Investasi Akhirat: Zakat Pondasi Kekuatan Ekonomi Umat

Investasi Akhirat: Zakat Pondasi Kekuatan Ekonomi Umat

Data Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) menunjukkan bahwa tingkat kesadaran zakat di Indonesia masih rendah, yaitu sekitar 3%

DEPOKPOS – Zakat, salah satu rukun Islam, sering kali dimaknai sebagai kewajiban bagi umat Muslim untuk menyisihkan sebagian hartanya. Namun, di balik kewajiban tersebut, terkandung potensi besar untuk membangun kekuatan ekonomi umat.

Zakat, dengan total penghimpunan Rp 23,4 triliun pada tahun 2022 (data BPS), memiliki peran penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Pertama, zakat berperan dalam pemerataan pendapatan.

Bacaan Lainnya

Data BPS menunjukkan bahwa 10% orang terkaya di Indonesia menguasai 77,48% kekayaan nasional. Zakat dapat membantu menjembatani kesenjangan ini dengan mendistribusikan kekayaan dari orang kaya kepada orang miskin.

Kedua, zakat dapat mendorong penciptaan lapangan kerja. Dana zakat dapat digunakan untuk membiayai berbagai program pemberdayaan ekonomi, seperti pelatihan keterampilan dan modal usaha. Hal ini dapat membantu meningkatkan taraf hidup masyarakat miskin dan menciptakan lapangan kerja baru.

Ketiga, zakat dapat meningkatkan ketahanan ekonomi umat. Zakat dapat digunakan untuk membantu masyarakat miskin yang terkena bencana alam atau krisis ekonomi. Hal ini dapat membantu mereka untuk bertahan hidup dan membangun kembali kehidupan mereka.

Zakat, instrumen ekonomi syariah, memiliki keterkaitan erat dengan makroekonomi. Zakat dapat menjadi instrumen untuk mencapai tujuan pembangunan ekonomi, seperti pemerataan pendapatan, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan ketahanan ekonomi.

Ada hal menarik yang ingin penulis bahas, ketika seorang orang kaya (muzakki) menzakatkan sebagian hartanya kepada mustahik (penerima zakat), uang yang dizakatkan tidak berkurang, tetapi justru bertambah.

Bagaimana bisa?
Ketika seorang muzakki memberikan zakat kepada mustahik, selain pahala yang mereka dapatkan, uang yang dizakatkan oleh mereka akan kembali.

Bagaimana uangnya kembali?
Ketika mustahik menerima zakat, kemampuan konsumsinya (C) meningkat. Mereka akan berbelanja dengan uang tersebut yang kemungkinan besar di toko-toko milik muzakki atau membeli produk-produk muzakki.

Dengan demikian, uang yang dizakatkan kembali kepada muzakki melalui jalur ekonomi.

Kesimpulannya, zakat bukan hanya berpahala, tetapi juga memiliki efek ekonomi yang positif bagi muzakki dan mustahik.

Meskipun zakat memiliki potensi besar, masih banyak orang kaya (muzakki) di Indonesia yang belum sadar akan kewajibannya. Data Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) menunjukkan bahwa tingkat kesadaran zakat di Indonesia masih rendah, yaitu sekitar 3%.

Rendahnya tingkat kesadaran ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kurangnya pemahaman tentang zakat dan manfaatnya, serta kurangnya akses terhadap lembaga pengelola zakat yang terpercaya.

Meningkatkan kesadaran zakat di kalangan orang kaya merupakan kunci untuk mengoptimalkan potensi zakat dalam membangun kekuatan ekonomi umat. Hal ini dapat dilakukan melalui berbagai upaya, seperti edukasi tentang zakat dan manfaatnya, serta mempermudah akses terhadap lembaga pengelola zakat yang terpercaya.

Zakat, sebuah instrumen ekonomi syariah yang memiliki potensi besar untuk membangun kekuatan ekonomi umat. Dengan meningkatkan kesadaran zakat di kalangan orang kaya dan mengoptimalkan pengelolaannya, zakat dapat menjadi solusi untuk mengatasi berbagai permasalahan ekonomi di Indonesia.

Hafiz Iman Mustaqim, IPB University

Pos terkait