Mengenal Jenis-jenis Bullying pada Anak dan Pecegahannya

Menurut Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI, Bullying atau dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai penindasan/perundungan adalah segala bentuk penindasan atau kekerasan yang dilakukan dengan sengaja oleh satu orang atau sekelompok orang yang lebih kuat atau berkuasa terhadap orang lain dengan tujuan untuk menyakiti dan dilakukan secara terus menerus. Bullying merupakan salah satu bentuk perilaku kekerasan termasuk pemaksaan secara psikologis atau fisik yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dan ditunjukan kepada kepada seseorang atau sekelompok orang yang dianggap lemah (Zakiyah, E., Humaedi, S., Santoso, M., 2017).

Bullying dibagi menjadi 4 kategori yaitu bullying secara verbal, sosial, fisik, dan cyber bullying (intimidasi di dunia maya).

Bacaan Lainnya

Bullying secara verbal merupakan tindakan penindasan yang dilakukan dengan berkata atau dalam bentuk tulisan, contohnya, menggoda, memanggil nama dengan sebutan yang kasar, mengomentari perihal seskual yang tidak pantas, mengejek, serta melakukan ancaman yang membahayakan.

Bullying secara sosial, biasa disebut bullying relasional. Di dalamnya termasuk merusak nama baik atau hubungan. Sebagai contoh, meninggalkan seseorang secara sengaja, memberitahu anak lain untuk tidak berteman kepada seseorang, menyebarkan rumor yang tidak baik, dan mempermalukan seseorang di muka umum.

Bullying secara fisik yaitu menyakiti tubuh atau harta benda seseorang, meliputi memukul, menendang, dan menyubit, meludahi, menyandung atau mendorong, mengambil atau merusak barang, dan melakukan gerakan tangan yang kasar.

Cyber bullying merupakan tindakan bullying yang dilakukan secara online, dapat berupa pesan teks ataupun secara lisan dan dapat pula berupa ancaman kekerasan dalam bentuk gambar, video, ataupun audio. Bullying yang saat ini dominan terjadi adalah cyber bullying.

Terjadinya bullying pada anak lebih banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal. Sekolah merupakan tempat utama anak menghabiskan sebagian waktunya dalam bersosialisasi. Perlakuan dari teman sebaya ataupun guru yang dirasa tidak menyenangkan dapat meningkatkan ketidaknyamanan anak untuk bersekolah sehingga anak akan memiliki rasa malas untuk bergaul atau bahkan malas pergi ke sekolah.

Selanjutnya, keluarga merupakan lingkungan pertama yang akan ditemui anak sekaligus tempat anak memperoleh pelajaran sejak dini. Keluarga berperan mempengaruhi terjadinya bullying, keluarga yang tidak harmonis dan sering terjadi pertengkaran serta tindakan yang tidak sepatutnya dilihat oleh anak dapat membuat anak menirukannya pada teman sebaya atau membuat anak trauma.

Bullying yang terjadi pada anak memiliki dampak yang sangat beragam, tidak hanya dampak dalam bentuk fisik yang dapat terlihat, namun juga bisa berdampak pada kesehatan mental seorang anak. Luka secara fisik, depresi, rasa cemas yang tak kunjung hilang, malas untuk berinteraksi atau bersekolah yang berdampak lebih lanjut pada penurunan prestasi belajar anak merupakan sebagian dari banyak dampak yang ditimbulkan akibat bullying. Tak jarang pula, seorang anak yang menerima bullying secara terus-menerus akan mengalami dampak yang dapat berlanjut hingga dewasa. Tidak ada dukungan dari orang terdekat seperti, keluarga dan teman dapat memperburuk kondisi mental anak sehingga memunculkan pikiran bahwa mengakhiri hidup adalah jalan terakhir yang dipilih untuk menyelesaikan masalah. Padahal seharusnya, bullying merupakan sesuatu yang dapat dicegah untuk tidak terjadi.

Pencegahan bullying pada anak dapat dimulai dari diri anak tersebut serta lingkungan terdekatnya. Pemahaman bahwa bullying merupakan suatu hal yang tidak patut terjadi perlu diterapkan sedini mungkin kepada anak-anak. Pemahaman ini dapat membuat anak lebih menghormati, menghargai, serta menyayangi teman-temannya sehingga tindakan bullying dapat diminimalisasi.

Selanjutnya, peran keluarga dalam pencegahan bullying dapat dilakukan dengan memperkuat keharmonisan keluarga dan penguatan pola asuh, diantarnya mencontohkan perilaku yang terpuji, pembelajaran etika dan cinta kasih terhadap sesama, membangun rasa percaya diri dan keberanian anak dalam bersosialiasi serta melakukan pendampingan terhadap berbagai kegiatan anak.

Lingkungan yang juga berperan serta dalam pencegahan bullying adalah sekolah. Desain sekolah anti-bully diperlukan agar anak merasa nyaman dalam melakukan kegiatan belajar maupun sosialiasi dalam lingkungan sekolah. Pencegahan bullying di sekolah juga dapat diperkuat dengan penerapan sanksi bagi pelaku bullying yang dapat membuat anak enggan atau jera untuk melakukan bullying.

*Fajar Nurul Fadhilla, mahasiswa FKM UI.

Ingin produk, bisnis atau agenda Anda diliput dan tayang di DepokPos? Silahkan kontak melalui WhatsApp di 081281731818

Pos terkait