DEPOKPOS – Pernahkah Anda merasa haus ketika sedang bepergian? Sudah berapa banyakkah uang yang Anda keluarkan untuk membeli minuman berasa—atau bahkan sekedar air putih demi meredakan dahaga Anda disaat tidak membawa air minum?
Di Indonesia, akses terhadap air minum bersih masih berbayar. Mau tak mau, kita harus merogoh kocek yang kian hari semakin terasa tidak sedikit untuk mendapatkan air minum. Belum lagi, banyak pedagang minuman yang memanfaatkan kondisi ini untuk mendapatkan untung lebih. Harga minuman di tempat umum bisa naik dua kali lipat dari harga aslinya.
Mungkin beberapa dari kita akan memilih untuk menahan rasa haus tersebut hingga sampai di rumah demi menghemat pengeluaran. Padahal, air minum merupakan kebutuhan yang harus sesegera mungkin dipenuhi agar tubuh tidak mengalami dehidrasi. Kondisi ini tidak akan Anda rasakan ketika anda sedang berada di kota Roma, Italia. Di kota tua yang penuh dengan sejarah ini, terdapat lebih dari 2.500 titik air minum gratis yang tersebar di seluruh penjuru kota.
Kota Roma adalah salah satu kota tertua di dunia yang telah berdiri sejak abad ke-8 SM. Kota ini dibangun di atas tujuh bukit dan dikelilingi oleh Sungai Tiber. Pada awalnya, warga kota Roma mengandalkan air sungai dan air hujan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka.
Namun, seiring dengan pertumbuhan kota dan penduduk, kebutuhan akan air bersih juga pasti semakin meningkat. Sehingga pada abad ke-3 SM, pemerintah dan kekaisaran Roma mulai membangun sistem saluran air untuk mendistribusikan air dari mata air pegunungan menuju kota. Sistem saluran air ini dikenal dengan nama aqueduct.
Aqueduct ini berbentuk lengkungan-lengkungan dengan menggunakan mortar dan batu bata. Aqueduct ini memiliki tinggi yang bervariasi, mulai dari beberapa meter hingga puluhan meter. Aqueduct ini memiliki panjang lebih dari lima ratus kilometer. Lebih kerennya lagi, orang-orang Roma sudah menerapkan ilmu fisika dalam membuat dan menyusun kota mereka. Mereka menggunakan gravitasi untuk mengalirkan air, sehingga tidak membutuhkan energi listrik. Hasil teknologi tersebut sangat berguna hingga saat ini, karena ramah lingkungan dan dapat menekan biaya yang harus dikeluarkan untuk listrik dan pompa.
Salah satu aqueduct yang paling terkenal di kota ini ialah aqueduct Aqua Marcia. Aqueduct ini dibangun pada abad ke-1 SM dan memiliki panjang lebih dari 91 kilometer. Aqueduct Aqua Marcia membawa air dari pegunungan di Pegunungan Aniene ke kota Roma.
Aqueduct mengalirkan ke berbagai tempat di kota di seluruh penjuru kota Roma, termasuk:
Nasone, yang merupakan bangunan kecil yang berfungsi sebagai dispenser air minum. Orang-orang dapat dengan mudah menemukannya di pinggir-pinggir jalan kota. Air yang mengalir dari nasone dapat diakses oleh semua orang secara gratis dan tidak dibatasi.
Bentuknya bermacam-macam, dan ada beberapa yang sudah dimodifikasi dari bentuk lamanya. Nama keran tersebut berasal dari bentuk kerannya yang terlihat seperti hidung besar.
Air tersebut telah melewati proses penyaringan dan desinfeksi sehingga aman untuk diminum tanpa proses pemasakan. Cara kerja nasone adalah adalah sebagai berikut:
Air dialirkan ke dalam pipa-pipa bawah tanah.
Pipa-pipa tersebut akan membawa air ke nasone-nasone yang tersebar di seluruh kota Roma.
Air akan mengalir keluar dari nasone melalui keran-keran yang telah disediakan.
Trevi fountain atau Taman Air Trevi, adalah salah satu ikon kota yang merupakan air mancur terbesar dan paling terkenal di dunia. Air mancur ini mengalirkan air sebanyak 85.000 liter per menit.
Taman Air Trevi dibangun pada abad ke-18 atas perintah Paus Clemens XII. Air mancur ini didedikasikan kepada Dewi Neptunus, dewa laut dalam mitologi Romawi.
Air mancur ini memiliki tinggi 26 meter dan lebar 20 meter. Terdiri atas tiga bagian utama, yaitu bagian tengah, bagian bawah, dan bagian atas. Bagian tengah air mancur ini menggambarkan Dewi Neptunus yang sedang mengendarai kereta kuda yang ditarik oleh empat kuda laut. Bagian bawah air mancur ini menggambarkan dua malaikat yang memegang kemudi kereta kuda. Bagian atas air mancur ini menggambarkan dua triton yang sedang meniup kerang.
Salah satu hal yang membuat Taman Air Trevi begitu populer adalah tradisi melemparkan koin ke air mancur.
Konon, jika seseorang melemparkan koin ke air mancur, maka dia akan kembali ke Roma suatu hari nanti. Tradisi ini sudah berlangsung berabad-abad dan telah menghasilkan banyak uang. Setiap tahun, sekitar 3.000 euro dilemparkan ke air mancur ini. Uang yang terkumpul digunakan untuk membantu orang-orang miskin dan tunawisma di Roma.
Koliseum: Koloseum adalah sebuah amfiteater besar yang dibangun oleh bangsa Romawi. Air dari aqueduct Roma digunakan untuk mengisi kolam di bawah Koloseum.
Pantheon: Pantheon adalah sebuah kuil Romawi yang dibangun pada abad ke-2 Masehi. Air dari aqueduct Roma digunakan untuk mengisi kolam di bawah Pantheon.
Sistem air di kota Roma telah menunjukkan bahwa investasi dalam infrastruktur air bersih merupakan investasi yang berharga dan dapat memberikan manfaat jangka panjang, yaitu akses gratis terhadap air minum bersih dapat diakses untuk semua orang yang telah terbukti efektif dalam menggerakan kehidupan warga Roma.
Mungkin pemerintah Indonesia perlu mencontoh sistem air di kota roma tersebut. Untuk mewujudkan sistem tersebut secara merata di Indonesia, diperlukan kerja sama dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, swasta, dan masyarakat. Pemerintah perlu berinvestasi dalam infrastruktur air bersih, swasta dapat berperan dalam penyediaan air minum bersih, dan masyarakat perlu meningkatkan kesadaran akan pentingnya air minum bersih dan menjaga infrastruktur yang tersedia serta menggunakannya dengan bijak.
Dengan belajar dari sistem air di Roma, diharapkan pemerintah Indonesia dapat meningkatkan akses terhadap air minum bersih bagi masyarakat. Hal ini tentu akan memberikan manfaat bagi masyarakat, baik dari segi kesehatan maupun ekonomi.
Nadia Aulia Ramadhani, SMAN 15 Kota Bekasi