Oleh: Murodi al-Batawi
Pondok Pesantren dan Kitab Kuning, selama ini tidak bisa dipisahkan. Dua komponen ini merupakan elemen penting dalam sebuah proses pembelajaran di sebuah pesantren.
Kitab Kuning merupakan referensi utama yang menjadi bahan ajar bagi para santri. Mereka menjadikannya sebagai sebuah pegangan yang mesti dimiliki. Sebab jika tidak, mereka tidak bisa mengikuti pelajaran pendidikan agama yang bersumber dari Kitab Kuning.
Karena itu, dahulu, banyak toko buku agama Islam yang memproduksi dan menjualnya secara langsung kepada masyarakat. Jika para santri ingin memilikinya, mereka, baik secara sendiri-sendiri atau berkelompok, harus pergi ke toko buku tersebut untuk membelinya.
Biasanya, mereka tidak hanya membeli satu judul buku, tapi bisa membeli beberapa judul dan jilid buku kuning tersebut. Para santri bisa membeli buku berjudul Safinatun Naja, Taqribb, atau al-Jurumiyah.
Jika dalam satu daerah terdapat lebih dari tiga pondok pesantren, dengan masing memiliki minimal 1000 orang santri, berarti sudah dapat memproduksi Kitab Kuning sekitar 3000 eksemplar.
Ini merupakan potensi besar secara ekonomis. Bagaimana kalau bisnis ini ditangani langsung oleh pondok pesantren, pasti sangat menguntungkan buat pondok pesantren itu sendiri.
Kitab Kuning dan Percetakan
Jika dahulu banyak penerbit lokal yang bisa memproduksi referensi Kitab Kuning sekaligus menjualnya, sekarang, sepertinya sudah mulai berkurang bahkan banyak yang sudah bubar.
Salah satu penerbit Kitab Kuning yang masih eksis sampai hari ini adalah Penerbit Toha Putera, Semarang. Perusahaan ini kian besar, karena ia, selain memiliki mesin percetakan sendiri, juga memiliki pabrik kertas. Ia tidak memerlukan pasokan kertas dari pihak luar jika ingin mencetak dan menerbitkan kitab-kitab baru.
Perusahaan penerbitan ini semakin berjaya, karena ia juga mencetak dan menerbitkan buku-buku pelajaranan Agama untuk sekolah, mulai dari tingkat MI,MTs,dan MA, selain mencetak dan menerbitkan buku-buku umum.
Khusus untuk pencetakan dan penerbitan Kitab Kuning, Penerbit ini terus saja mrmproduksi kitab tersebut, bahkan bisa menualnya langsung ke pasar, karena ia juga memiliki toko dan perwakilannya di setiap daerah, sehingga orang nudah mendapatkannya.
Selain menerbitkan karya para ulama Indonesia, Toha Putera juga melakukan reproduksi karya ulama Nusantara yang pernah diterbitkan di luar negeri; seperti penerbit dari Singapore, Libanon, Mesir dan lain-lain. Seperti karya Imam Nawawi al-Bantani, dan lain-lain.
Hasil reproduksi Kitab Kuning tersebut, tetap selalu dicari banyak santri yang ingin mengetahui dan mendalami pemikiran para ulama terdahulu.
Kitab Kuning dan Peluang Bisnis
Pondok Pesantren
Jika hipotesis ini benar bahwa Kitab Kuning tetap menjadi rujukan para Kyai dan santri di pondok pesantren, maka ini merupakan potensi ekonomi yang sangat luar biasa yang mesti menjadi bahan pemikiran bagaimana kyai dan pimpinan pondok menjadikannya sebagai lahan bisnis yang dapat menguntungkan pihak pesantren. Dan dana yang diperoleh dari keuntungan penjualan Kitab Kuning, dapat dijadikan tanbahan dana untuk pembiayaan para santri, sehingga para santri yang mondok menjadi gratis. Semuanya dibiayai oleh dana keuntungan penjualan Kitab Kuning.
Berdasarkan data yang ada di Kemeterian Agama pada 2024 diperoleh informasi bahwa jumlah pondok pesantren dan para Santri
Indonesia ada sekitar 25 ribu Pondok Pesantren dan 3.65 juta jiwa.
Data ini sekali menunjukkan bahwa ada potensi besar jika Jitab Kuning ini dikelola dengan baik oleh pondok pesantren itu sendiri. Ini merupakan peluang bisnis yang luar biasa, jika kyai dan pimpinan pondok pesantren
ini memiliki jiwa enterpreneurshif untuk berbisnis, maka Ini adalah potensi ekonomi yang sangat besar dari bisnis produksidan jual beli Kitab Kuning saja.
Bagaimana kalau keseluruhan potensi ini benar-benar dimanfaatkan oleh para kyai dan pimpinan Pondok Pesanten, pasti perekonomian di sekita Pondok Pesantren akan hidup dan berkembang dengan sangat pesat. Dan keuntungan tersebut dapst dipergunakan untuk membetikan bessiswa bagi para santri yang membutuhkan. {Odie}.
Demikian dan semoga bermanfaat.
Murodi al-Batawi
Lebak Agung, Garut
26 Oktober 2024