Salah satu institusi pendidikan yang menawarkan pendekatan tersebut adalah Pesantren Leadership Daarut Tarqiyah Primago di Depok
DEPOK — Minat masyarakat terhadap model pendidikan berbasis kepemimpinan dan penguatan nilai-nilai keagamaan di wilayah Jabodetabek, khususnya Depok, menunjukkan peningkatan dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini ditandai dengan berkembangnya lembaga-lembaga pendidikan alternatif, termasuk pesantren yang menggabungkan kurikulum agama dan umum.
Salah satu institusi pendidikan yang menawarkan pendekatan tersebut adalah Pesantren Leadership Daarut Tarqiyah Primago di Depok, Jawa Barat. Pesantren ini mengusung konsep pendidikan terpadu yang menekankan pada penguasaan Al-Qur’an, kepemimpinan, dan keterampilan bahasa asing.
Pesantren tersebut didirikan oleh alumni Pondok Modern Darussalam Gontor dan memadukan tiga kurikulum: Gontor, Al-Azhar Cairo, dan Kurikulum Nasional (Diknas). Pesantren ini memiliki dua kampus terpisah untuk santri putra dan putri, masing-masing di wilayah Limo dan Cilodong, Kota Depok.
Menurut Dr. Awaluddin Faj, M.Pd,, pimpinan pesantren, kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan yang tidak hanya berfokus pada aspek akademik, tetapi juga pembentukan karakter dan kepemimpinan, kian meningkat pascapandemi.
“Kami melihat banyak orang tua ingin anaknya tumbuh tidak hanya cerdas secara intelektual, tapi juga kuat secara spiritual dan sosial,” ujarnya saat ditemui di Depok.
Program pendidikan di pesantren ini mencakup jenjang setara SD, SMP, dan SMA. Setiap jenjang memiliki target hafalan Al-Qur’an tertentu serta porsi kurikulum pengembangan karakter, teknologi, dan penguasaan bahasa. Bahasa asing yang diajarkan tidak terbatas pada Arab dan Inggris, tetapi juga mencakup bahasa Jerman di jenjang SMA.
Pesantren ini juga menyediakan kegiatan ekstrakurikuler seperti robotik, jurnalistik, public speaking, seni teater, olahraga, dan program keputrian untuk mendukung pembentukan karakter serta potensi siswa.
Fenomena serupa juga terlihat di sejumlah wilayah pinggiran Jakarta lainnya seperti Bogor dan Bekasi, di mana pesantren-pesantren modern kini banyak bertransformasi menjadi institusi pendidikan yang tak hanya fokus pada agama, namun juga adaptif terhadap kebutuhan zaman.
Peningkatan minat terhadap pendidikan alternatif ini menandakan adanya perubahan preferensi orang tua dalam memilih model pendidikan bagi anak, terutama yang mengutamakan keseimbangan antara nilai-nilai agama dan kompetensi abad 21.