Buruknya Masa Depan Petani

Buruknya Masa Depan Petani

Oleh: Cutiyanti, Anggota Komunitas Muslimah Menulis (KMM) Depok

Petani memiliki peran penting bagi negara dalam memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Selain itu, petani juga berkontribusi dalam kesejahteraan sosial dan menjaga keseimbangan ekosistem dan keragaman hayati. Di sisi lain juga bisa mengurangi ketergantungan Indonesia pada impor beras. Kendati demikian, nasib petani Indonesia saat ini terbilang sulit dengan pendapatan jauh di bawah garis kemiskinan. Petani sekarang diselimuti berbagai macam kendala yang dihadapi, seperti susahnya mengakses lahan, permodalan terbatas serta terancam gagal panen akibat perubahan cuaca.

Bacaan Lainnya

Selama satu dekade pemerintahan Presiden Jokowi, petani merasa nasibnya tidak membaik, persoalan laten seperti pupuk langka dan mahal, kualitas benih, akses ketersediayan lahan dan air hingga penyuluhan yang minim dan partisipasi petani bahkan makin memburuk.

Hal itu terlihat dari survei persepsi petani Indonesia secara daring terhadap 304 petani pangan di 24 provinsi dilakukan pada 10-20 September 2024 dan diskusi terfokus dengan perempuan tani di berbagai daerah yang dilakukan Tani dan Nelayan Center IPB University, koalisi rakyat untuk kedaulatan (KRKB), LaporIklim, dan Gerakan Tani Nusantara (GNP) untuk menyambut hari tani pada 2024. Menurut Hana Syakira, peneliti LaporIklim, survei ini terutama melihat dua aspek yaitu persepsi petani terhadap empat pilar kedaulatan pangan, meliputi akses sumber terhadap produksi pangan berkelanjutan dan perdagangan yang adil (Kompas.Bogor, 26/9/2024).

BACA JUGA:  Menakar Keberhasilan Program Makan Bergizi Gratis di Depok: Tantangan dan Tolak Ukur Keberhasilan

Itulah yang terjadi kepada para petani. Olah karena itu, kondisi para petani yang susah dan buruk membuat generasi muda berpikir ulang bahkan enggan menjadi petani. Selain tidak adanya masa depan yang menjanjikan, profesi bertani sekarang sungguh tidak bisa dijadikan sumber penghasilan yang bisa mencukupi kebutuhan hidup. Bagaimana tidak, dari awal menanam sampai panen para petani hanya mengeluhkan kerugian yang signifikan tanpa adanya bantuan atau pun peran dari negara untuk bisa menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi petani. Nasib para petani ibarat buah simalakama yang amat menyedihkan.

Nasib petani sekarang dihadapkan dengan kesukaran dan probemaika pertanian dari lahan, bibit, pupuk, sampai harga jual hasil panen semua sudah ada yang mengendalikan. Kerugian dari hari ke hari yang dirasakan membuat para petani sekarang menyerah untuk bertani dengan alasan modal yang tidak cukup. Sehingga saat ini banyak petani yang hanya menyewakan lahan mereka kepada pihak swasta, dan petani nasibnya hanya menjadi buruh tani.

BACA JUGA:  Rakyat Kembali Resah, Premanisme Semakin Berulah, Dimanakah Rasa Aman?

Saat pertanian dikelola swasta dengan modal yang besar dan teknologi yang maju sehingga bisa menghasilkan produktivitas yang unggul dengan harga yang tinggi para petani tidak berdaya menerima nasib hanya sebagai buruh di lahan sendiri. Ini terjadi karena abainya negara pada petani yang hanya mementingkan segelintir orang untuk bisa mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya tanpa mempedulikan nasib rakyatnya sendiri hidup dalam kesengsaraan. Inilah buah dari sistem kapitalis yang mengakar di negeri kita ini.

Namun, berbeda dengan sistem Islam, pemimpin sebagai raa’in yang berarti harus mengurus dan memelihara rakyatnya bukan membiarkan dalam kesengsaraan tanpa adanya Solusi. Yang dihadirkan dalam sistem Islam, terjaminnya nasib petani, yakni mulai dari lahan pertanian yang disediakan negara secara gratis dan dibantu dengan segala kebutuhan untuk pertanian seperti dibantu untuk masalah sarana, pengairan, disediakan pupuk dengan akses yang mudah, adanya penyuluhan untuk setiap jenis pertanian sehingga meminimalisir gagal panen. Di tambah pula disediakan teknologi yang memadai untuk menunjang pertanian yang maju dan diberikan hak yang adil dengan memberi harga sesuai dengan kebutuhan hidup.

BACA JUGA:  Paradoks Proteksi : Menimbang Ulang Hambatan Perdagangan

Dalam sistem Islam, negara mengatur semua yang dibutuhkan oleh petani sehingga dapat memberi solusi yang adil pada setiap ranah persoalan yang dihadapi mereka. Sehingga para petani pun bisa hidup sejahtera dan terjamin keadilan bagi semua rakyat, termasuk petani. Dan yang tidak kalah penting, pertahanan pangan dalam negeri tidak akan bergantung pada impor, tapi memaksimalkan kerja para petani di dalam negeri.

Oleh karena itu, sistem Islam menyediakan solusi dalam setiap persoalan, termasuk masalah para petani. Pasalnya pemimpin dalam sistem Islam bukan hanya pintar dan cakap dalam bidangnya namun memenuhi syarat sesuai syariat Islam karena semuanya akan dimintai pertanggungjawaban dari Allah SWT ketika ia memimpin. Maka, semua kebijakannya tentunya sesuai dengan yang diperintahkan dan yang dilarang Allah SWT.[]

Ingin produk, bisnis atau agenda Anda diliput dan tayang di DepokPos? Silahkan kontak melalui email [email protected]

Pos terkait