DEPOKPOS – Kebersihan air minum memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga kesehatan masyarakat. Air yang terkontaminasi dapat menjadi penyebab berbagai penyakit, seperti diare, kolera, tifus, dan hepatitis A. Berdasarkan laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lebih dari 780 juta orang di dunia masih kekurangan akses terhadap air bersih, sementara 2 miliar orang terpapar air minum yang terkontaminasi feses. Situasi ini menunjukkan pentingnya pengelolaan dan pengawasan kebersihan air minum untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Di Indonesia, masalah kebersihan air minum masih menjadi tantangan besar, khususnya di wilayah pedesaan dan daerah terpencil. Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), sekitar 25% penduduk masih mengandalkan sumber air yang tidak memenuhi standar kesehatan. Polusi dari limbah domestik, limbah industri, serta rendahnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya menjaga kebersihan air turut memperburuk kondisi ini. Akibatnya, risiko penyebaran penyakit berbasis air semakin meningkat.
Salah satu langkah penting dalam memastikan kebersihan air minum adalah pengadaan infrastruktur air bersih. Instalasi Pengolahan Air (IPA) dan jaringan distribusi yang andal dapat membantu menyediakan air minum yang sesuai dengan standar kesehatan. Beberapa daerah di Indonesia, seperti Jakarta dan Surabaya, telah memiliki fasilitas pengolahan air modern. Namun, di banyak wilayah terpencil, ketersediaan infrastruktur ini masih sangat minim, sehingga masyarakat harus mengandalkan sumber air alam yang sering kali terkontaminasi.
Teknologi sederhana dapat menjadi solusi bagi daerah yang tidak memiliki akses ke fasilitas modern. Misalnya, penggunaan saringan pasir lambat dan desinfeksi air dengan sinar ultraviolet telah terbukti efektif dalam membersihkan air dari kontaminasi bakteri. Selain itu, metode tradisional seperti perebusan air masih relevan, terutama bagi rumah tangga yang tidak memiliki akses ke teknologi canggih.
Selain pembangunan infrastruktur, edukasi kepada masyarakat juga memainkan peran penting. Program edukasi dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya air yang tercemar dan cara-cara sederhana untuk menjaga kebersihan air. Salah satu program yang telah berhasil adalah Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), yang mencakup pengelolaan air minum dan makanan rumah tangga. Program ini telah diterapkan di berbagai wilayah Indonesia dan memberikan hasil yang signifikan dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Pentingnya menjaga sumber air dari pencemaran juga harus menjadi perhatian bersama. Limbah domestik dan industri yang dibuang sembarangan sering kali mencemari sumber air, seperti sungai dan danau. Oleh karena itu, penguatan regulasi terhadap pengelolaan limbah menjadi langkah strategis yang harus diambil oleh pemerintah. Dalam hal ini, kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sangat dibutuhkan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung kebersihan air.
Beberapa daerah di Indonesia telah menunjukkan keberhasilan dalam pengelolaan kebersihan air minum. Misalnya, Kota Surabaya melalui program “Surabaya Green and Clean” berhasil mengurangi pencemaran air dengan meningkatkan fasilitas pengolahan limbah rumah tangga dan mendukung bank sampah. Program ini tidak hanya meningkatkan kebersihan air, tetapi juga memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat setempat.
Selain itu, di wilayah Yogyakarta, penerapan teknologi sumur bor yang dilengkapi dengan sistem filtrasi telah memberikan akses air bersih kepada masyarakat di daerah yang sebelumnya kesulitan air bersih. Hal ini membuktikan bahwa teknologi dan kebijakan yang tepat dapat menjadi solusi bagi permasalahan kebersihan air di tingkat lokal.
Meskipun ada banyak upaya yang dilakukan, kesenjangan dalam akses air bersih masih menjadi masalah utama di Indonesia. Penduduk di wilayah perkotaan cenderung memiliki akses yang lebih baik dibandingkan dengan penduduk di daerah pedesaan. Ketimpangan ini dapat disebabkan oleh kurangnya prioritas dalam pembangunan infrastruktur air di daerah terpencil. Pemerintah perlu memperhatikan wilayah-wilayah ini untuk memastikan semua lapisan masyarakat mendapatkan hak yang sama atas air bersih.
Selain itu, faktor ekonomi juga menjadi penghambat. Banyak masyarakat miskin yang tidak mampu membayar biaya untuk memperoleh air bersih dari instalasi pengolahan air, sehingga mereka terpaksa menggunakan air dari sumber yang kurang higienis. Dalam hal ini, subsidi pemerintah untuk air bersih menjadi penting untuk memastikan keterjangkauan bagi masyarakat yang kurang mampu.
Kebersihan air minum merupakan hal mendasar yang harus menjadi prioritas bersama untuk menjaga kesehatan masyarakat. Penyediaan infrastruktur, edukasi kepada masyarakat, penerapan teknologi sederhana, dan penguatan regulasi limbah adalah langkah-langkah strategis yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini. Dengan kolaborasi yang baik antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta, diharapkan seluruh masyarakat Indonesia dapat menikmati air minum yang bersih dan sehat.
Farid Hasan
Mahasiswa AKATIRTA Magelang.