, dan ikhlas untuk membantu orang mengatasi stres, membangun ketahanan mental, dan meningkatkan kesejahteraan emosional sambil tetap menjaga orientasi spiritual mereka. Menjaga keseimbangan antara duniawi dan ukhrawi sangat penting untuk kesehatan mental dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Psikologi Islam menawarkan pedoman untuk hidup penuh makna, ketenangan batin, dan tujuan yang jelas.

Muhammad Syahrun Mubarak dan Siti Salwa Salsabila
Universitas Muhammadiyah Prof. Dr Hamka

Ingin produk, bisnis atau agenda Anda diliput dan tayang di DepokPos? Silahkan kontak melalui email [email protected]

Pos terkait