DEPOKPOS – Dalam arti lain, karena berasal dari dua kata, yakni “psikologi” yang mempelajari ilmu tentang kejiwaan dan “komunikasi” yang mempelajari bagaimana cara kita untuk berinteraksi, maka psikologi komunikasi diartikan sebagai proses untuk mengenali karakter serta sikap dari komunikan atau lawan bicara, tanpa mengabaikan aspek kejiwaan.
Trauma pada umumnya merupakan tekanan emosional dan psikologis akibat kejadian atau peristiwa yang tidak menyenangkan, serta pengalaman yang berkaitan dengan kekerasan, yang menimbulkan stres yang berlebihan. Trauma dalam bahasa Latin memiliki arti “luka,” yang menggambarkan suatu peristiwa (Irwanto dan Kumala, 2020). Sementara itu, dalam konteks psikologi, trauma didefinisikan sebagai “suatu kejadian luar biasa yang bersifat mengancam fisik dan harga diri individu serta dianggap dapat menyebabkan kematian, sehingga menimbulkan rasa takut yang luar biasa, rasa tidak aman, dan rasa.
Trauma pada masa kecil merupakan suatu pengalaman yang dinilai kurang baik atau buruk bagi anak-anak yang mengalaminya. Pengalaman buruk yang mereka alami cenderung serius, sehingga memungkinkan untuk berdampak pada masa remaja maupun dewasa. Irwanto dan Kumala (2020) menyebutkan bahwa, pada anak-anak, perilaku yang terbentuk karena pengalaman traumatis dapat mengakar dan tertanam dalam perkembangan kepribadian mereka. Beberapa aspek dalam kehidupan remaja akibat trauma masa kecil di antaranya mengalami kendala seperti hubungan sosial (keluarga maupun pertemanan) maupun akademik.
Menurut WHO kekerasan terhadap anak adalah suatu tindakan penganiayaan atau perlakuan salah pada anak dalam bentuk menyakiti fisik, emosional, seksual, melalaikan pengasuhan dan eksploitasi untuk kepentingan komersial yang secara nyata atau pun tidak dapat membahayakan kesehatan, kelangsungan hidup, martabat atau perkembangannya.
Kekerasan fisik adalah ketika anak-anak disiksa secara fisik, dan terdapat cedera yang terlihat pada tubuh anak akibat kekerasan tersebut. Kekerasan fisik terhadap anak dapat berupa penyiksaan, pemukulan, dan penganiayaan, dengan atau tanpa menggunakan benda tertentu, yang menimbulkan luka fisik atau kematian pada anak. Kekerasan fisik dapat berbentuk luka, lecet, atau memar akibat persentuhan atau kekerasan benda tumpul, seperti bekas gigitan, cubitan, ikat pinggang, atau rotan. Selain itu, kekerasan fisik juga dapat berupa luka bakar akibat bensin panas atau luka berpola akibat sundutan rokok atau setrika.
Faktor yang mengakibatkan kekerasan fisik pada anak.
Untuk faktor yang pertama yaitu lingkungan keluarga dimana terdapat kekerasan antar pasangan atau pola asuh yang keras dapat meningkatkan resiko melakukan kekerasan fisik. Kedua yaitu stress dan kemiskinan, dengan adanya tekanan ekonomi, masalah pekerjaan, atau kondisi hidup yang sulit dapat menyebabkan frustasi dan perilaku agresif. Ketiga yaitu riwayat kekerasan, biasanya orang tua atau pengasuh yang pernah mengalami atau menyaksikan kekerasan pada saat kecil kemungkinan akan meneruskan pola tersebut. Keempat yaitu kurangnya Pendidikan tentang pengasuhan, dengan pengetahuan yang terbatas tentang disiplin positif dan cara mengelola emosi dapat menyebabkan kekerasan sebagai bentuk disiplin. Kelima yaitu factor sosial budaya, dengan adanya norma budaya yang membenarkan kekerasan dan menganggap sebagai metode disiplin dapat berkontribusi pada kekerasan fisik. Keenam yaitu pengaruh media, dengan adanya paparan terhadap kekerasan dalam media seperti film atau video game dapat mempengaruhi sikap dan perilaku anak dan orang dewasa. Ketuju yaitu masalah kesehatan, mental orang tua atau pengasuh yang mengalami masalah kesehatan mental mungkin tidak mampu memberikan pengasuhan yang baik.
Akibat kekerasan fisik pada anak
Melakukan kekerasan fisik pada anak mengakibatkan beberapa masalah pada anak. Beberapa akibatnya yaitu yang pertama trauma fisik, cedera yang dapat menyebabkan rasa sakit, cacat, atau bahkan kematian. Kedua yaitu masalah kesehatan mental, biasanya anak akan mengalami gangguan kecemasan, depresi, atau PTSD (Post-Traumatic Stres Disorder). Ketiga yaitu rendahnya harga diri, biasanya anak yang mengalami kekerasan sering merasa tidak berharga dan mengalami kesulitan dalam membangun kepercayaan diri. Keempat yaitu kesulitan sosial, mereka mungkin kesulitan dalam menjalin hubungan sosial, berinteraksi dengan teman, atau mengandalkan orang lain. Kelima yaitu prestasi akademik yang buruk, dampak emosional dan mental dapat mengganggu konsentrasi dan motivasi belajar. Keenam yaitu perilaku agresif, anak yang mengalami kekerasan kemungkinan akan meniru perilaku tersebut dan beresiko melakukan kekerasan pada orang lain. Ketujuh yaitu risiko kekerasan di masa depan dimana memungkinkan mereka menjadi perilaku atau korban kekerasan dikemudian hari.
Cara Pencegahan Kekerasan pada Anak.
Sekarang terdapat banyak sekali orang tua yang melakukan kekerasan pada anak dan mengakibat masalah yang serius pada anak. Untuk memberhentikan masalah ini orang tua perlu tau beberapa cara untuk mencegah kekerasan pada anak, yaitu memahami tumbuh kembang anak, menjadi pendengan yang baik, membangun komunikasi dua arah, memperhatikan keluhan anak, membantu kesulitan anak, menyediakan waktu yang berkualitas untuk anak, jangan mudah panik ketika anak rewel atau melawan, memberikan pujian kepada anak jika berprilaku baik, tidak menghakimi anak terutama pada saat di depan orang banyak, tidak memberikan julukan negative, dan tidak membanding-bandingkan anak.
Kesimpulan
Kekerasan fisik terhadap anak adalah masalah serius yang dapat mengakibatkan cedera fisik dan dampak psikologis yang mendalam. Anak yang mengalami kekerasan sering menghadapi masalah kesehatan mental, rendahnya harga diri, dan kesulitan dalam menjalin hubungan sosial. Faktor penyebabnya meliputi lingkungan keluarga yang penuh tekanan, kemiskinan, riwayat kekerasan dalam keluarga, kurangnya pengetahuan tentang pengasuhan yang baik, serta pengaruh media. Untuk mencegah kekerasan ini, penting untuk memberikan pendidikan kepada orang tua, menawarkan dukungan emosional, dan menciptakan norma sosial yang melindungi anak. Kesimpulannya, mencegah kekerasan fisik pada anak memerlukan upaya kolektif dari individu, keluarga, dan masyarakat agar anak dapat tumbuh dalam lingkungan yang aman dan mendukung.
Ferlinda Trysca Lucky Aprilia
Mahasiswa komunikasi terapan UNS