DEPOKPOS – Pemerhati Remaja, Kak Wendy mengungkapkan ada tiga faktor kondisi remaja saat ini (generasi strawberry) generasi yang kreatif namum mudah rapuh atau hancur ketika mendapatkan tekanan sosial.
“Ada tiga faktor yang generasi strawberry ini mudah rapuh atau hancur ketika mendapatkan tekanan sosial,” terangnya dalam kegiatan Keputrian di SMK Informatika Utama, awal September ini di Depok.
Ia pun merincikan ketiganya yakni: Pertama, self diagnosis. “Self diagnosis adalah mendiagnosis diri sendiri tanpa bantuan ahli,” ujarnya di hadapan sekitar 90 siswi SMK Informatika Utama.
Kedua, sikap membanding-bandingkan diri dengan orang lain yang bergaya hidup flexing (membentuk citra yang berkelas) sehingga membuat dirinya insecure atau minder.
Ketiga, pola asuh orang tua yang kerap memanjakan anak dan memberi labeling pada anak. “Seperti ‘Kamu anak nakal!’ Akhirnya labeling itu menempel pada perilaku anak,” ungkapnya.
Plus Minus Generasi Strawberry
Selain itu, Kak Wendy pun menjelaskan ada poin plus dan minusnya terkait generasi strawberry ini. Poin plusnya mereka menyukai tantangan, tidak takut menyampaikan pendapat, mengikuti perkembangan zaman dan kreatif. Untuk mengikuti perkembangan zaman, tentu sangat mudah sekali bagi mereka saat ini karena bisa diakses di gadget masing masing. Informasi apa pun bisa mereka cari dengan mudah dan cepat.
“Sedangkan poin minusnya yaitu menjadikan mereka mager alias malas gerak. Mereka ingin sukses dengan cara instan. Dan mereka juga menjadikan healing sebagai solusi nomor satu ketika ada masalah, padahal sudah jelas healing itu lari dari masalah. Selain itu mereka juga kerap melakukan royal self reward yang membuat mereka boncos kehabisan uang,” bebernya.
Rumus Generasi agar Tidak Rapuh
Oleh karenanya menurut Kak Wendy, ada beberapa rumus agar generasi saat ini tidak menjadi generasi yang rapuh. “Pertama, masalah adalah bentuk kasih sayang Allah, sebagai ujian dan peringatan. Allah itu senang ketika hambanya berdoa dan memohon kepada Allah.”