DEPOKPOS – Hubungan antar individu, antar kelompok masyarakat, dan antara individu dengan kelompok sosial merupakan bagian penting dari interaksi sosial (Aisyah, 2018). Menurut Adi (2012, p.42), berhubungan dengan orang lain dan berkomunikasi merupakan hal yang krusial dalam memperkuat relasi sosial.
Perkembangan teknologi semakin cepat dan telah menjadi kebutuhan penting bagi masyarakat. Perkembangan teknologi telah menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari, memungkinkan setiap tindakan harian untuk dilakukan dengan cepat dan dengan mudah. Perkembangan teknologi digital telah memberikan dampak yang signifikan pada berbagai aspek kehidupan manusia, terutama di kalangan generasi muda. Fenomena ini menjadi perhatian serius karena potensi dampaknya terhadap kesehatan mental generasi muda.
Menurut (Moro, 2016), remaja adalah salah satu dari banyak pengguna media sosial. Di era media sosial, remaja cenderung menggunakan platform tersebut untuk berbagi pengalaman pribadi seperti kisah dan gambar dengan teman-teman mereka. Jejaring sosial memberikan cara mudah dan aman untuk berkomentar dan berbagi pendapat dengan pengguna lain.
Remaja berada pada tahap perkembangan ketika mereka berusaha menemukan jati dirinya dengan menghabiskan waktu bersama teman-temannya. Pasalnya, media sosial memungkinkan seseorang salah memahami identitasnya dan melakukan kejahatan. Namun, saat ini, remaja memandang penggunaan media sosial sebagai hal yang menyenangkan atau modern, dan mereka yang tidak terlibat dalam penggunaan media sosial sering kali dianggap ketinggalan zaman (Putri et al., 2016, hal. 48).
Media sosial dapat memberikan dampak negatif pada penggunanya tanpa disadari, sehingga menimbulkan hasil yang negatif. Media sosial tidak hanya memberikan pengaruh yang kuat terhadap perilaku penggunanya tetapi juga dapat menimbulkan masalah psikologis.
Penting untuk menyadari bahwa perubahan teknologi digital juga membawa implikasi sosial dan budaya yang kompleks bagi generasi muda. Hal ini termasuk dampaknya terhadap pola hubungan sosial, identitas diri, dan konsep diri mereka. Penggunaan media sosial dapat mempengaruhi persepsi diri dan citra tubuh mereka, yang dapat berkontribusi pada risiko gangguan kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan. Pengaruh teknologi digital juga dapat terlihat dalam pola tidur dan aktivitas fisik generasi muda.
Penggunaan gadget sebelum tidur atau dalam jangka waktu yang lama dapat mengganggu pola tidur yang sehat, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi kesehatan mental mereka. Selain itu, ketergantungan pada teknologi digital juga dapat mengurangi waktu yang dihabiskan untuk aktivitas fisik dan interaksi sosial langsung, yang dapat berdampak negatif pada kesejahteraan fisik dan psikologis mereka.
Berdasarkan laporan penelitian Indonesia-Adolescent Mental Health Survey menyatakan bahwa prevalensi masalah kesehatan mental di kalangan remaja Indonesia mencapai angka yang signifikan, dengan satu dari tiga remaja atau sekitar 15,5 juta remaja mengalami masalah kesehatan mental dalam 12 bulan terakhir. Dari jumlah tersebut, sekitar 2,45 juta remaja, atau sekitar 5,5%, mengalami gangguan mental. Gangguan kecemasan merupakan jenis gangguan mental yang paling umum terjadi di kalangan remaja.
Pentingnya akses terhadap layanan kesehatan mental tercermin dari fakta bahwa hanya sebagian kecil dari remaja yang mengalami masalah kesehatan mental yang mendapatkan bantuan. Lebih dari 1 per 3 pengasuh utama remaja menyebutkan petugas sekolah sebagai penyedia layanan yang paling sering diakses. Namun, hanya sebagian kecil dari pengasuh utama yang menyatakan bahwa remaja mereka membutuhkan bantuan untuk masalah emosi dan perilaku, meskipun sebagian besar remaja yang mengalami masalah kesehatan mental tidak mendapatkan bantuan.
