Manajemen stres adalah suatu keterampilan yang memungkinkan seseorang untuk mengantisipasi, mencegah, mengelola, dan memulihkan diri dari stres yang dirasakan karena adanya ancaman dan ketidakmampuan dalam coping yang dilakukan, dimana hal ini membahas terkait kemampuan dalam menggunakan sumber daya manusia secara efektif untuk mengatasi gangguan atau kekacuan mental dan emosional yang muncul karena tanggapan/ respon.
Dalam melihat penyebab stres, otak terprogram dengan sistem alarm untuk melindungi diri, dimana ketika otak merasakan ancaman tubuh akan memberikan sinyal untuk melepaskan ledakan hormon. Setelah ancaman itu hilang, tubuh akan kembali kepada keadaan santai dan normal, namun terkadang alarm pada otak tidak tertutup dan pada akhirnya menyebabkan gangguan berupa stres.
Ibu hamil merupakan salah satu populasi yang sangat berisiko mengalami stres, dimana hal ini dapat disebabkan dari internal (kepribadian ibu dan perubahan hormonal) maupun eksternal (berasal dari orang lain). Stres psikologis yang dialami Ibu selama kehamilan disebabkan oleh berbagai macam faktor seperti masalah internal keluarga, perubahan hidup dan lingkungan tempat tinggal, kekhawatiran kesulitan ekonomi, kehamilan sekarang, dan beban pekerjaan.
Kesehatan psikososial Ibu saat hamil sangat menentukan kesehatannya saat persalinan, bayi baru lahir, dan masa nifas. Ibu yang mengalami stres saat kehamilan dapat berakibat pada janin yang dikandungnya, dimana janin akan mengalami keterhambatan perkembangan atau gangguan emosi saat lahir dan bisa meningkatkan risiko terjadinya kelahiran prematur.
Selain itu, hal lain yang berisiko terjadi jika ibu mengalami stres saat kehamilan adalah meningkatnya risiko alergi pada janin, risiko abortus (keguguran), dan melemahkan sistem kekebalan bayi. Pengelolaan stres oleh ibu selama masa kehamilan sangatlah penting. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam mengurangi tingkat stres selama kehamilan yaitu adanya dukungan suami, menghindari pekerjaan yang berisiko, melakukan yoga, dan mengikuti senam hamil.
Jika kita membahas permasalahan terkait stres, maka biasanya orang-orang sering mengaitkannya dengan kejadian mental illness. Mental illness itu sendiri adalah gangguan kesehatan yang sangat berdampak pada bagaimana seseorang merasakan, berfikir, bertingkah laku, dan berinteraksi dengan orang lain. Gangguan ini didiagnosis berdasarkan kriteria yang telah terstandarisasi. Mental illness terdiri dari berbagai jenis dan tingkat keparahan. Beberapa jenis yang umum terjadi diantaranya depresi, ketakutan (anxiety), skizofrenia, bipolar mood disorder, gangguan kepribadian, dan gangguan makan.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa begitu banyak dampak membahayakan yang ditimbulkan jika ibu mengalami stres selama masa kehamilan. Ibu hamil cenderung sulit tidur, mudah tersinggung, cemas yang berlebihan terhadap kehamilan, dan mudah lelah. Berdasarkan hal itu, dapat dilihat bahwa gejala-gejala yang dialami ibu tadi bisa dikategorikan menjadi permulaan dari mental illness yang dapat berujung pada tingkat keparahan lebih lanjut.
Disinilah pengelolaan stres pada ibu hamil lagi-lagi menjadi permasalahan yang patut digarisbawahi. Jika ibu hamil dapat mengelola stresnya dengan baik, maka akibat buruk dari stres dapat dihindari, terutama mental illness pada ibu yang juga berdampak buruk pada janin. Ibu yang dapat mengelola stres selama masa kehamilan akan memiliki mood yang baik, lebih produktif, dan sehat secara fisik. Hal ini tentu sangat mempengaruhi kesehatan ibu dan janin selama masa kehamilan.
Sebuah penelitian melaporkan bahwa 10% wanita hamil memenuhi syarat mengalami depresi mayor dan minor, dimana hal ini begitu mengkhawatirkan oleh karena berbagai dampak buruk yang ditimbulkan dari stres pada ibu hamil.
Di Indonesia, pemerintah telah mencanangkan program untuk ibu selama masa kehamilan yang biasa disebut dengan antenatal care yang termasuk dalam program KIA, yang merupakan program berupa pemeriksaan kehamilan yang dilakukan oleh dokter atau bidan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik dari ibu hamil. Dalam program ini, ibu mendapatkan pelayanan dan konseling terkait kehamilannya, salah satunya yaitu konseling untuk dukungan emosional selama masa kehamilan. Ibu hamil yang ingin mendapatkan pelayanan antenatal dapat menghubungi bidan atau dokter kandungan di fasilitas kesehatan terdekat.
Laila Mufita
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia