DEPOKPOS – Merebaknya kasus-kasus keretakan rumah tangga yang kita temui di media sosial maupun media cetak kian menjamur dan meresahkan masyarakat. Kasus perceraian, kekerasan rumah tangga, perselingkuhan, permasalahan ekonomi, menjadi topik utama yang sering terjadi di masyarakat. Problematika dalam rumah tangga diakibatkan oleh minimnya pengetahuan agama, terutama hilangnya sifat qana’ah dalam rumah tangga tersebut.
Qana’ah merupakan sifat merasa cukup atas pemberian Allah subhanahu wa ta’ala. Dengan kata lain merasa cukup atas apa yang menjadi hak miliknya, juga bisa diiidentikkan dengan kesederhanaan atau kecukupan dalam menggunakan materi. Materi jasmani dalam konsep Islam merupakan unsur yang selaras dengan rohani. Dalam (Noorhayati dan Farhan, 2016), qana’ah dapat diartikan sebagai berikut, (1) menerima dengan ikhlas, (2) meminta kepada Allah tambahan yang pantas dan tetap berikhtiar, (3) menerima dengan sabar atas ketentuan Allah, (4) bertawakal kepada Allah, (5) tidak tertarik oleh tipu daya dunia (Hamka: 1970, 200).
Qana’ah adalah modal utama untuk menghadapi kehidupan, karena dari merasa cukup dapat menumbuhkan semangat, meneguhkan hati, bertakwa kepada Allah, mengharapkan pertolongan Allah dari segala marabahaya salah satunya dalam menjaga keutuhan dan keberkahan rumah tangga. Memohon perlindungan kepada Allah dan diberi rasa cukup, cukup akan rezeki yang Allah beri, cukup atas pasangan yang Allah ridhai, semua itu akan mencegah dari keretakan rumah tangga dan menambah keimanan kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendorong ummatnya untuk berakhlak dengan sifat yang mulia ini, seperti sabdanya yaitu,
قد أفلح من أسلم، ورُزق كفافًا، وقنعه الله بما آتاه
“Sungguh beruntung orang yang berislam, memperoleh kecukupan rezeki dan dianugerahi sifat qana’ah atas segala pemberian” (Hasan. HR. Tirmidzi).
Kiat Menanamkan Sifat Qana’ah
Untuk menanamkan sifat qana’ah dalam mewujudkan keluarga yang Sakinah, kita dapat menempuh bebrapa cara berikut:
Memperkuat Keimanan Terhadap Takdir Allah
Rezeki merupakan salah satu yang telah ditakdirkan oleh Allah bagi setiap hamba-Nya bahkan jauh sebelum alam semesta diciptakan. Oleh karena itu, mengimani takdir Allah merupakan sebuah pondasi yang dapat melahirkan sifat qana’ah, namun diiringi pula dengan sifat sabar serta tawakal. Ketika sifat qana’ah tidak terdapat dalam diri kita, berarti terdapat kekurangan dalam keimanan terhadap takdir Allah.
Mentadabburi Al-Qu’ran dan Hadits
Merenungi firman-firman Allah ta’ala dan hadits nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terutama berbagai ayat yang menerangkan tentang rezeki bahwa manusia sama sekali tidak merubah rezeki yang sudah Allah tetapkan,
مَا يَفْتَحِ اللَّهُ لِلنَّاسِ مِنْ رَحْمَةٍ فَلَا مُمْسِكَ لَهَا وَمَا يُمْسِكْ فَلَا مُرْسِلَ لَهُ مِنْ بَعْدِهِ
“Apa saja yang Allâh anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh-Nya maka tidak ada seorang pun yang sanggup untuk melepaskannya sesudah itu” (Faathir: 2).
Memahami Hikmah Allah
Dalam menjalani kehidupan tidak luput dari ujian dan cobaan, ada yang diuji melalui ekonomi, ada yang diuji melalui pasangannya, ada yang diuji melalui anaknya, dan sebagainya. Hal tersebut selalu terdapat hikmah di dalamnya, Allah memberikan cobaan permasalahan hidup kepada hamba-Nya untuk menguji keimanan dan apabila seorang hamba tersebut dalam melalui dengan sabar, Ikhlas, dan tawakal, Allah akan meninggikan derajat hamba-Nya. Seperti firman Allah subhanahu wa ta’ala
هُوَ الَّذِي جَعَلَكُمْ خَلَائِفَ الْأَرْضِ وَرَفَعَ بَعْضَكُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آَتَاكُمْ
“Dan Dialah yang menjaadikan kamu khalifah (penguasa-penguasa yang saling menggantikan) di bumi dan Dia meninggikan sebagian kamu atas sebagian yang lain beberapa derajat untuk mengujimu terkait apa yang diberikannya kepada kamu” (QS Al-An’am: 165).
Muhasabah Diri
Muhasabah merupakan sifat hamba Allah yang bertakwa. Muhasabah akan membantu seseorang untuk menghadapi berbagai rintangan yang ia lalui dalam kehidupannya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18).
Berdoa
Memohon kepada Allah agar kita senantiasa diberi sifat qana’ah. Salah satu do’a yang diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbad radiallahu ‘anhuma adalah do’a berikut,
اللَّهُمَ قَنِّعْنِي بِمَا رَزَقْتَنِي، وَبَارِكْ لي فِيهِ، وَاخْلُفْ عَلَيَّ كُلَّ غَائِبَةٍ لِي بِخَيْرٍ
“Ya Allah, jadikanlah aku orang yang qana’ah terhadap rezeki yang Engkau beri, dan berkahilah, serta gantilah apa yang luput dariku dengan sesuatu yang lebih baik” (HR. Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad).
Oleh: Delsi Anantasya, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka