Lemahnya Mental Gen Z Dipengaruhi Perilaku Kasar Orang Tua?

Lemahnya Mental Gen Z Dipengaruhi Perilaku Kasar Orang Tua?

Perilaku kasar orang tua memiliki dampak yang signifikan terhadap cara anak berperilaku dan perkembangan mereka

DEPOKPOS – Dalam sebuah keluarga, orang tua mempunyai peranan penting terutama dalam mendidik dan mengajari anak. Cara mendidik anak dan perilaku atay sikap yang baik akan mempengaruhi tumbuh kembang anak menjadi baik pula.

Perilaku kasar orang tua memiliki dampak yang signifikan terhadap cara anak berperilaku dan perkembangan mereka secara keseluruhan khususnya Gen Z saat ini.

Bacaan Lainnya

Ketika orang tua memberikan kekerasan kepada anak baik secata fisik maupun non fisik akan berdampak terhadap perilaku anak kedepannya.

Beberapa Perilaku Kasar/Kekerasan :

Kekerasan Fisik
Kekerasan fisik sering terjadi didalam sebuah keluarga, hal ini disebabkan akibat kekesalan/kemarahan orang tua terhadap anaknya. Kekerasan ini dapat berupa memukul menampar dan perlakuan fisik lainnya yang dapat menyakiti kondisi fisik anak tersebut. Akibatnya, seorang anak cenderung merasa takut dan tidak nyaman dengan rumahnya dan orang tua nya.

BACA JUGA:  Gen Z Gabisa Kerja, Emang Iya?

Kekerasan Non-Fisik
Kekerasan non-fisik juga sering terjadi kepada anak anak khususnya Gen Z saat ini. Kekerasan ini berupa pelecehan verbal, ancaman verbal, dan bentuk kekerasan lainnya yang tidak menyakiti kondisi fisik anak. Pelecehan verbal dapat berupa penghinaan, kritikan yang brutal sehingga dapat membuat seorang anak menjadi hilang percaya diri hingga depresi.

Gen Z dan Kecenderungannya

Generasi z merupakan generasi yang berada saat ini dimulai dari kelahiran tahun 1995 – 2010. Pada dasarnya Gen Z ini sangat informatif dikarenakan media untuk mengakses segala informasi sangatlah mudah dan gampang untuk ditemukan. Kemudahan tersebut membawa dampak yang besar terhadap Gen Z ini sendiri. Mereka cenderung individualis, egois, materialis, emosi tidak terkontrol, dan keterikatan terhadap gadget.

BACA JUGA:  Pengaruh Perbedaan Gaya Komunikasi Gen Z dan Gen Milenial terhadap Keefektifan Kerja

Dampak ini rentan jika mendapatkan perlakuan kasar/kekerasan dari orang tuanya terhadap mereka. Kekerasan yang diberikan orang tua akan membuat Gen Z untuk gampang merasa tertekan, dan merasa minder akan dirinya sendiri. Akhir akhir ini banyak ditemukan Gen Z yang depresi dan bahkan memutuskan untuk mengakhiri hidupnya karena merasa dirinya tidak pantas dan tidak dapat menjadi apa apa. Hal ini juga tentunya dipengaruhi oleh perilaku orang tua terhadap mereka dirumah.

Menurut Rhenald Kasali dalam bukunya yang berjudul “Strawberry Generation” menjelaskan bahwa Gen Z memiliki ide dan kreativitas yang cemerlang dan tinggi. Namun Gen Z ini cenderung mudah sakit hati, pesimis, dan tidak mampu bertahan terhadap tekanan. Oleh karena itu, buku ini menjelaskan bahwa Gen Z sangatlah rentan dan perlu pengaruh baik dari orang tua terhadap mereka. Perilaku kasar orang tua akan sangat membuat dampak yang besar terhadap masa depan anak dan dapat mempengaruhi cara mereka berperilaku kedepannya.

BACA JUGA:  Pengaruh Perbedaan Gaya Komunikasi Gen Z dan Gen Milenial terhadap Keefektifan Kerja

Praktisi psikologi remaja, Syarief Ahmad menyatakan bahwa prinsip pengasuhan anak adalah mengajarkan disiplin dengan tidak menghukum dan tidak memberikan kekerasan. Harusnya orang tua bisa mengedepankan rasa perduli dan tanggung jawab terhadap sifat dan karakter anak terhadap perilaku yang diberikannya.

“Positif parenting juga perlu melibatkan orangtua dalam terlibat dialog dengan remajanya dan lebih banyak mendengar daripada menghakimi,” ujar Syarief Ahmad.

Dari hal ini, perilaku orang tua dan cara mengajar orang tua yang mengandung kekerasan/kasar harus dihilangkan. Agar psikologis, mental dan emosi anak dapat menjadi terkontrol dan dapat terhindar dari perilaku buruk dan lemahnya mental anak Gen Z. Perilaku orang tua yang baik akan sangat membantu untuk Gen Z agar dapat menjadi generasi penerus bangsa yang cerdas, hebat, mental yang kuat, dan juga berakhlak yang baik.

Firdaus Abraham Siahaan, mahasiswa Universitas Bina Nusantara Malang

Pos terkait