Kematian dalam Sudut Pandang Islam dan Ilmu Psikologi

Kematian dalam Sudut Pandang Islam dan Ilmu Psikologi

DEPOKPOS – Kematian merupakan peristiwa yang pasti akan terjadi oleh setiap makhluk hidup di alam semesta ini, terutama manusia. Kematian juga banyak dibahas dalam ilmu agama sebagai peringatan untuk mempersiapkan bekal di kehidupan selanjutnya. Namun di zaman modern ini perihal kematian sangat jarang dilirik oleh orang-orang, sehingga hal itu membuat mereka terlena akan hal duniawi. Terkadang manusia yang terlena dengan dunia bisa saja menganggap kematian itu sebuah hal yang sepele bahkan tidak takut dengan kematian.

Tidak hanya di perihal agama saja, di sisi lain kematian juga terdapat dari sudut pandang psikologi. Banyak sekali orang awam tentang psikologi kematian, sedangkan manusia itu sendiri mengalami sebuah reaksi di dalam dirinya ketika memahami sebuah kematian yang akan terjadi. Berikut sudut pandang Islam dan Psikologi tentang kematian yang akan dijelaskan secara singkat.

Bacaan Lainnya

Kematian Menurut Sudut Pandang Islam

Kematian menurut pandangan Islam adalah suatu ketentuan yang dikehendaki oleh Allah atas tiap makhluk, termasuk manusia. Kematian merupakan putusnya keterikatan ruh dengan badan dalam bentuk yang diketahui, perubahan-perubahan, serta perpindahan dari satu alam ke alam lain. Kematian juga merupakan cobaan bagi kehidupan manusia dan batas untuk melakukan pertobatan dalam islam. Setelah kematian terjadi, roh manusia akan berpindah ke alam barzah, tempat menunggu hari kebangkitan.

Maka dari itu, Islam menganjurkan setiap muslim untuk selalu mengingat kematian dan mempersiapkan diri dengan memperbanyak ibadah. Kematian yang baik atau khusnul khotimah adalah kematian dalam keadaan islam dan berbuat kebaikan, sedangkan kematian yang buruk atau Suul Khotimah adalah kematian dalam kemaksiatan dan kekafiran.

Kematian menurut pandangan Islam berkaitan dengan Al Quran adalah sebuah kebenaran yang tidak dapat dihindari, sebuah ujian yang harus dihadapi, dan sebuah perpindahan dari dunia ke akhirat. Al Quran menjelaskan tentang kematian dalam berbagai ayat, antara lain:

BACA JUGA:  Etos Kerja Islami: Kunci Sukses Membangun Lingkungan Kerja Ideal

QS. Al-Mulk: 2, yang menyatakan bahwa Allah menciptakan mati dan hidup untuk menguji siapa di antara manusia yang lebih baik amalnya.
QS. Al-Anbiya: 34-35, yang menyatakan bahwa tidak ada seorang manusia pun yang diberi kehidupan kekal, dan setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati.
QS. Al-Imran: 185, yang menyatakan bahwa setiap yang berjiwa akan merasakan mati, dan pada hari kiamatlah disempurnakan pahala dan siksa bagi manusia.
QS. Qaf: 19, yang menyatakan bahwa datangnya sakaratul maut adalah perkara yang selalu dihindari oleh manusia, tetapi itu adalah kebenaran yang pasti terjadi.
QS. As-Sajdah: 11, yang menyatakan bahwa malaikat maut yang diserahi untuk mencabut nyawa manusia akan mematikan mereka, kemudian mereka akan dikembalikan kepada Allah.
Selain itu, Al Quran juga memberikan nasihat dan pesan tentang kematian, seperti:
QS. Ali Imran: 102, yang menyatakan bahwa orang-orang yang beriman harus bertaqwa kepada Allah dan tidak mati kecuali dalam keadaan Islam.
QS. Ali Imran: 145, yang menyatakan bahwa tidak ada yang dapat mati tanpa izin Allah, dan Allah akan memberikan pahala kepada orang-orang yang berbuat baik di dunia dan akhirat.
QS. Al-Baqarah: 154, yang menyatakan bahwa orang-orang yang terbunuh di jalan Allah tidak mati, tetapi hidup di sisi Allah dengan mendapatkan rezeki dari-Nya.
QS. Al-Baqarah: 156, yang menyatakan bahwa orang-orang yang sabar ketika ditimpa musibah kematian, mereka akan mendapatkan rahmat dan pertolongan dari Allah.

Kematian Menurut Sudut Pandang Psikologi

Psikologi kematian salah satu cabang dari ilmu psikologi yang mempelajari sikap, perilaku serta emosi, dan juga mental yang berkaitan dengan kematian, baik kematian diri sendiri maupun orang lain. Psikologi tentang kematian ini mencakup beberapa topik seperti bunuh diri, krisis eksistensial, reaksi terhadap kematian dan pencarian makna hidup.

Teori Terror Management adalah salah satu teori terkenal psikologi yang dikembangkan oleh Ernest Becker dan Sheldon Solomon. Teori tersebut menjelaskan bahwa manusia memiliki kesadaran akan kematian yang bisa menimbulkan rasa takut dan cemas, maka dari itu hal ini bisa disebut terror. Manusia menciptakan sistem budaya untuk mengatasi terror tersebut, seperti memberikan makna dan nilai, serta simbol yang melampaui kematian. Sistem itu disebut Worldview, yang mana mencerminkan norma dan keyakinan, serta harapan yang dianut manusia.

BACA JUGA:  Etos Kerja Islami: Kunci Sukses Membangun Lingkungan Kerja Ideal

Menurut teori terror management sendiri, manusia berusaha untuk meningkatkan self-esteem. Self-esteem adalah penilaian positif terhadap diri sendiri dengan memenuhi standar dan ekspektasi yang ditetapkan oleh worldview mereka. Maka dari itu manusia akan merasa memiliki identitas berharga dan bermakna, dimana hal itu akan memberikan rasa ketenangan dan keabadian simbolis.

Tetapi worldview manusia sering bertentangan dengan realitas yang mana itu membuatnya menjadi tidak sesuai. Seperti contohnya manusia yang percaya bahwa hidup ini adil dan berkeadilan, namun ternyata hidupnya mengalami ketidakadilan atau kesulitan hidup. Atau manusia yang percaya kehidupan setelah kematian, tetapi tidak memiliki bukti atau pengalaman tentang keyakinan tersebut. Saat worldview manusia diragukan, terror itu akan muncul kembali. Terror itu lah yang akan membuat manusia mempertahankan worldview mereka.

Dari banyaknya cara manusia mempertahankan worldview mereka salah satunya adalah dengan menunjukan sikap positif kepada orang-orang yang memiliki worldview yang sama dan sikap negatif kepada yang sebaliknya. Hal ini dinamakan in-group bias, adalah kecenderungan untuk lebih menyukai dan mendukung kelompok sendiri daripada kelompok lain. In-group bias bisa menyebabkan sebuah deskriminasi, prasangka, hingga konflik antar kelompok.

Prestasi, kreativitas, hubungan, agama dan uang adalah cara lain manusia untuk memperkuat worldview sekaligus meningkatkan self-esteem mereka. Hal ini dinamakan self-esteem striving, usaha untuk mencapai self-esteem yang tinggil. Tetapi hal ini juga dapat berdampak negatif dan positif tergantung tujuannya.

Selain dari sudut pandang agama, psikologi juga mempunyai sudut pandang tentang kematian. Dari sudut pandang psikologi, kematian adalah suatu fenomena yang mempengaruhi kehidupan dan mental manusia secara besar. Selain itu kematian juga dapat menjadi sebuah motivasi, tetapi juga dapat menjadi rasa ketakutan, tergantung bagaimana manusia memandangnya. Penting bagi manusia untuk memiliki pemahaman yang sehat tentang kematian, tujuan serta makna hidup ynag sesuai dengan nilai-nilai.

BACA JUGA:  Etos Kerja Islami: Kunci Sukses Membangun Lingkungan Kerja Ideal

Reaksi Manusia Menanggapi Kematian Menurut Psikologi

Faktor-faktor seperti usia, agama dan budaya serta pengalaman hidup menentukan reaksi manusia dalam memahami kematian. Ada beberpa tahapan psikologis yang sering dialami oleh orang yang menghadapi kematiannya sendiri maupun orang lain. Tahapan tersebut seperti penyangkalan, marah, tawar-menawar, depresi sampai penerimaan. Berikut penjelasan dari tahapan yang telah disebutkan,

1.) Penyangkalan. Mereka akan menolak kenyataan bahwa kematian akan datang dan mengambil nyawa mereka atau orang-orang yang mereka cintai. Mereka berharap kematian bisa dirubah dan dihindari.

2.) Marah. Mereka akan merasa frustasi, marah sampai merasa bersalah karena merasa tidak adil atau tidak berdaya. Mereka bisa saja menyalahkan diri sendiri, orang lain hingga parahnya Tuhan atas kematian yang terjadi.

3.) Tawar-menawar. Maksudnya adalah mereka yang menginginkan kematiannya ditangguhkan dengan cara berdo’a dan berjanji untuk berbuat baik.

4.) Depresi. Kematian adalah hal yang tidak dapat diubah dengan apapun dan oleh apapun. Maka dari itu orang yang tidak bisa mengelak kematian akan merasa sedih, putus asa serta harapan. Bahkan mereka bisa saja menarik diri dari dunia luar karena memikirkan sebuah kematian.

5.) Penerimaan. Ialah orang yang bisa menerima kematian adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari. Mereka juga adalah orang yang tenang dan bahagia, mereka sudah siap dengan kematian yang akan terjadi pada dirinya ataupun orang terdekat.

Dari sudut pandang Islam kematian adalah gerbang yang akan mengantarkan kita ke dimensi akhir yaitu akhirat. Dimana semua amal yang telah dikerjakan akan ditimbang untuk menentukan tempat dimana manusia akan melanjutkan hidup abadinya. Maka dari itu manusia harus berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan selama hidupnya di dunia, meminta ampunan sebanyak-banyak atas banyaknya dosa yang telah diperbuat, sesungguhnya Allah Maha Pengampun dan mengasihi hamba-hamba Nya.

Shafira Fathyah Hanan, Fauzia Irhamni
Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Prof.Dr.Hamka.

Ingin produk, bisnis atau agenda Anda diliput dan tayang di DepokPos? Silahkan kontak melalui email [email protected]

Pos terkait