Kesehatan Mental di Era Digital
Definisi Kesehatan Mental
Kesehatan mental merupakan aspek krusial untuk mencapai kesehatan secara menyeluruh. Menurut definisi dari World Health Organization (WHO), kesehatan mental merujuk pada keadaan sejahtera dimana seseorang dapat menyadari kemampuan dirinya, dalam menghadapi tantangan kehidupan sehari-hari, bekerja dengan efektif, dan memberikan kontribusi positif kepada lingkungan sosialnya. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa menegaskan bahwa kesehatan jiwa meliputi perkembangan individu secara fisik, mental, spiritual, dan sosial. Dengan kesehatan jiwa yang baik, seseorang mampu mengatasi tekanan, bekerja secara produktif, dan berkontribusi pada masyarakat.
Konsep Kesejahteraan Psikologis, Emosional, dan Sosial
Menurut WHO, kesehatan mental bukan ketiadaan gangguan mental, tetapi juga mencakup upaya untuk meningkatkan kesejahteraan individu. Untuk mencapai hal ini, diperlukan pendekatan multidisiplin yang mampu menjaga keseimbangan di berbagai aspek kehidupan ini. Dalam konteks kesehatan mental mencakup dimensi psikologis, emosional, dan sosial, yakni:
1. Kesejahteraan Psikologis
Kesejahteraan psikologis mengacu pada kemampuan seseorang untuk mengatur pikirannya, mengendalikan emosi, serta membuat keputusan yang bijak dalam menghadapi tantangan hidup. Individu dengan kesejahteraan psikologis yang baik mampu mengenali dirinya, mengembangkan potensinya, dan menggunakan kemampuan tersebut untuk mencapai tujuan hidupnya.
2. Kesejahteraan Emosional
Kesejahteraan emosional mengacu pada kemampuan individu dalam merasakan dan mengelola berbagai emosi, baik yang positif maupun negatif. Seseorang dengan kesejahteraan emosional yang baik mampu menghadapi situasi penuh tekanan, mengatasi rasa cemas, dan tetap memperhatikan sikap optimis meskipun menghadapi tantangan hidup.
3. Kesejahteraan Sosial
Kesejahteraan sosial mencerminkan kemampuan seseorang untuk membangun hubungan yang harmonis dengan orang-orang disekitarnya, seperti keluarga, teman, dan masyarakat. Hubungan sosial yang baik memberikan kontribusi penting dalam bentuk dukungan emosional, rasa aman, serta penerimaan diri.
Dampak Media Sosial Terhadap Kesehatan Mental
Penggunaan media sosial memiliki dampak positif dan negatif terhadap kesehatan mental, yaitu:
1. Dampak Positif
a. Memudahkan Berinteraksi
Media sosial sangat memungkinkan masyarakat khususnya remaja untuk berkomunikasi dengan keluarga, teman maupun rekan kerja secara tidak langsung atau daring.
b. Kreativitas Remaja
Menggunakan media sosial untuk menunjukan bakat, baik secara akademik maupun non-akademik. Remaja dapat memposting karya yang dibuatnya secara bebas, dengan adanya media sosial memungkinkan remaja untuk mempunyai kesempatan dalam membuat karya baru.
c. Kesadaran Sosial
Media sosial dapat memberikan informasi terkait isu-isu yang sedang ramai dibicarakan dan dapat membuat masyarakat khususnya remaja sadar situasi dan kondisi apa yang sedang terjadi dalam masyarakat.
2. Dampak Negatif
a. Mengalami Penyakit Mental
Terlalu banyak waktu yang dihabiskan di media sosial dapat mengakibatkan penggunanya mengalami gangguan mental seperti depresi dan kecemasan hal ini disebabkan karena adanya perbandingan sosial antara satu sama lain.
b. Cyberbullying
Media sosial adalah tempat untuk berekspresi dan tempat untuk mengeluarkan pendapat secara bebas, tetapi ketika pendapat tidak diterima oleh publik maka pengguna media sosial lainnya akan memberikan komentar kebencian dan kritik.
c. Kurangnya Privasi Remaja
Individu cenderung tidak menyadari dampak jangka panjang dari bermain media sosial, karena saat ini sangat mudah mencari privasi seseorang melalui media sosial.
