DEPOKPOS – Implementasi pemberian subsidi motor listrik ternyata belum bisa dirasakan oleh para pengemudi ojek online (ojol). Mereka merasa program ini belum sepenuhnya tepat sasaran dan cenderung malah sulit untuk didapatkan oleh masyarakat yang sebenarnya paling membutuhkan subsidi motor listrik yaitu pengemudi ojol.
Salah satu yang dikeluhkan oleh para pengemudi ojol yang tertarik membeli motor listrik bersubsidi adalah tingginya biaya pembuatan STNK yang mencapai Rp 3-4 juta, jadi terasa beban bertambah berat yang akan dirasakan oleh mayoritas masyarakat bawah khususnya pengemudi ojol.
“Kita dari arus bawah yang menggunakan motor konvensional, susah untuk bersaing saat ini karena banyaknya driver dan harga bensin saat ini semakin mahal tapi akhirnya kita akan mencoba untuk mengganti ke motor listrik yang mana menurut pemerintah ada subsidinya,” kata Muhammad Anwar Rizal, Komunitas Ojek Online Wilayah Depok kepada media, Kamis (6/4/2023).
“Tapi prakteknya di lapangan ketika kita datang ke beberapa showroom seperti Volta, United, Selis, Tangkas, Polytron dan masih banyak brand motor listrik lainnya, biaya untuk bisa mendapatkan motor listrik tersebut, STNK nya saja mencapai antara 3-4 juta, subsidi dari mana yang seperti itu? Yang dibilang pemerintah bantu kita, bantunya di mana kalau untuk STNK nya saja sebesar itu dan kita harus bayar,” beber Rizal.
Selain pembuatan STNK yang mahal, syarat untuk mendapatkan subsidi motor listrik, kata Rizal cukup rumit bagi mereka yang mayoritas tinggal di hunian kontrakan petakan. Diketahui, salah satu persyaratan program subsidi motor listrik sebesar Rp 7 juta dan ini antara lain adalah penerima bansos, KIS, KUR, serta pemilik rumah dengan listrik 450 – 900 watt.
“Semua bantuan itu kita banyak yang belum dapat, jadi ini sebenarnya pemerintah mau bantu kita atau mau membunuh kita secara perlahan,” keluh Rizal seraya diamini oleh rekan-rekannya sesame pengemudi ojek online di Depok.
“Saya ke salah satu showroom di wilayah Sukmajaya, itu persyaratannya susah, ditambah biaya-biayanya membengkak. Jadi supaya saya dapat subsidi itu, kontrakan saya listriknya harus 450-900 watt, kan sudah tidak ada (di jabodetabek), listrik 450 dimana coba? Sementara kita yang ngontrak, listriknya tidak ada (450 watt), rata – rata sudah token 1300 watt,” imbuhnya.