Pesona Budaya Mengaji yang Mulai Memudar

Ilustrasi. (ist)
Ilustrasi. (ist)

Hati terasa damai, sejuk, dan tenang. Itulah yang kita rasakan saat mendengar lantunan ayat suci Alquran. Namun, pesona lantunan indah tersebut saat ini mulai pudar terdengar saat selepas salat Magrib. Ke manakah para generasi baru yang akan melantunkan ayat suci Alquran?

Masih teringat masa kecilku dulu, suasana di perumahan yang ramai dengan suara-suara mengaji selesai salat Magrib. Anak-anak berbondong-bondong pergi ke Masjid dengan membawa Iqro dan Alquran. Ceria, tawa, dan penuh suka cita, itulah ekspresi yang terlihat saat anak seusiaku berjalan menuju Masjid untuk belajar mengaji.

Bacaan Lainnya

Begitu selesai salat Magrib, kami mulai mengaji di Masjid. Alunan huruf-huruf Hijaiyah yang kami lantunkan dengan bersamaan membuat hati terasa tenang dan sejuk. Tak hanya itu, Selawat Nabi pun sering kami lantunkan untuk mengenang dan menghargai perjuangan Nabi Muhammad saw dalam memperjuangkan Islam.

Budaya Magrib Mengaji, ialah istilah yang sangat dikenal dan sampai saat ini masih melekat di hati dan pikiran masyarakat Indonesia. Bukan hanya desa terpencil saja, kota yang penuh dengan hingar-bingar ini semuanya tahu tentang istilah tersebut.

Namun, Budaya Magrib Mengaji pun kini pesonanya mulai memudar. Akibat perubahan pola hidup, arus globalisasi dan teknologi pun menyebabkan anak tidak terfokus dengan budaya mengaji.

Berbeda dengan keadaan saat ini, selesai salat Magrib, anak-anak seusiaku lebih memilih untuk berdiam di depan televisi menyaksikan tontonan sinetron yang dapat merusak nilai moralnya. Bukan hanya televisi saja, gadget, play station, dan warnet pun menjadi sasaran utama pada anak-anak.

“Kalau dulu kan zamannya masih belum banyak teknologi secanggih saat ini, jadi anak juga masih dapat dibimbing secara dalam oleh orang tuanya. Tetapi kalau untuk saat ini, anak sudah banyak mengenal apalagi salah menggunakan teknologi yang canggih sekarang,” ujar Tupah S.Ag. M.Si, sebagai Guru Agama Islam di SD Negeri Wanajaya 05, Bekasi.

Bimbingan orang tua dalam memberikan pelajaran tentang agama pun perlu dipertegas dan lebih disiplin. Sebab, kemajuan teknologi membuat banyak anak saat ini yang sudah tersesat arah dan sama sekali enggan untuk belajar mengaji.

“Cara yang paling mudah untuk orang tua agar anak mau ikut mengaji setelah salat Magrib, yaitu dengan cara kita sebagai orang tua wajib memberikan cerita-cerita tentang Nabi, cerita tentang hewan yang memiliki perilaku buruk maupun baik, cerita tentang kehidupan di dunia itu tidak selamanya,” lanjut Tupah.

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-Alaq: 1-5).

Dengan membaca, kita dapat mengetahui hal yang sebelumnya tidak pernah tahu akan menjadi tahu serta membuka gerbang ilmu pengetahuan. Tetapi, dalam hal membaca Alquran hendaklah lebih diutamakan atau diproritaskan. Sebab dalam membaca Alquran, manusia akan mendapatkan kebahagiaan dunia dan kebahagiaan akhirat.

Feny Sasmitha
Mahasiswi Politeknik Negeri Jakarta

Ingin produk, bisnis atau agenda Anda diliput dan tayang di DepokPos? Silahkan kontak melalui email [email protected]

Pos terkait