Isu Sosial Terkini Terkait Kesehatan Mental
Kesehatan mental menjadi salah satu isu sosial yang semakin mendapatkan perhatian di era digital. Perkembangan teknologi dan perubahan pola hidup masyarakat, khususnya di kalangan generasi muda, telah membawa dampak signifikan terhadap kesejahteraan mental. Berikut adalah beberapa isu sosial terkini terkait kesehatan mental:
1. Dampak Media Sosial terhadap Kesehatan Mental Remaja
a. Peningkatan Risiko Depresi dan Kecemasan
Penggunaan media sosial yang berlebihan di kalangan remaja dikaitkan dengan peningkatan risiko depresi dan kecemasan. Paparan terhadap kehidupan “sempurna” di media sosial dapat menurunkan kepuasan diri dan memicu perasaan tidak berharga.
b. Cyberbullying
Media sosial menjadi platform bagi perilaku bullying digital, yang dapat menyebabkan stres, kecemasan, dan depresi pada remaja.
2. Prevalensi Masalah Kesehatan Mental di Kalangan Remaja Indonesia
a. Data Survei Nasional
Menurut Indonesia-National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) 2022, sekitar 34,9% remaja Indonesia mengalami setidaknya satu masalah kesehatan mental dalam 12 bulan terakhir, dengan gangguan kecemasan menjadi yang paling umum.
b. Akses Terbatas ke Layanan Kesehatan Mental
Hanya 2,6% remaja dengan masalah kesehatan mental yang pernah mengakses layanan dukungan atau konseling dalam 12 bulan terakhir, menunjukkan kebutuhan mendesak untuk meningkatkan aksesibilitas layanan kesehatan mental.
3. Krisis Kesehatan Mental di Kalangan Generasi Z
a. Tantangan bagi Generasi Muda
Krisis kesehatan mental semakin mengkhawatirkan di kalangan Generasi Z Indonesia, dengan banyak remaja merasa tertekan akibat tekanan sosial dan ekspektasi yang tinggi.
4. Dampak Pandemi COVID-19 terhadap Kesehatan Mental Remaja
a. Peningkatan Perasaan Depresi dan Kesepian
Pembatasan sosial selama pandemi COVID-19 berdampak signifikan pada kesehatan mental remaja, dengan peningkatan perasaan depresi, kecemasan, dan kesepian dibandingkan sebelum pandemi.
5. Strategi Menjaga Kesehatan Mental di Era Digital
a. Pengaturan Waktu Penggunaan Media Sosial
Mengatur batas waktu penggunaan media sosial dapat membantu mengurangi stres dan kecemasan yang sering muncul akibat perbandingan sosial dan paparan berlebihan terhadap konten negatif.
b. Meningkatkan Kesadaran Diri
Dengan melatih mindfulness melalui meditasi atau aktivitas lain dapat membantu individu tetap terhubung dengan momen sekarang dan mengelola perasaan serta pikiran secara lebih efektif.
3. Strategi Menjaga Kesehatan Mental di Era Media Sosial
Dalam era digital seperti saat ini, media sosial menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari bagi individu. Media sosial memiliki banyak dampak positif, tetapi pengguna sosial yang berlebihan dapat menimbulkan tantangan dampak negatif yaitu mengganggu kesehatan mental individu itu sendiri. Dalam menghadapi tantangan tersebut, berikut adalah beberapa strategi berdasarkan UNICEF (2019) dalam menjaga kesehatan mental di era media sosial yang dapat dilakukan:
1. Mengatur Batas Waktu Penggunaan Media Sosial
Mengatur waktu untuk menggunakan media sosial sangatlah penting. Dengan mengurangi waktu menggunakan media sosial dapat membantu mengurangi stres dan kecemasan yang biasanya sering muncul akibat perbandingan sosial dan eksposur berlebihan terhadap berita negatif yang terdapat dalam media sosial tersebut. Dengan tidak membuka media sosial sebelum tidur akan berdampak baik yaitu dapat meningkatkan kualitas tidur dan mengurangi tekanan.
2. Berikan Waktu untuk Istirahat dari Digital
Luangkan waktu untuk beristirahat dari smartphone. Dapat juga mendetoks digital secara pelan-pelan, misalnya seperti tidak menggunakan media sosial untuk beberapa hari, hal ini dapat membantu meredakan kelelahan dan pikiran negatif dan memberikan kesempatan untuk berpikir santai.
3. Membangun Keseimbangan antara Kehidupan Online dan Offline
Menciptakan keseimbangan antara interaksi online dan offline sangatlah penting. Individu dapat memfokuskan diri pada kegiatan dunia nyata misalnya dengan cara berolahraga, berkumpul dengan teman-teman, atau menikmati hobi tanpa ketergantungan pada perangkat digital yang akan sangat membantu untuk meningkatkan kesehatan mental.
4. Memilih Konten yang Positif
Memilih akun dan konten-konten positif dapat memberikan inspiratif yang mempengaruhi kesehatan mental, menghindari konten yang dapat memicu perasaan negatif dan cemas. Dengan melakukan cara tersebut, individu dapat menciptakan lingkungan digital yang mendukung kesehatan mentalnya.
5. Meningkatkan Kesadaran Diri
Dengan meningkatkan kesadaran diri sendiri, individu akan dapat mengelola kesehatan mentalnya. Individu dapat mengatur perasaan dan pikirannya sendiri secara teratur dan melatih mindfulness melalui meditasi atau aktivitas yang dapat membantu individu tetap terhubung dengan momen sekarang.
6. Mencari Dukungan Positif
Menggunakan media sosial merupakan salah satu tempat untuk mendapatkan dukungan positif. Misalnya, bergabung dengan komunitas online yang memiliki minat atau tujuan yang sama dapat membantu untuk membangun jaringan sosial yang mendukung dan memotivasi.
7. Mencari Bantuan Profesional
Ketika individu merasa terbebani secara emosional, sangat penting untuk mencari bantuan dari profesional kesehatan mental seperti psikolog atau psikiater. Dengan mendatangi terapis atau konselor akan sangat membantu untuk memberikan dukungan dan alat untuk mengelola stres, kecemasan, atau bahkan depresi yang mungkin akan muncul.
Dengan menerapkan beberapa strategi diatas, individu dapat membentuk hubungan yang lebih sehat dengan teknologi dan menjaga kesehatan mental di tengah informasi yang terus berkembang di era digital ini.
Kesehatan mental merupakan aspek penting dalam kehidupan individu yang perlu dijaga, terutama di era digital yang terus berkembang. Teknologi digital dan media sosial memberikan dampak besar terhadap kehidupan generasi muda, baik secara positif maupun negatif. Media sosial mempermudah interaksi, meningkatkan kreativitas, dan kesadaran sosial. Namun, di sisi lain, penggunaannya yang berlebihan juga dapat menyebabkan gangguan kesehatan mental, seperti depresi, kecemasan, cyberbullying, dan gangguan privasi.
Data menunjukkan tingginya prevalensi masalah kesehatan mental di kalangan remaja Indonesia, dengan keterbatasan akses terhadap layanan kesehatan mental sebagai salah satu tantangan utama. Oleh karena itu, penting untuk menerapkan strategi dalam menjaga kesehatan mental di era media sosial. Strategi tersebut meliputi pengaturan waktu penggunaan media sosial, istirahat dari digital, membangun keseimbangan antara kehidupan online dan offline, memilih konten yang positif, meningkatkan kesadaran diri, mencari dukungan positif, serta mendapatkan bantuan profesional bila diperlukan.
Dengan kesadaran yang meningkat serta pendekatan yang terintegrasi, generasi muda dapat mengelola kesehatan mental mereka dengan lebih baik, menciptakan keseimbangan antara manfaat teknologi dan dampak negatifnya. Upaya ini membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, termasuk keluarga, sekolah, masyarakat, dan pemerintah, untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan mental generasi muda.
Afifah Mulia Putri
Annisa Purnama Siwi
Nabila Chairunissa
Vivera Azzahra Agusta
Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka