DEPOKPOS – Sekalipun R. A. Kartini (21 April 1879 – 17 September 1904) sudah lama memperjuangkan kedudukan kaumnya, namun hingga sekarang masih bisa terlihat ketidakmerataan pendidikan yang dialami sebagian perempuan. Ketua Program Studi Kajian Gender Universitas Indonesia (UI), Mia Siscawati, Ph.D., menyebut banyak faktor yang menyebabkan tidak meratanya pendidikan di Indonesia, di antaranya adalah faktor ekonomi dan sosial.
Kondisi ekonomi sering kali memaksa anak untuk berhenti sekolah dan membantu keluarganya mencari uang. Ditinjau dari segi sosial, tidak sedikit keluarga yang mendukung anak laki-lakinya untuk bersekolah lebih tinggi daripada anak perempuan. Menurut Mia, adanya stereotipe bahwa anak perempuan tidak harus bersekolah, karena kodratnya menjadi istri dan ibu, merupakan salah satu faktor kesenjangan pendidikan antara laki-laki dan perempuan.
Kondisi ini masih menunjukkan adanya kesenjangan gender di dunia pendidikan. “Gender merujuk pada konstruksi sosial yang mengatur perempuan harus bagaimana dan laki-laki harus bagaimana. Adanya konstruksi sosial ini menjadi masalah dari masa ke masa. Bahkan, ketika perempuan dan laki-laki sudah berada dalam suatu institusi pendidikan yang sama, diskriminasi gender yang disengaja maupun tidak masih banyak terjadi,” ujar Mia.
Terkait masalah diskriminasi gender dalam dunia pendidikan, Mia membaginya menjadi tiga ranah, yaitu individual, kultural, dan struktural. Ketiganya saling berkelindan. Masalah struktural, misalnya, dapat dilihat dari belum terciptanya fasilitas pendidikan yang memadai dan mendukung perbedaan kebutuhan antara perempuan dengan laki-laki.
Pada 2020, dalam Profil Sanitasi Sekolah yang dikeluarkan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), disebutkan bahwa terdapat satu dari tiga sekolah yang tidak memiliki jamban atau toilet yang terpisah. “Fasilitas jamban atau toilet yang terpisah merupakan hal yang sangat penting bagi anak perempuan. Di daerah tertentu, anak-anak perempuan memilih tidak sekolah pada tiga hari pertama mereka menstruasi, karena sangat tidak nyaman di sekolah,” kata Mia.