Pasarnya Orang Batak di Ibu Kota

Salah seorang pedagang di Pasar Senen, Jakarta. (foto Adelina)
Salah seorang pedagang di Pasar Senen, Jakarta. (foto Adeline)

JAKARTA – Sungguh menarik berbelanja di pasar tradisional yang membuat kita seakan-akan berada di kawasan Tano Batak.Bagaimana tidak, di Pasar Inpres Senen hampir seluruh pedagangnya merupakan warga Batak. Jenis dagangannya pun identik dengan barang khas Batak, seperti teri dan ikan asin Medan.

Bagi warga Ibu Kota pasti sudah tidak asing mendengar Pasar Inpres Senen yang beralamat di Jl. St. Senen, Senen, Kota Jakarta Pusat. Pasar yang dibuka oleh Yustinus Vinck pada tahun 1733, salah satu tokoh juga yang membuka Pasar Tanah Abang. Pada zaman kemerdekaan ditahun 1975 menjadi pusat perdagangan terkemuka di Jakarta.Pasar Inpres Senen merupakan surga barang dan makanan khas Medan Sumatra Utara.

Saat memasuki kawasan pasar ini memang cukup membuat kita berada di Tano Batak. Barang dagangan khas Batak dan penjual yang didominasi oleh warga suku Batak hingga otomatis mayoritas pembeli pun warga suku Batak walaupun ada penjual dan pembeli yang bersuku lain.

Logat Batak mendominasi suara orang berbincang. Lagu yang terdengar saat kita berkeliling di pasar ini juga lagu Batak.Jangan heran, kalau para pedagang akan memanggil dengan suara yang cukup keras dengan logat asli Batak dan pedagang tersebut akan memanggil calon pembeli wanita dengan sebutan dalam bahasa Batak: Inang, Ito, dan Namboru.

Kondisi pasar yang sumpek saat musim panas, becek saat musim hujan, dan kondisi bangunan kios masih sangat tradisional ini menjual berbagai dagangan barang khas Batak seperti kain ulos, songket, tandok, bumbu-bumbu khas Medan, termaksud ikan teri, ikan asin Medan, dan oleh-oleh khas Medan lainnya. “Walaupun kondisi pasarnya seperti ini, tapi disini ikannya asli dan harganya lebih murah” ujar Dessy pembeli di Pasar Inpres Senen.

Saat pertama masuk ke dalam pasar terlihat ada penjual kain dan tas sedangkan semakin ke dalam akan menemukan penjual yang menawarkan beragam oleh-oleh khas Medan, bumbu medan, ikan asin, dan ikan teri.

Pada saat memasuki lebih dalam Pasar Inpres Senen akan semakin tercium bau-bau ikan yang sedikit menyengat dicampur dengan wewangian bumbu-bumbu dapur khas Medan. Memang saat akan semakin berjalan kebelakang pasar, kita akan melihat tumpukan-tumpukan ikan teri dan ikan asin di kios-kios dagangan. “Ikan teri dan ikan asin yang dijual di pasar ini didatangkan langsung dari Medan” ujar Bapak Simanjuntak yang sudah berdagang mulai tahun 1998.

Pada salah satu toko yang ada di blok VI Pasar Inpres Senen ini menjual kurang lebih 17 jenis ikan dengan harga yang berbeda-beda pula. Kios ini juga menjual sirup markisa, kopi, teh, dan bumbu-bumbu khas Medan dan kios ini buka pada pukul 7 pagi sampai 5 sore, setiap harinya dengan pendapatan hasil penjualannya sekitar 10juta sampai 12juta rupiah perhari. “Untuk yang paling sering dicari pembeli ada teri jengki, teri sampah dan teri nasi sedangkan untuk ikan asin ada pakang, kelotok, selar, selar belah, mayong, dan tamban” ujar Bapak Simanjuntak.

Pasar Inpres Senen tidak luput dari pembicaraan dikhalangan masyarakat mengenai adanya tindak kejahatan yaitu copet. Di pasar ini pengunjung harus berhati-hati dalam berbelanja dengan memperhatikan keadaan yang ada di sekitar dan menjaga barang bawaan saat berbelanja karena minimnya fasilitas seperti tidak adanya cctv dan sedikitnya petugas keamanan yang akan ditemui di dalam pasar.

Kondisi tersebut membuat Pasar Inpres Senen memerlukan perhatian Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam bertindak mengelolah pasar tersebut lebih baik lagi agar kegiatan jual beli di pasar tersebut terasa lebih aman dan nyaman. Terlebih Pasar Inpres Senen adalah salah satu pasar terkenal di Ibu Kota.

Adeline Hermina Felicia

Ingin produk, bisnis atau agenda Anda diliput dan tayang di DepokPos? Silahkan kontak melalui email [email protected]

Pos terkait